part 42

1.9K 187 51
                                    

Happy Reading.

Hati-hati typo bertebaran.....

"Bolehkah aku menyerah saja? Karna semakin lama aku bertahan luka ini semakin bertambah sakit"

-Langit Albani Putra.

Langit memutuskan untuk mengistirahatkan dirinya ketika kejadian tadi yang kurang mengenakkan membuat hati nya terluka. Di tambah lagi, perkataan Bintang yang mengatakan jika dirinya sangatlah beruntung mendapat kasih sayang Angkasa.

Sangat lucu! Benar begitu bukan? Bintang menganggap Langit bahwa Angkasa sangat menyayangi nya, namun dirinya tak tahu saja jika Angkasa pernah memukul rahang nya sebanyak 3 kali hanya karna dirinya melukai Bintang tanpa mau mendengarkan penjelasan Langit terlebih dahulu.

Langit menghela nafas nya lelah, saat ini ia tak ingin mengingat ingatan yang dapat membuat dirinya terluka, sangat lah tak ingin. Maka dari itu ia memutuskan untuk mengistirahatkan dirinya dan sejenak melupakan rasa sakit di hati nya.

Namun baru saja Langit ingin merebahkan diri nya tiba-tiba ia di kejutkan oleh pintu kamarnya yang terbuka lalu menampilkan Bulan dengan wajah kesal nya ke arah Langit.

Plak.

Saat sudah di dekat Langit, Bulan tanpa aba-aba langsung menampar rahang Langit dengan kencang.

"Salah lagi ya? Langit buat salah lagi ya Ma? Sampe Mama nampar Langit?" Tanya Langit dengan nada lirih.

"Apa saja yang kau katakan pada Angkasa? Sehingga dirinya mengetahui bahwa selama ini aku juga suami ku membuat mu menderita?" Tuduhan? Mengapa kata itu hobby sekali menghampiri nya?

"Terserah Mama mau nganggep Langit boong atau engga! Drama atau engga tapi yang jelas Langit gak pernah bilang apa-apa sama Bang Asa tentang itu," seolah sudah mengetahui watak Bulan yang selalu menganggap dirinya drama juga berbohong, Langit pun langsung mengatakan itu.

"Cih, kau memang anak yang hobby sekali dengan dua kata itu!" Benarkan? Bulan pasti menganggap dirinya anak pembawa sial.

"Yaudah iya terserah Mama aja," karna Langit malas untuk berdebat dengan Bulan.

"Berhenti mempengaruhi anak-anak ku! Atau aku takkan segan-segan membuang mu ke jalan raya," sakit? Tentu saja, itu sangat sakit jika kalian ingin tahu.

"Anak-anak ya? Oh ya lupa, Langit bukan anak Mama, yakan Ma? Makanya Mama bilang gitu sama Langit," Langit kembali menahan sesak di hati nya ketika mengatakan kalimat itu pada Bulan.

"Memang! Karna aku tak pernah punya anak pembawa sial seperti mu, anak ku hanya Angkasa, Senja juga Bintang! Namun tidak dengan mu," lagi, untuk kesekian kali nya kerapuhan kembali mendatangi Langit.

"Kenapa Mama biarin anak pembawa sial ini hidup? Seharusnya Mama bunuh aja anak pembawa sial ini! Karna percuma aja bukan? Langit hidup?" Bulan terkekeh sinis ketika mendengar itu.

"Bunuh? Apakah kau lupa Langit? Tentang ucapan yang saat itu aku ucapkan padamu? Bahwa aku tak sudi walau untuk menyentuh mu," percayalah, itu sangat sakit! Sungguh! Langit tak bohong.

"Dan bukan itu saja kan? Aku juga mengatakan jika keinginan ku masih sama seperti dulu! Melihat kematian mu adalah keinginan ku sejak dulu!" Ucap Bulan dengan menekan kata 'melihat kematian mu adalah keinginan ku sejak dulu'

Jika kalian bertanya apa kabar dengan hati nya? Jawaban nya, sangat baik, sungguh! Percayalah.

"Namun apa yang kau ucapkan? Kau tak akan melakukan itu sebelum aku memenuhi keinginan mu, hey! Apakah kaca di kamar mu kurang besar? Sehingga kau tak bisa melihat siapa dirimu di keluarga ini? Atau memang kau tak tahu? Jika benar mari ku beri tahu, dirimu adalah anak pembawa sial bagi keluarga ini! Dan akan selalu begitu, oh ya satu lagi! Cepatlah akhiri hidupmu karna sampai kapanpun itu! Aku takkan sudi memenuhi keinginan mu yang satu itu!" Lagi! Bulan kembali memberikan ucapan tajam yang pasti nya itu sangat lah menyakitkan bagi hatinya. Ehk ralat! Tidak! Hati nya akan baik-baik saja, sungguh!

"Gak ada usaha yang menghianati hasil Ma!" Bulan terkekeh sinis.

"Hey! Berhenti lah berharap Langit! Karena tak semua harapan akan menjadi kenyataan! Dan sebagian dari harapan akan berujung dengan kekecewaan!" Langit diam, mendengarkan ucapan Bulan yang sama sekali 'tak membuat sakit hatinya'

"Maka dari itu! Cepatlah mengakhiri hidup mu! Itu akan lebih bagus bukan? Jika dirimu mati maka takkan ada kesialan ataupun problem di keluarga ku! Bahkan mungkin aku Bumi juga Bintang takkan pernah menyesali kematian mu karna itu adalah hal yang paling kami tunggu," Lanjut Bulan tampa memikirkan bagaimana dengan hati anak itu.

"Mama...." Oke! Mungkin Langit harus mengakui hati nya tak kuat lagi mendengarkan ucapan Bulan.

Sakit! Benar-benar sakit! Lagi-lagi! Bulan berhasil membuat hati nya hancur. Sampai ia mampu membuat cairan bening itu mengalir begitu saja.

Sakit Ma! Sakit banget! Batin Langit, ia tak kuasa melanjutkan ucapan nya.

"Ada apa? Kau berubah fikiran untuk mengakhiri hidupmu Langit? Jika begitu maka cepat lah.... Ak....." Cukup! Bukankah tadi sudah kutakan pada kalian bahwa Langit sudah tak tahan mendengar nya lagi bukan? Sehingga mengharuskan anak itu untuk memotong ucapan Bulan.

"Udah Ma! Iya! Mama tenang aja! Kasih Langit waktu sebentar lagi! Dan pasti Mama bakal denger kabar bahagia Mama itu, jadi Mama gausah khawatir lagi karna anak pembawa sial ini bakal mati Ma!" Setelah mengucapkan itu, Langit berjalan gontai menuju kamar mandi. Meninggalkan Bulan yang lagi-lagi mematung, dan menyesal mungkin?

Tbc.
.
.
.
.
.

Seneng gak? Nanah triple up malam ini? Kalo seneng komen and vote nya
....

Langit Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang