2

850 145 6
                                    

Di teriknya siang hari ini, Alice terus mengumpat karna tak menemukan Rosa dimana mana. Padahal jam matkul akan mulai sepuluh menit lagi.

Jangan bilang Rosa izin?! Ah.. Alice rasanya ingin mencekik semua orang yang lewat di hadapan nya.

Ia butuh Rosa! Paling tidak ia harus jauh jauh dari kak Jeka sekarang. Biasanya jika ia sedang bertengkar dengan kak Jeka, Rosa yang pintar mencari alasan membawa lari Alice agar ia tak bertemu pria itu.

"Lice! Dengerin gue dulu woi!"

Alice membelalak kan mata kaget. Cepat cepat memasuki kelas nya dan membuka buku asal. Bertingkah seolah sedang fokus belajar dan tak ingin di ganggu.

Mahasiswa/i yang sekelas dengan Alice tiba tiba membungkam mulut. Melihat Ketua BEM masuk.

Jeka yang sadar diri pun merubah ekspresi panik nya menjadi sedatar mungkin. Menatap ke sepenjuru ruangan lalu berucap,

"Oh.. selamat siang, gue kesini buat manggil Alice. Permisi masuk."

Tak ada yang menjawab. Alice menepuk kening frustasi. Tak bisa menghindari kak Jeka lagi. Pria itu bahkan sudah berdiri tepat disamping bangku nya.

Jeka mengeluarkan ponsel nya, menunjukkan layar yang menyala tersebut kedepan wajah Alice.

Jeka mengeluarkan ponsel nya, menunjukkan layar yang menyala tersebut kedepan wajah Alice

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Lo liat sendiri, siapa yang mulai?" Ucap Jeka setelah Alice selesai membaca isi chatan antar dirinya dan Vicky, si biang kerok

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Lo liat sendiri, siapa yang mulai?" Ucap Jeka setelah Alice selesai membaca isi chatan antar dirinya dan Vicky, si biang kerok.

Alice mengehela nafas berat. Menatap Jeka tepat dimata pria itu.

"Lo gampang kepancing emosinya, kak."

Jeka mengerutkan dahi, "Gampang ke trigger? Lo paham ga sih gue di rendahin sama Vicky?"

Alice menghela nafas berat, menatap sepenjuru ruangan sebentar, lalu mengaitkan totebag nya ke bahu lagi. Menarik jari jemari Jeka keluar kelas.

Dia akan bolos.

Jeka hanya diam, membiarkan Alice menarik nya ke arah parkiran. Tepatnya menuju motor Jeka terparkir.

"Kak Jek lagi emosi. Biasanya makan pecel lele kang Dimas lunak lagi kan? jadi ayo kesana, gue deh yang traktir."

KAK JEK! | LizkookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang