Kania merutuk sambil memberikan sumpah serapah kepada kedua temannya. Bisa-bisanya kedua sahabatnya meninggalkan dia.
Ia menyimpan handphone ke sakunya setelah mengetikkan beberapa pesan dan bergabung di tengah-tengah keramaian massa demo.
Kania melihat ke sekitarnya dan berusaha mencari teman temannya. Sebenarnya kalau dipikir-pikir Kania ini bukan tipe cewek bersemangat yang gemar berorasi mengemukakan opininya di khalayak ramai.
Jangankan beropini di depan publik, bertanya di depan dosennya pun ia cenderung malas. Alhasil kalau ada beberapa mata kuliah yang tidak paham ia akan langsung meminta tolong penjelasan Radi.
Ia sedikit goyah. Kania mendadak pusing karena sekarang berada di tengah-tengah gerombolan itu. Ia merasakan pasokan oksigennya menipis karena berebut oksigen dengan beberapa mahasiswa-mahasiswi lain. Namun, Ia terus mencari keberadaan teman-temannya yang saat itu ikut.
Suara bising makin memenuhi indera pendengarannya dan ia benar benar akan jatuh sebelum tangan seseorang menahan lengannya.
"LO GAK APA?"
Suaranya kenceng banget kayak toa, batin Kania.
Tapi ia tak cukup tenaga untuk membalasnya dan akhirnya hanya mengangguk sebagai tanda iya.
"MASIH BISA JALAN GAK?"
Kaki Kania lemas, namun tak Ia suarakan.
"GUE TUNTUN AJA YA" masih dengan volume suara yang cukup kencang.
Kania memaklumi itu karena posisi mereka sekarang memang benar-benar berada di tengah lautan manusia.
"Permisi" ujar cowok itu pelan sebelum Ia merasakan lingkaran tangan yang besar melingkari bahunya.
Cowok itu memang memiliki proporsi badan yang besar sehingga cowok itu mampu mendekapnya sangat erat. Bahkan Ia mampu menyandarkan kepalanya pada dada bidang cowok itu.
"MISI MISI ADA YANG SAKIT, MISI"
Cowok itu berteriak lagi dan berusaha menembus barikade yang dibuat oleh para mahasiswa.Setelah berhasil memecah gerombolan massa, cowok itu mendudukannya tepat di pinggir pedagang minuman kaki lima yang posisinya lumayan jauh dari kerumunan.
Cowok itu mengambil satu botol air dingin yang kemudian ia buka dan berikan kepada Kania.
"Anak ftib ya?"
Kesadaran Kania sudah cukup pulih walaupun Ia masih sedikit berkunang-kunang. Maka dari itu, hal yang Ia sadari pertama kali adalah seorang cowok berkaos hitam polos dengan celana jeans, dan jas almamater berwarna navy serta logo perguruan tinggi yang sama dengan almamaternya.
Kania mengangguk. "Tau darimana?"
"Itu" tunjuknya pada pita warna kuning yang melingkar di lengan kiri Kania.
Kania masih merasakan pusing sehingga Ia hanya mengangguk lemah dan menyandarkan kepalanya pada tembok di belakangnya.
Kania kira cowok itu akan pergi dan kembali ke tengah gerombolan sambil meneruskan orasinya. Namun ternyata tidak, cowok itu justru mengambil posisi untuk duduk di sebelahnya sambil meminum air mineral yang sempat dibelinya lagi.
"Hagia. Mesin."
Kania sedikit menoleh dan melihat ada pita berwarna hitam yang melingkar di lengan kanannya. Pita hitam adalah tanda mahasiswa fakultas mesin dan dirgantara.
Kania memandang cowok itu. Ia jelas tahu siapa cowok itu. Ia cukup populer di kalangan perempuan-perempuan kampus, ralat... Ia sangat populer.
KAMU SEDANG MEMBACA
Campus Delight: Teknik
Teen FictionSeputar kebiasaan random mahasiswa teknik [ft. NCT127]