Tiga hari berlalu semenjak kejadian di kerumunan demo itu. Selama tiga hari itu pula Kania bingung dan memikirkan perubahan sikap Hagia.
"Lo kenapa Kan?"
Pertanyaan itu menginterupsi Ken, Radi dan Kania yg sedang menikmati bakso.
Kania yang sadar sedang ditanya sontak kaget dan menoleh, "Hah?"
"Are you okay?"
"F-fine, I'm fine Nina. Thank you." Ujarnya sambil memaksakan senyum.
"Nggak, lo pasti ada apa-apa. Berantem ya ama Kendi?"
"Hah, Kendi? Siapa?" celetuk Ken.
"Ken Radi hehe,"
"Sialan," gerutu Radi.
"Astaga Nina, lo nyingkat dua nama mereka jadi Kendi hahahaha." tawa Kania.
"Hehe iya, terus gimana Kan? Lo gak mikirin utang? Tapi kan gak mungkin, kalau Ken sama Radi yang ngelamun, baru gue percaya mereka mikirin utang," tambah Nina.
Ken dan Radi yang dibilang seperti itu langsung terbatuk-batuk.
"Anjing," "Sial, gue keselek monyet." Ujar mereka berbarengan.
Buru-buru Ken dan Radi mengambil es teh di depannya. Saking keburunya, Radi mengambil gelas es teh yg salah.
Ia meminum es teh Kania, "Es teh gue." ujar Kania sambil memukul tangan Radi."Nih, lo minum es teh gue aja. Belum gue icip,"
Kania berdecak, "Ck dasar."
"Jadinya lo kenapa?" tanya Ken penasaran.
"Gini deh ya, ini cerita temen gue ya." Mereka nampak antusias mendengarkan cerita Kania. "Jadi temen gue ini tiba-tiba ditolong stranger dijalan, terus yang bikin kaget, strangersnya tau nama temen gue. Padahal, temen gue sama si strangers ini gak pernah ketemu. Itu kenapa deh?"
Mereka tampak mengangguk-anggukkan kepala tanda paham.
"Mh-hm... Strangernya stalker?" Ken buka suara.
"Eh?" Kania nampak kaget, "Gak, gak, gak mungkin dong."
"Mereka berdua satu lingkungan?" tanya Radi lebih jauh.
"Mh-hm i-iya sih kayaknya,"
"Kalau satu lingkungan kemungkinan tau, bisa jadi si strangers pernah denger nama lo disuatu tempat. Atau lo pernah papasan tapi lo nya gak nyadar aja."Jelas Radi.
Kania mengiyakan sebentar, "I-iya bener juga," sebelum akhirnya Ia sadar, "Eh bukan cerita gue ini, cerita orang lain."
"Hayo Kania hayo" goda Nina.
Tiba-tiba dering ponsel Nina berbunyi, namun tak kunjung diangkat oleh Nina karena Ia masih sibuk menggoda Kania.
"Angkat Nin, berisik." perintah Radi.
Nina berdecak kesal, "Cih. Iya iya."
Buru-buru Nina mengangkat ponselnya, "Halo?"
Hal itu membuat Kania bertanya tanpa suara "Siapa?"
"Palingan bucinannya." Tebak Radi enteng. Ken hanya fokus ke baksonya yang sebentar lagi akan habis.
Nina sedikit menjauhkan teleponnya, "Nayuta"
"Tuhkan." Seru Radi. Kania dan Ken hanya ber-Oh ria sambil meneruskan memakan baksonya.
Nina meletakkan ponselnya sambil menggerutu pelan, "Minta ditemenin makan siang orangnya, katanya studio sepi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Campus Delight: Teknik
Teen FictionSeputar kebiasaan random mahasiswa teknik [ft. NCT127]