01

658 50 40
                                    


Fidel Pov

Melihatnya menangis ikut membuat hatiku merasa perih. Entah sudah berapa lama ia menangis yang jelas dari saat awal aku dan dia menjenguk mamanya yang masih betah terbaring tidak sadarkan diri di ranjang rumah sakit. Aku memaklumi dia bersedih mengenai kondisi mamanya tapi kalau begini terus ia akan jatuh sakit akibat terlalu lama menangis.

Ingin aku memintanya untuk jangan menangis tapi aku tahu tidak semudah itu untuk menahan air mata. Kalau dipaksakan akan membuat dada terasa sesak dan kepala menjadi pusing. Aku mengusap lembut rambut Keyla, sesekali aku mengecup puncak kepalanya memberi ketenangan disana.

Posisi Keyla menangis dipelukanku dengan mata terus memperhatikan mamanya. Sedari tadi dia tidak berhenti mengajak mamanya mengobrol berharap mamanya memberi respon namun nihil mamanya hanya diam tidak bergerak.

"Mama nggak suka ya denger aku cerita. Mama diam aja Del." Tanya nya menatapku. Aku menggelengkan kepala memberitahu kalau opininya barusan tidaklah benar.

"Dulu itu ya kalau aku ngeluh atau cerita sesuatu mama selalu bawel nasehatin aku, aku kangen mama." Kata Keyla mengingat masa lalunya bersama tante Kelly.

"Aku nggak apa-apa diomelin mama, diatur sama mama. Aku harus gini harus gitu dan nggak boleh ini itu." Aku hanya diam mendengarkan keluh kesah Keyla. Tanganku masih saja setia mengusap rambutnya dan merapikan anak rambut yang menutupi wajah cantiknya.

"Mama nggak kangen aku Del, mama udah lupa sama aku. Mama tega ninggalin aku sama pria bajingan yang harus aku hormati bagaimanapun buruknya dia cuma karena statusnya sebagai papa aku." Ujar Keyla benci dengan fakta ia adalah anaknya om Chandra.

Aku tidak terima atas sikap om Chandra yang kasar kepada istri dan anaknya terlebih anaknya adalah gadis yang aku cintai. Tapi aku tidak ingin ikut membencinya seperti Keyla, jika aku membencinya juga siapa nanti yang akan menyatukan anak dan bapaknya untuk akur.

Diluar sikap kasarnya ia juga pria yang suka berselingkuh, meskipun sudah berulang kali ketahuan oleh tante Kelly dan juga Keyla masih tidak juga membuatnya berhenti melakukan perbuatan tercela itu. Jelas sekali ia tidak menghargai istrinya dan menghargai rumah tangga mereka, tidak heran kalau Keyla membencinya.

Tidak seperti orang lain yang bisa merasakan keharmonisan dalam keluarga serta juga merasakan kasih sayang dari seorang ayah, Keyla malah tidak pernah sama sekali merasakannya selain kekerasan dan penghianatan dari ayahnya sendiri.

"Key lihat aku." Pintaku memegang wajahnya agar melihat kearahku.

"Denger ya luka tidak ada begitu saja tanpa alasan. Langit tak selalu mendung. Dulu dan sekarang kamu diberikan kepahitan tapi tidak untuk kemudian hari, percaya sama aku kebahagiaan itu akan mendatangimu." Kataku meyakinkannya.

Sebisa mungkin aku selalu memberikannya pengertian untuk tetap kuat menjalani kehidupan. Ada bilanya juga aku membicarakan hal positif mengenai om Chandra berharap Keyla tidak selalu menilai ayahnya adalah orang yang paling buruk.

"Mama kamu pasti kangen kamu Key. Kamu kan anaknya nggak mungkin dilupain gitu aja cuma sekarang mama kamu belum bisa kasih tahu kamu secara langsung, kamu sabar aja dan tetap selalu berdoa." Aku menatap tepat bola matanya. Ia menangis kembali hanya saja kali ini ia menangis dengar bibir tersenyum.

"Nyebelin banget sih." Ledeknya memelukku lagi. Aku membalas pelukannya sambil tersenyum juga.

"Kamu nggak pernah sepemikiran sama aku, selalu ngebantah." Aku meringis saat ia mencubit pinggangku. Tak apalah sakitnya masih bisa aku tahan asal bisa membuatnya senang dan tidak berpikir negatif lagi.

"Lupa ya? Dengan sikap nyebelin aku itulah yang buat kamu jatuh hati ke aku." Ucapku percaya diri. Lagi-lagi dia mencubitku, kejamnya pacarku untung aku sayang.

ILYSBTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang