11

73 8 3
                                    


Fidel Pov.

Disaat semua orang tengah bersantai dirumah atau melakukan hal yang menyenangkan lainnya. Aku masih saja sibuk dikantor menyelesaikan pekerjaan yang sudah menumpuk. Dan sepulang kuliah tadi aku langsung bergegas datang kemari melakukan tugasku sebagai seorang CEO.

Disela-sela rasa letihku, aku juga menjadi bersyukur. Semua pekerjaan yang aku kerjakan, berguna sekali untuk mengalihkan pikiranku dari Keyla. Aku ingat, malam ini Keyla dan Nuria akan mengadakan acara makan malam berdua. Meskipun itu tuntutan dari om Chandra, tetap saja aku disini gelisah dengan perasaan tidak menentu.

Bukannya aku tidak mempercayai kekasihku sendiri. Aku juga tidak akan bersikap kekanak-kanakan, seperti meminta Keyla untuk membatalkan acara makan malam tersebut. Ini tidak hanya tentang perasaanku dan Keyla saja tapi juga mengenai keselamatan tante Kelly.

"Del, lo beneran mau stay disini sampe subuh?! Gila aja." Tanya Iva tiba-tiba menampakkan separuh tubuhnya ditepi pintu.

Aku sedikit kaget dengan kemunculan Iva lalu aku mengangguk mengiyakan. Lagipula besok jadwal kuliahku masuk siang, jadi aku bisa tidur setidaknya sampai jam 11 siang.

"Gue kira lo udah balik." Ujarku padanya.

"Tadi gue udah diluar pas cek keruangan lo, lampunya masih nyala. Ya gue balik lagi kesini mau mastiin, taunya lo emang masih disini." Jawab Iva memberitahu.

Sepertinya dia khawatir padaku, dia memang teman yang perhatian. Aku hanya tersenyum merespon kecemasannya.

"Gue bikinin kopi ya. Biar lo ngak ngantuk dan tetap semangat lemburnya." Tawarnya ingin membantu. Dan aku berterimakasih sekali atas kepekaannya.

"Makasih loh Va." Senyumku dan dia mengangguk.

Kemudian Iva meletakkan tas sandangnya di sofa dan berjalan menuju mini bar yang memang tersedia khusus dalam ruanganku. Sambil menunggu Iva selesai dengan kopinya, sebaiknya aku melanjutkan pekerjaan yang tertunda tadi.

"Heran deh. Yang boss disini itu lo Del, tapi kenapa ya pekerjaan lo lebih banyak dibandingkan gue sekretaris lo." Iva mengungkapkan kebingungannya seraya menyeduh kopi.

"Ini gue nggak makan gaji buta kan?" Lanjutnya melirikku.

"Ya nggak lah Va. Semua bagian lo hari ini udah selesai lo kerjain dari tadi pagi kan. Sisa nya ya gue yang selesein." Kataku menjelaskan supaya dia tidak merasa tidak enak hati.

"Iya sih susah diposisi lo. Kuliah sambil kerja, tapi serius loh del, lo hebat bisa ngehandel dua-duanya. Aduh kalau gue mah nggak sanggup bisa-bisa makin error nih otak gue." Ujarnya terkesan memujiku.

"Nih diminum dulu kopinya." Suruh Iva meletakkan secangkir kopi diatas meja kerjaku.

"Masih panas atuh Va." Tukasku dan dia cengengesan.

Ini adalah kopi kedua. Malam ini aku memang butuh sedikit banyak kafein, selain karena menghindari rasa kantuk juga berlaku untuk menenangkan suasana hatiku. Apabila Keyla tahu, dia pasti akan mengomeliku dengan ceramahnya. Aku tersenyum sendiri mengingat bagaimana over protective nya Keyla mengenai kesehatanku.

"Del gue mau banget nemenin lo disini, nggak bohong sumpah. Tapi Deo udah nungguin gue dibawah, lo tau sendirikan dia paling nggak suka nunggu. Yang ada nanti dia malah ngerocos mulu sepanjang jalan." Ucap Iva terlihat delima dengan keadaan. Antara memilih stay disini bersamaku atau pergi dengan Deo.

"Santai aja sih Va. Soal Deo emang lo yang paling tahu dia gimana-gimananya. Kalian kan dekat banget, kemana-mana selalu bareng." Tuturku menilai kedekatan Iva dan Deo.

"Itu dia nya aja yang betah banget nempel ke gue. Gini nih resiko jadi cewek cantik." Ujar Iva tersenyum dan itu terlihat menyebalkan.

"Lo nya juga kesenangan tuh didekatin dia. Ngaku aja, kalian berdua ada apa-apanya ya?!" Godaku pada Iva dan ia terlihat kelabakan.

ILYSBTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang