06

153 27 11
                                    


Fidel Pov

Sudah satu bulan setelah kejadian di restoran waktu itu, selama itu juga aku belum bertemu Keyla lagi. Aku tidak tahu kabarnya bagaimana dan seperti apa. Om Chandra sangat menjaga ketat Keyla sampai tidak memperbolehkan dia sekedar menyentuh ponselnya saja.

Aku begitu merindukan kekasihku namun usahaku untuk bertemu dengannya selalu saja tidak berjalan mulus. Om Chandra sering kali menghalangiku dan berkali-kali juga dia memarahiku. Aku pikir aku bisa bertemu Keyla saat om Chandra kerja di kantor tapi ternyata dia malah mengerjakan pekerjaannya dirumah, sebegitu tidak inginnya dia memberiku kesempatan untuk bertemu Keyla.

Hari ini Minggu, aku memutuskan pergi ke gereja. Keyla hanya pergi beribadah seminggu satu kali dan semoga saja om Chandra kali ini tidak ikut serta. Ku harap kamu ada didalam sana Key, sungguh aku merindukanmu sayang.

"Wanita muslim itu nyari imam di Masjid kenapa malah lirik ke Gereja?" Tanya seorang lelaki yang suaranya familiar ditelingaku.

Dia Aditya rekan bisnisku karena perusahaan yang aku jalanin sekarang bekerjasama dengan perusahaan milik keluarganya. Mungkin dalam waktu dekat ini dia yang akan mengambil alih perusahaan orangtuanya.

Jika dinilai dari segi fisik ataupun materi dia adalah lelaki gagah dan mapan, sejauh ini aku lihat dia lelaki yang baik.

"Lagi nungguin seseorang hm?" Tebaknya sambil duduk disebelahku. Aku menoleh sebentar kemudian mengangguk sebagai bentuk jawaban.

"Wah siapa Del calon ya?" Dia terlihat antusias.

"Tapi kok..?" Aditya mengantungkan kalimatnya sambil melihat ke Gereja.

"Kita nggak bisakan perintahkan hati kita untuk jatuh cinta ke siapa melainkan rasa itu muncul dengan sendirinya." Kataku menjawab kebingungannya.

"Aku tahu tapi kamu tau kan dalam agama kita itu dilarang." Iya aku tahu. Seorang muslim hanya boleh menikah dengan sesama muslim juga.

"Biarkan aja mengalir, aku nggak mau membebani pikiranku dengan suatu yang belum aku tahu endingnya gimana. Bisa aja nanti dia dapat hidayah dan mau masuk Islam." Ucapku melihat kedepan, meski terdengar sangat yakin tapi aku sedikit ragu dengan perkataanku sendiri.

"Lalu bagaimana bila dia tetap kokoh dengan agamanya, apa kamu akan baik-baik saja?" Tanya Adit ingin tahu jawabanku.

"Selama ada dia disisi aku rasa aku akan baik-baik saja." Jawabku sambil tersenyum. Dia terdiam tidak membantah perkataanku lagi.

"Belum sholat Dhuha kan? Mau bareng nggak?" Ajaknya setelah tadi  hening. Otomatis aku melirik arloji dipergelangan tanganku.

"Duluan aja, aku nanti." Bukannya aku nggak mau hanya saja bila aku beranjak dari sini nanti malah tidak bisa bertemu Keyla.

"Nggak baik tunda-tunda sholat. Sebentar aja Del nggak sampai lima menit, setelah sholat lanjutkan kembali urusanmu yang tertunda tadi." Katanya mengingatkanku. Yang
dia bilang benar, jangan hanya karena urusan duniawi kita malah mengabaikan urusan akhirat.

Adit tersenyum melihatku berdiri, aku membalas senyumannya sebagai ucapan terimakasih karena sudah mengingatkanku. Kami berdua berjalan menuju Masjid terdekat, dia berjalan lebih dulu aku mengikut dibelakang.

****

Terlihat dua gadis cantik keluar dari Gereja, satu gadis tersenyum manis melihat gadis disebelahnya yang masih saja bertahan dengan wajah datarnya. Keyla merasa risih dengan hadirnya Nuria terlebih Nuria sedari tadi mengikuti kemana langkahnya pergi.

Belum lagi didalam saat ibadah tadi, mata Nuria selalu milirik kerahnya. Semua orang fokus dengan ibadah masing-masing tapi Nuria malah fokus dengan dunianya sendiri yaitu memandangi Keyla.

ILYSBTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang