2. Randomly hugs me

108 7 0
                                    

Jam digital yang tertempel di dinding masih menunjukkan pukul 06:00 AM, namun dapur apartemen milik pemuda dengan nama famili Hanma sudah terisi kesibukan dari seorang pemuda manis yang tengah menikmati teh hangat.

Mug berisikan cairan berwarna kecoklatan hangat itu didekatkan ke mulut, cairan dengan wangi khas bercampur bunga melati menusuk hidung tersebut membasahi kerongkongan yang terasa kering.

Hawa dingin khas pagi hari terasa menusuk kulit, terlebih pemuda mungil yang kini duduk nyaman di meja pantry dapur hanya mengenakkan kaos lengan panjang yang dipadukan dengan sepotong celana tidur pendek di atas lutut. Pemuda itu nampak asyik menikmati paginya dengan meneguk kembali cairan hangat yang manis buatannya 20 menit yang lalu. 

Damainya pagi itu setidaknya pecah kala si mungil berteriak kaget saat rengkuhan tiba-tiba melingkupi tubuhnya dari belakang.

"Ya tuhan!" seru pemuda manis itu kencang.

Pelaku yang membuat Takemichi terperanjat justru terkekeh geli, lengannya yang panjang memeluk erat tubuh mungil pemuda Hanagaki yang tengah meletakkan cangkir miliknya.

"Hobi banget sih bikin aku kaget?" sungut pemuda manis itu, sedikit kesal. Terlebih, Shuji malah mengabaikan protesnya. Pemuda tinggi itu membubuhkan kecupan manis di pipi gembil yang sedikit memerah lantaran terkena dinginnya udara pagi dari jendela di dapur yang sengaja di buka.

"Morning sayang~" sapa Shuji dengan nada riang. Membuat Takemichi mau tak mau ikut tersenyum.

Takemichi meminta sang kekasih untuk berdiri di depannya. Shuji tentu patuh akan pinta kekasih mungilnya itu.

Dan begitu ia berdiri di depan Takemichi, Shuji merasakan lengan yang jauh lebih pendek dan mungil darinya, memeluk lehernya dengan lembut. Pemuda tampan itu merundukkan tubuhnya, menempelkan keningnya pada kening sang kekasih yang tersenyum manis ke arahnya.

"Morning kak Shuji~" balas Takemichi riang. Tak ragu pula membubuhkan kecupan singkat di atas bibir Shuji.

Shuji tergelak pelan. Lengannya menarik pinggang ramping Takemichi, memepetkan tubuh mungil itu ke arahnya. Dan sekali tarikan, kini tubuh mungil tersebut terangkat dengan mudah. Takemichi dengan nyaman memeluk erat leher pacar tingginya yang kini menggendongnya.

Birunya samudra saling pandang dengan mewahnya emas. Senyum menawan masih terlukis apik di wajah keduanya. Takemichi memajukan kepalanya, menyambar bibir Shuji untuk ia cium dengan lembut. Dibalas tak kalah lembutnya oleh si tinggi yang sedikit demi sedikit menaikkan intensitas kegiatan mereka.

Lidah yang menelusup ke dalam rongga hangat yang digendong, saling belit tuk sekedar mencecap rasa manis yang selalu menjadi candu sang penggendong. 

Tak masalah akan liur yang membasahi dagu, keduanya makin memagut bibir satu sama lain. Menyesakkan masing-masing alat pernapasan mereka sampai akhirnya si mungil menyerah, surai si tinggi yang sudah kusut pun ia tarik pelan. Kecupan panjang itu berhenti, tak rela Shuji menyudahi 'sarapan'nya. Walau begitu, wajah keduanya masih terhitung dekat. Shuji menempelkan keningnya ke kening Takemichi yang kini mengatur nafas.

Manik keemasannya berkilat bangga, menatap ke arah bibir pink di depannya yang terlihat mengkilap nan bengkak. Jangan lupakan mata sayu nan pipi gembil yang merona cantik, membuat Shuji ingin mengecap benda itu lagi. 

Dan begitulah rutinitas pagi antara Takemichi dan Shuji. Yang biasanya akan berlanjut 'bergulat' di atas ranjang, entah di kamar si mungil atau kamar si tinggi (tergantung ada di unit apartemen mana mereka bermalam).

○●○●○

"Pakai baju apa ya..." gumam Takemichi. Pintu lemari pakaian di depannya terbuka lebar. Menampakkan tumpukan rapi baju-celana dan gantungan baju yang tersusun rapi. Manik biru jernihnya menelisik ke arah bagian gantungan dengan tiap hangernya sudah terdapat satu set pakaian yang tinggal pakai (tanpa harus me-mix atasan maupun bawahan).

"Shuji itu..."ーHantakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang