4. BENANG MERAH

535 11 3
                                    

Tubuhku terasa begitu lelah. Seharian aku sibuk berbenah, menata apartemen mungil yang telah berhasil aku dapatkan dengan tidak mudah. Harus aku akui ternyata tinggal sendiri di negeri orang butuh ekstra tabah. Aku yang selama ini terbiasa didampingi oleh orang-orang tercinta harus menjadi bisa mandiri. Apalagi kini kegiatan perkuliahan juga sudah dimulai yang mengharuskan aku untuk lebih memusatkan perhatian. Aku ingin bisa secepatnya menyelesaikan kuliahku agar aku bisa berkumpul bersama ibu kembali. Sementara Hanin, istriku sebentar lagi akan menyusulku menunggu urusan kelengkapan dokumen keimigrasiannya selesai.


Setelah meletakkan semua buku-bukuku pada rak di sudut ruangan. Aku lalu beralih pada koper besar yang berisi pakaian dan segala keperluanku. Aku membongkar isi koper itu untuk aku pindahkan semua isinya ke dalam almari pakaian di kamarku. Di saat aku tengah berkutat dengan baju-bajuku mendadak mataku menangkap sehelai kain sarung kusam turut terselip diantara semua pakaian itu. Aku meraih sarung itu dan termangu sejenak.


Selembar sarung yang sudah usang itu telah menjadi saksi atas perjalanan hidupku sebelum aku mendapatkan semua pencapaian ini. Dengan sarung itu ibu pernah membungkus tubuh mungilku dulu, untuk melindungiku dari dinginnya udara dini hari ketika ibu harus berebut sayuran dari dibawah truk-truk besar yang sedang membongkar muatan. Aku dengan mata kanak-kanakku memandang ibu dengan cemas menyeret semua sayuran itu menuju lapaknya untuk ia jual kembali. Teriakannya setiap pagi yang menjajakan barang dagangannya di pasar induk telah menjadi melodi merdu mengiringi tumbuh kembangku. Beliau berjuang sendiri, bersikeras bertahan dan berusaha menyuguhkan kenyamanan untukku, putra semata wayangnya.


Semua kenangan itu menyeruak muncul kembali dalam ingatanku. Aku masih dapat dengan jelas merasakan bahwa semua perjuangan ibu itu hanya tertuju untukku. Semua kenangan itu kini malah memunculkan sebuah luka sekaligus rasa kecewa setelah aku mendapati sebuah kenyataan lain dari sosok ayahku yang berbanding terbalik dengan segala anganku yang megah tentangnya. Batinku sungguh masih tak dapat menerima perlakuannya pada kami. Ia pergi disaat kami masih sangat membutuhkan perlindungannya. Ibuku berjuang sendiri sementara ia sibuk mengejar jati diri barunya demi sebuah eksistensi yang tak kumengerti.


Aku melipat sarung usang itu lalu kusimpan didalam lemari. Aku menduga ibu yang meletakkan sarung itu ke dalam koperku. Ibu ingin agar aku tak melupakan segala yang pernah kualami bersamanya. Tentu saja semua fragmen yang telah kulalui bersama wanita yang telah melahirkan aku itu tidak akan bisa kuhapus dari ceruk ingatanku.


Tapi kini benakku menjadi digayuti tanya. Apakah benar ayahku sebrengsek itu? Tapi mengapa selama ini ibu terkesan selalu membelanya dan terus mencekokiku tentang cerita kehebatannya. Ingin aku menelisik benang merah dari semua kenyataan yang saat ini tersaji dihadapanku.


 Meski aku membenci sosok Patricia namun akan menjadi tak adil bila aku tak memberinya kesempatan untuk menjelaskan. Haruskah aku menemuinya kembali, dan bertemu lagi dengan sosok yang sebenarnya tak ingin aku lihat? Barangkali memang sepertinya harus seperti itu jika aku tidak ingin seumur hidupku terus dikejar rasa penasaran.


***


Aku berdiri terpaku menatap butik mewah dihadapanku. Sesaat aku menjadi ragu. Butik yang mengusung salah satu brand ternama itu terletak di salah satu sudut Fifth Avenue. Nyaris aku tak mempercayai bahwa butik ini miliknya. Pencapaiannya ini entah mengapa membuat hatiku malah disusupi bangga. Apalagi saat kuedarkan tatapanku kedalam butik yang segala suasana didalamnya tersaji terbuka karena dindingnya terbuat dari kaca transparan, aku melihat display butik yang eksotik memajang bermacam model pakaian yang kuyakini harganya tidaklah murah, yang saat ini sedang dikunjungi oleh beberapa orang pesohor dunia yang wajah mereka sering kulihat terpampang di jaringan berita online atau cetak. 

SEBUAH PENGAKUANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang