Saatnya merasakah hidup di dunia, bergaul dengan isi alam semesta, menerima segala gejolak rasa yang keluar dari sebuah kata. "Mungkin nggak ya, aku bisa seperti mereka yang dihargai semua orang?". Demikian pertanyaan yang sering dilontarkan Melli kepada dirinya sendiri setiap sedang berkaca didepan cermin yang sangat besar. Dibalik senyumnya yang lebar, ternyata ada tangis yang deras selama ini. Melli sama seperti yang lain, raganya utuh. Namun sering dianggap tak sempurna, sebelah mata karena kelebihannya. Apakah itu? Sesuatu yang tidak diinginkan kaum hawa terjadi pada tubuhnya. Gendut! Seringkali kata ini menghantui pikiran Melli. Si gadis bertubuh tambun, pemalu yang mendapat kelebihan pada dirinya. Fisik, bagi sebagian orang memang merupakan aset utama dalam hidup. Ia diciptakan oleh Sang Pencipta sesuai dengan garis takdir-Nya. Namun sering kali manusia dengan tidak sopannya melontarkan kata-kata untuk mengecam keadaan fisik seseorang. Tidak peduli apakah itu menyakitkan bagi si orangnya, atau menghakimi ciptaan-Nya. Inilah yang terjadi pada Melli. Semasa hidupnya Melli tak pernah lepas dari sebuah penilaian. Sebenarnya bukan kepenilaian, tapi lebih celaan semata yang diberikan oleh makhluk yang kekurangan organ dalam tubuhnya, yang membuat mereka tak punya rasa menyegani orang lain. "Dasar lo kayak gaj*ah, hahahahaha", ucap si Dogi kepada Melli saat itu. Mendengar hal itu, Melli pun tak menyangka jika temannya itu akan berkata itu. Mungkin Dogi menanggap hal ini hanya sebuah lelucon belaka, tanpa ia sadar itu membuat Melli terluka. "Hatiku rasanya bergejolak dan membara, tanganku yang berat ini rasanya ingin menghantam mulutnya yang seperti cabe itu", ujar Melli dalam hati. Tapi Melli pun ikut tertawa hanya sebatas menanggapi hal itu untuk menutupi kesedihannya.
Dengan gaya penuturan yang mengalir sederhana, novel ini mencoba menuturkan atau mengisahkan lika-liku hidup gadis cantik Melli yang kerap kali mendapat perlakuan berbeda oleh temannya. Ketika dihadapkan oleh kenyataan, dimana ia selalu mendapatkan lontaran-lontaran kata yang menusuk hatinya. Namun dengan tegarnya ia menyembunyikan rasa kesedihannya dengan tawa manis dari raut wajahnya. Memilih diam untuk semua itu, walaupun sangat menyakitkan. Lantas apa yang akan terjadi kepada Melli? Disinilah kisah sang pembohong senior dimulai. Selamat menikmati!
KAMU SEDANG MEMBACA
PEMBOHONG SENIOR
General FictionMenggambarkan seorang gadis yang semasa hidup selalu menyembunyikan luka dan tangisnya dibalik canda tawanya. Melli adalah gadis yang pemalu. Semasa masih bersekolah ia kerap mendapat ejekan dari teman-temannya. Tapi hubungan mereka tetap baik, kare...