Dua kali merasakan kepedihan membuat Melli tidak percaya lagi dengan yang namanya manusia. Luka yang tercipta membuatnya semakin menjaga jarak dengan semua orang. Ruang lingkup pertemanan tak seterbuka dulu. Ia lebih harus lebih selektif memilih teman sejawat. Melli juga semakin protetktif dengan diri dan hatinya. Hal yang aneh di dunia ini adalah fisik selalu penentu cara orang menghargai. Melli berpikir semua yang di dunia tidak harus sempurna. Kesempurnaan hanya milik-Nya. Tapi semua berbanding terbalik, bukan itu yang ia dapatkan. Melainkan hanya omongan dan cercaan para manusia yang tak bertanggungjawab.
Melli kembali mulai terlihat rapuh atas segala hal yang terjadi. Ia sudah tak tahan dengan semuanya. Akhirnya Melli memberanikan diri untuk curhat kepada sahabatnya. Yak lagi-lagi bukan orang tua yang menjadi tempat curhatnya. Merasa malu untuk menceritakan semuanya kepada malaikat hidupnya itu. Yola manusia terpilih Melli.
Kringgggg
"Assalamualaikum Yola."
"Waalaikumussallam, Melli."
"Aku mau cerita nih, aku lagi kalut banget," sambil tersedu-sedu.
"Heh kenapa kamu, apa yang membuatmu menjadi seperti ini?"
"Eeee...itu."
"Apa? Cerita aja gak perlu malu."
Menghela napas dalam-dalam, "Menurutmu aku ini gimana?"
Yola merasa bingung mengapa sahabatnya ini tiba-tiba bertanya seperti itu. Tidak biasa sekali Melli begini.
"Mel, kamu nggak apa-apa?" Ujar Yola.
"Udah jawab dulu Yol."
Yola bingung akan mengutarakan apa. Sungguh hari ini Melli sangat aneh menurut Yola. Gadis ceria ini seketika menjadi murung tak bersemangat.
"Ya kamu baik, ramah. Memang kenapa sih?" Raut wajah bingung.
"Bukan itu, dari segi fisik Yol. Aku jelek ya gara-gara aku gendut." Tuturnya kepada Yola.
"Huss, ngapain ngomong begitu." Reflex tangannya menutup mulut Melli.
"Ya nggak, kenapa aku selalu diejek terus. Emang gendut itu jelek banget," tetesan air mata tak terbendung lagi.
"NGGAK! Kamu cantik kok, siapa bilang jelek. Nggak ada otak emang yang ngejek kamu."
Teruslah mengungkapkan keluh kesahnya kepada Yola, hingga Melli tak kuasa menahan tangis. Namun akhirnya Yola berusaha menenangkan Melli dan menghiburnya. Melli berusaha menahan semua rasa yang sedang bergejolak di dalam dada. Ia tak mau melihat sahabatnya ikut sedih akan hal yang ia rasakan sekarang. Jujur sebenarnya Melli tak mampu, tapi ia tetap berusaha tersenyum atas hiburan yang diberikan sahabatnya itu.
Beberapa bulan berlalu. Tibalah...
Hari ini hari pertama Melli menginjakkan kakinya di SMA. Semoga tidak ada kejadian yang tidak aku harapkan. Itulah kalimat pertama yang ada dipikiran Melli. Setelah mengikuti kegiatan masa pengenalan lingkungan sekolah (MPLS), Melli pergi ke kantin sekolah. Membeli segelas es the manis untuk merefresh otak yang seharian digunakan untuk berpikir.
Belum ada kejadian yang membuat Melli takut. Tapi ia tidak nyaman dengan grup MPLSnya. Seperti biasa merasa sendiri. Dulu saking seringnya disakiti oleh teman, membuat Melli sedikit takut untuk memiliki teman. Namun pada akhirnya Melli masuk ke dalam jurusan ilmu pengetahuan sosial (IPS). Yak IPS terkenal dengan siswa-siswi yang ramai, supel, heboh di lingkungan sekolah. Benar saja Melli terbawa oleh circle kelas yang asik, hingga Melli menjadi anak yang lebih terbuka dan percaya diri. Itu juga yang menjadi awal mula Melli bertemu dengan orang-orang baik.

KAMU SEDANG MEMBACA
PEMBOHONG SENIOR
Ficción GeneralMenggambarkan seorang gadis yang semasa hidup selalu menyembunyikan luka dan tangisnya dibalik canda tawanya. Melli adalah gadis yang pemalu. Semasa masih bersekolah ia kerap mendapat ejekan dari teman-temannya. Tapi hubungan mereka tetap baik, kare...