BAB 1

41 15 6
                                    

 "Dokdokdok..", terdengar suara pintu kamarku yang digedor Ibu dipagi ini.

"Tangi nduk tangi (bangun nak bangun) sekolah", semangat membara karena anak semata wayangnya sudah beranjak remaja dan hari pertama masuk SMP.

Suara Ibu mendadak nyaring seperti toak masjid, membuat aku kaget dan mataku melotot dari tidur yang enak. Ahh, masih jam enam kurang, tidur sebentar lagi juga gak masalah. Nanti juga mandi hanya 5 menit, gak usah sarapan langsung berangkat aja gak masalah. Tapi gedoran yang kuat sekali dari Ibuku membuatku terperanjat, bahkan hampir saja jatuh dari tempat tidur yang cukup tinggi.

"Mel, bangun... sudah jam 6 lebih 10 menit, nanti kamu akan terlambat lho. Sudah siang ini. Masak hari pertama sekolah jadi anak SMP mau telat", teriak Ibu keras sekali dari ruang makan sambil terdengar suara menata piring, "klontang-klontang".

Hemm, cepet banget sih jamnya, perasaan baru tidur 5 menit kok udah 10 menit. Tanpa berpikir panjang Melli pun bergegas mengambil handuk lalu pergi ke kamar mandi dengan wajah yang masih ngantuk. Byar-byur tidak sampai 5 menit Melli telah selesai mandi dan segera untuk mengenakan seragam sekolahnya. Di hari pertama menjadi anak SMP, inilah pertama kalinya Melli mengenakan seragam biru putih dan berhijab. Ia pun sedikit belum terbiasa dan sedikit lelet untuk mengenakan semuanya. Selepas bersiap Melli langsung pergi keluar kamar untuk sarapan.

"Jegrek..", Melli membuka pintu kamarnya.

"Pagi bu", dengan nada yang sedikit malas.

"Pagi sayang, sini sarapan dulu Ibu sudah buatkan kamu nasi goring telur mata sapi kesukaan kamu", ujar Ibu membalas sapaan Melli.

" Iya Bu", terdengar suara langkah kaki Melli yang mengenakan sepatu sekolah.

Sembari menikmati sarapan dengan Ibu, Melli kepikiran sesuatu. Melli takut nanti di sekolah tidak memiliki teman. Melli sangat mengkhawatirkan itu, karena teman yang satu desa dengannya tidak ada yang bersekolah di SMP yang sama dengan Melli. Jadi Melli harus beradaptasi sendiri dengan lingkungan barunya nanti.

Selesai sarapan Melli sedikit mendapatkan pesan dari Ibu.

"Sekolah yang pintar ya Mell, semangat pasti nanti dapat teman banyak di sana."

"Iya bu, semoga saja temannya semua baik ke Melli", menghela nafas dan juga bersalaman dengan Ibu.

" Melli berangkat dulu ya bu, assalamualaikum."

"Waalaikumussallam, hati-hati Mell."

Setibanya di sekolah Melli bergegas untuk memarkirkan sepedanya di parkiran sekolah. Ternyata jalan menuju parkiran itu melewati kantin, yang mana di situ selalu menjadi tempat tongkrongan anak laki-laki. Parahnya lagi sebagian besar yang ada di situ adalah kakak kelas Melli. Sebagai siswa baru Melli merasa takut dan malu untuk melewati tongkrongan itu. Melli takut kejadian yang tidak ia harapkan akan terjadi. Namun mau bagaimana lagi Melli harus melawan rasa malunya itu, jika tidak ia akan terlambat masuk kelas.

Akhirnya ia mengayuh sepeda dengan sekuat tenaga dan melewati segerombolan siswa laki-laki itu. Melli tak menghiraukan sama sekali sekelilingnya saat menuju parkiran sepeda. Begitu lurusnya pandangan Melli, seperti kepalanya tak bisa diputar untuk melihat kiri dan kanan.

Dalam hati Melli berkata, "Ayo Mell berani, berani gak usah liat siswa di situ."

Kemudian Melli bergegas menuju kelas yang yang sudah tercantum namanya pada saat pengumuman kemarin. Melli pun bergegas mencari tempat duduk. Tak lama kemudian Melli mendapatkan teman perempuan yang duduk di sebelahnya, dia bernama Anik. Akhirnya mereka pun berkenalan satu sama lain. Tapi lebih tepatnya Melli yang mengajak kenalan duluan.

PEMBOHONG SENIORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang