BAB 4

2 2 0
                                    

            Waktu akan selalu terus berjalan. Hidup memang ditakdirkan tak selalu indah. Banyak lika-liku kehidupan yang harus dilalui dengan jiwa dan raga yang kuat. Masa-masa itu, telah dilalui Melli dengan tegar. Menerima semua kenyataan yang digariskan Sang Maha Kuasa dalam hidupnya. Selalu berusaha menjadi manusia kuat disetiap keadaan. Menyembunyikan luka dan perih duka yang terjadi. Tapi sulit untuk melupakan.

Tak sedikit juga kebahagiaan yang didapatkan oleh Melli. Di SMA, yang menurutnya menjadi masa-masa sekolah paling indah, Melli tetap menemukan luka yang tak terhingga. Tapi itu tak seberapa dibandingkan dengan waktu dia SMP. Jika diharuskan mengingat moment masa sekolah, Melli benar-benar enggan untuk mengingat masa-masa suram waktu itu. Ya begitulah, masa dimana manusia ini sering diremehkan oleh manusia tak bertanggungjawab hingga sering dibutanya menangis dengan derasnya. Tak ingin Melli mengulang kembali masa itu. Ya memang, untuk saat ini Melli lebih bahagia bersama teman berseragam abu-abu. Melli lebih leluasa melakukan sesuatu sesuai dengan keinginannya. Lebih bisa melukiskan tawa diraut wajahnya. Walaupun terkadang ia masih merasa takut akan semuanya.

Kring...Kring...

Lonceng istirahat berbunyi dengan kerasnya. Melli dan teman kelasnya sangat antusias. Akhirnya mata pelajaran yang membuat mereka terdiam dan membisu telah usai. Guru yang membuat jantung berdebar kencang setiap mengajar. Untungnya jam pelajaran telah berakhir.

Anak-anak waktu kita sudah selesai ya, terima kasih atas perhatiannya. Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. (Sembari merapikan buku di atasa meja)

Baik, Pak. Waalaikumussallam Warahmatullahi Wabarakatuh. (Dengan lantang dan sorak gembira, mereka seakan mempersilakan gurunya untuk segera keluar kelas).

Blukutuk..(Suara perut Melli yang sudah mulai kelaparan). Ada-ada saja memang si cewek chubby. Ternyata teman sebangkunya mendengar gemuruh suara perut Melli.

"Mbak Mell, perutmu ta itu hahaha?" Tertawa dengan lebarnya.

"Heh, kedengeran ta? Hahaha jadi malu. Ya biasalah jam-jam siang butuh asupan." Sambil memegang perutnya.

"Hahaha ngakak banget si, untung aku aja yang denger."

"Sssttt, jangan keras-keras ngomongnya nanti kedengaran yang lain aku Malu." Tangannya membungkam mulut temannya.

"Iya Mbak, ya wajarlah siang kalau lapar."

"Yups, yuk ke kantin."

"Kantin atau kopsis (koperasi sekolah)? Kantin biasanya ruame banget."

"Iya tuh lihat aja sampe Bu Ndut ga keliatan badannya hahaha."

" Ngawur kamu haha, yaudah yuk berangkaatt." Sambil menarik tangan Melli.

"Bentar-bentar, rek siapa mau nitip jajan? Aku mau ke kopsis (koperasi sekolah)." Berteriak dengan lantangnya.

Tak disangka yang nitip banyak juga. Melli sedikit menyesal telah menawari temannya. Dikira hanya sedikit ternyata, membludak.

Nitip aqua Mel, nitip roti, nitip sate, nitip...nitip...nitip. Dalam hati Melli berkata Ya Allah salahkah aku berbuat baik?. Hahaha sungguh menggemaskan memang gadis satu ini. Dia sendiri yang menawarkan, dia juga yang kesusahan. Haduh Mel..Melli.

"Lho Lho banyak ya rek." Nada bicara lemas.

"La kamu Mell, nawarin segala udah tau teman kita males-males hahaha jadi banyak lah yang nitip."

"La iya itu, emang si males semua huh." Raut wajah yang masam.

"Udah ayo pergi biar gak nambah lagi titipannya." Bergegas menarik Melli keluar kelas.

"Yok yok cepet hahah lariiii."

Setelah berbelanja di kopsis (koperasi sekolah), dengan suara yang melengking Melli memanggili temannya yang menitipkan jajan padanya.

"Aqua ini punya siap woi?" Sambil menenteng aqua di atas kepala.

Punyaku Mel, punyaku. (Jawab rekannya)

"Ini punya siapa, ini juga, ini juga. Dahlah woi ambil sendiri punya kalian di atas meja. Ngrepotin aja deh manggil satu-satu." Sambil menyantap krupuk yang ada ditangannya.

Teman-temannya yang lain ketawa melihat Melli yang kecapekan membawa begitu banyak titipan. Hahahahah capek ta Mel, salahnya sendiri kowar-kowar di kelas, makasih ya Melli Cantik. Memang kalau ada maunya semua teman memuji kita. Tapi ya sudahlah, menurut Melli ini hal kecil semoga saja dapat pahala. Walaupun gak ikhlas sedikit wkwkwkwk. Bercanda kok gais, Melli ikhlas hahaha.

Kemudian Melli menikamti jajanan yang telah ia beli, namun sayangnya hal memalukan terjadi. Saat ia akan kembali duduk di kursinya, naasnya temannya yang jahil mulai beraksi.

GEDEBUK...

Ternyata Melli jatuh. Kursi yang akan iya duduki ditarik oleh temannya dari belakang. Semua temannya sontak kaget dan terdiam sejenak. Lalu menanyakan kondisi Melli.

Lho Mell, kenapa kamu. Nggak apa-apa kan? Ada juga yang nyeletuk lantainya nggak apa-apa kan Mel. (Ada yang tertawa lepas dan juga ada yang menahan tawa hingga mukanya terlipat-lipat).

Dalam hati Melli, ya ampun kok bisa gini sih, aku kan jadi malu. Sakit dikit pula. Bukannya ditolongin malah nanya lantainya. Wajahnya yang menahan malu, rasanya ingin menghilang dari peradaban ini.

"Nggak apa-apa aku he, Cuma agak malu dikit, emang ya si Sri tu". Menahan tangis dan mengusaha mengukir tawa.

Nampak dari bangku sebrang Yola dan Sri berdebat.

Tau nih Sri, bahaya tau bisa lumpuh kayak gitu. (Ucapnya dengan nada tinggi)

Ya kan aku Cuma bercanda huu.

Melli bergegas berdiri kembali, dan berusaha tenang walau masih sedikit kaget. Lalu ia berpura-pura tertawa karena kejadian tadi. Ia menganggap ini hanya sebuah lelucon. Akhirnya melli kembali bermain bersama temannya. Bukan bermain sih sebenarnya, lebih ke arah menggosip hahaha.

Beberapa jam kemudian tiba saatnya waktu pulang. Sesampainya di rumah ia ternyata terkunci. Ibu dan Bapaknya sedang pergi keluar. Akhirnya Melli memutuskan untuk menunggu mereka di ayunan di halamannya. Sambil bermain, Melli merasakan sakit dibagian pinggulnya.

Hemm, kok sakit sedikit ya bagian siniku, apa gara-gara yang jatuh tadi. Kepala ku juga sedikit pusing. (Ujarnya di dalam hati).

Aduh duh. Tapi aku gak boleh bilang Ibu sama Bapak. Aku gak mau mereka khawatir. Aku harus bisa nyembuhin sendiri.

Nanti di kamar ku oleh balsam aja deh siapa tahu lebih mendingan.

Tak lama kemudian Ibu dan Ayah tiba. Tin..tin..tin.. Suara klakson mobil Bapak yang cukup keras. Melli membukakan pintu gerbang dan berusaha terlihat baik-baik saja.

"Assalamualaikum, loh udah pulang anak Ibu." Sambil mencium kening Melli.

"Waalaikumussallam, iya dari tadi Bu. Ibu kemana sih lama sekali. Mana kunci rumah dibawa lagi?"

"Oalah kasian anak Ibu nungguin. Ibu sama Bapak habis dari rumah teman nak. Yaudah ayo masuk." Membuka pintu rumah.

"Iya Bu."

"Gimana tadi sekolahnya Mell, baik kan ?" Tanya Ibu.

Melli bingung antara mau jujur apa yang terjadi dan ia rasakan saat ini diceritakan semua atau biar saja dipendam olehnya sendiri. Akhirnya ia memilih menyembunyikan semuanya.

"Eeee baik kok Bu, aman. Seru banget sekolahnya." Ujarnya dengan bibir gemetar.

"Syukurlah kalau begitu."

"Iya Bu, ya udah Melli masuk kamar duluan ya Bu."

"Iya Nak."

Selepas ganti baju Melli segera mengobati sakit yang dirasakan, agar tidak berkepanjangan. Melli tak menyangka lelucon temannya tadi sedikit mengakibatkan badannya sakit walau sedikit. Dia memutuskan untuk tidur dan berharap sakitnya akan hilang saat bangun tidur nanti. 

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 13, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

PEMBOHONG SENIORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang