CHILDHOOD •4

16 9 1
                                    

ʜᴇʟʟᴏ ʀᴇᴀᴅᴇʀꜱ🥰
ꜱᴇʙᴇʟᴜᴍɴʏᴀ ᴊᴀɴɢᴀɴ ʟᴜᴘᴀ ᴜɴᴛᴜᴋ ᴠᴏᴛᴇ, ᴄᴏᴍᴍᴇɴᴛ, & ꜰᴏʟʟᴏᴡ, ᴏᴋᴇ!❣️
✨ʜᴀᴘᴘʏ ʀᴇᴀᴅɪɴɢ✨

✿✿✿

~FLASHBACK ON~

Tok..tok..tok

"Assalamualaikum..." terdengar suara ketukan pintu dan salam disaat hujan deras tengah mengguyur malam hari rumah Putri.

Putri yang sedang mengerjakan tugas sekolah di ruang keluarga, ketika mendengar suara salam dan ketukan pintu itu Ia pun segera beranjak menghampiri pintu dan membukanya.

"Waalaikumsallam.. A Ari?" panggil Putri terkejut melihat Kakaknya yang basah kuyup tengah tertunduk dan memeluk sebuah pigura foto di depannya itu.

"Siapa, de?" tanya Evva menghampiri Putri ketika mendengar suara ketukan di pintu dan salam tadi.
"Ari? Ya ampun ngapain malem-malem kesini? Mana hujannya deras gini ya Allah" ucap Evva ketika Ia melihat sang anak pertamanya itu mendatangi rumahnya dengan basah kuyup.

"Mah..." rintih Harish ketika melihat sang Ibu di depannya.

"Ada apa, A?" tanya Evva ketika melihat anaknya itu ternyata menangis menjadi membuatnya semakin khawatir.

"A Ari kenapa?" tanya Putri heran melihat Kakaknya itu.

"Ade kamu kerjain PR-nya di kamar gih disini dingin, angin dari luar masuk kedalem, nanti ade pilek lagi" ucap Evva berusaha tenang agar Putri pergi ke kamarnya, ketika Ia tersadar akan tujuan apa Harish datang ke rumahnya.

"Tapi AA kenapa, Mah?"

"AA gak kenapa-kenapa, udah sana cepet kerjain PR-nya, nanti keburu ngantuk ngerjainnya udah malem gini" jawab kembali Evva yang berhasil membuat Putri menganggukkan kepalanya. Putri pun membawa buku PR-nya dan semua alat tulisnya itu ke kamar, meninggalkan sang Ibu dan Kakaknya yang masih tertunduk memeluk pigura foto.

"Ini semua salah Ari ya, Mah?" rintih kembali Harish kepada Ibunya.

"Sini masuk, Mamah bawain dulu handuk ya, tuh baju kamu basah gini nanti masuk angin" ucap Evva berusaha menenangkan anaknya. Harish hanya bisa tertunduk dan menuruti Ibunya itu.

Evva yang sudah membawa Harish duduk di sofa ruang keluarga itu pun segera pergi untuk mengambil handuk dan teh panas untuk menghangatkan tubuh anaknya.

"Ada siapa, Mah?" tanya Haga sang Ayah dari Putri itu ketika baru saja keluar dari kamar mandi dan melihat istrinya sedang membuat teh di dapur.

"Ari" jawab Evva singkat melihat suaminya itu dengan tatapan sendunya. Mereka yang sudah mengetahui permasalahan Harish sebelumnya itu, membuat mereka mengerti kenapa Harish datang malam-malam begini.
"Biar Mamah aja yang ngomong sama Ari ya, Yah?" ucap Evva meminta ijin untuk menenangkan sendiri Harish, karena Ia tahu bagaimana emosi suaminya itu.

Haga paham akan situasi saat ini, Ia hanya memberi anggukan kepada istrinya itu dan menepuk pundaknya bermaksud untuk memberi sedikit kekuatan dan ketenangan kepada Evva. Ia pun pergi meninggalkan istrinya itu dan masuk ke dalam kamarnya.

"Ini, A minum dulu tehnya mumpung masih hangat, abis ini ganti bajunya ya basah semua nih" ucap Evva memberikan segelas teh hangat kepada anak sulungnya itu, namun tidak ada gerakan apapun dari Harish yang masih memeluk pigura foto itu dengan tatapan yang kosong.

Tak kunjung ada jawaban apapun Evva menghela nafas pelan menyimpan gelas berisi teh hangat itu di meja yang ada di depannya, lalu Ia menyampirkan handuk ke pundak Harish yang terbungkuk lemah. Ia berusaha mengambil pigura foto yang sedari tadi dipeluk anaknya itu secara perlahan-lahan, namun pigura itu semakin dipeluk erat oleh Harish.

PUTRI BUNGSUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang