Twenty Nine : Third Task

531 95 13
                                    

Tanpa terasa, dua hari telah berlalu begitu saja. Hari yang dinantikan semua orang, namun menjadi hari yang paling kutakuti telah tiba. Hari dimana para peserta Turnamen Triwizard akan melaksanakan tugas ketiga di lapangan Quidditch yang diatur sedemikian rupa menjadi sebuah kebun labirin dengan tribun penonton tepat di dekat pintu masuk menuju labirin.

Sebelum turnamen dimulai, para peserta turnamen diperbolehkan bertemu dengan orangtua masing-masing untuk memberikan ucapan semangat pada putra putri mereka, meski aku yakin disini hanya orangtuaku dan Cedric lah yang datang. Sebab, orangtua Krum dan Fleur sangat tak mungkin datang kemari karena mereka berasal dari negara yang berbeda, begitu juga dengan Harry yang tak mungkin membawa keluarga bibinya yang merupakan seorang muggle ke dunia sihir.

Aku memasang wajah memelas dan menatap Mom yang berdiri di depanku sembari memeluknya erat, "Mom, tak bisakah kita menunda tugas ketiga? I'm really scared."

Mom membalas pelukanku, ia kemudian memegang kedua pipiku dengan tangannya. "Everything will be fine, sweetheart. Kami semua akan mengawasimu dari sini."

"I have a bad feeling about this, Mom." Mendengar ucapanku, wajah Mom entah mengapa langsung memucat. Ia bahkan menjauhkan diri dariku dan langsung menghampiri Dad yang berdiri tak jauh dari kami. Aku yang tak mengerti dengan perubahan Mom yang begitu tiba-tiba hanya bisa memandanginya dengan tatapan bingung.

Mom lantas berdebat kecil dengan Dad, aku tak begitu mendengar perdebatan mereka karena sepertinya mereka sengaja mengecilkan suara agar tak menjadi pusat perhatian orang-orang di sekitar. Perdebatan keduanya baru selesai begitu Profesor Dumbledore memanggil kami semua untuk segera keluar dari ruang tunggu yang berada di bawah tribun penonton, sebab pertandingan sebentar lagi akan segera dimulai.

Dad dengan cepat merubah wajah seriusnya tadi dengan senyuman bangga, ia lantas membawaku dan Cedric dalam rangkulannya sembari mengucapkan kata-kata semangat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dad dengan cepat merubah wajah seriusnya tadi dengan senyuman bangga, ia lantas membawaku dan Cedric dalam rangkulannya sembari mengucapkan kata-kata semangat.

Sesampainya kami di tengah lapangan, aku memisahkan diri dari Dad dan Cedric menuju Mom yang berdiri di samping Krum dan Igor Karkaroff. Meski Mom memasang senyum lembut padaku, aku masih melihat ada ketegangan di wajahnya. Sorot matanya tampak berbeda, penuh kekhawatiran dan ketakutan yang begitu mendalam.

Ingin sekali aku bertanya ada apa gerangan, tetapi suaraku seperti tertahan di ujung tenggorokan. Membaca pikirannya pun juga percuma, Mom seolah menutup pikirannya rapat-rapat dan tak membiarkanku menyelam ke dalam pikirannya. Pada akhirnya, saat tangan hangat itu merangkul pundakku dengan sayang, aku hanya bisa memberikan senyuman tipis sebagai balasan.

Simpang siur sorakan semangat dari para penonton, tarian gemulai dari murid-murid Beauxbatons, dan juga permainan musik dari Hogwarts turut memeriahkan acara turnamen. Berbeda dengan wajah-wajah mereka yang begitu tampak antusias, kurasa disini hanya aku, Harry dan Mom lah yang memasang raut tegang.

Seperti biasa, Profesor Dumbledore mengalihkan atensi semua orang dengan mantra sonorus. "Attention! Pagi tadi, Profesor Moody telah meletakkan Piala Triwizard jauh di dalam kebun labirin. Hanya ialah yang tahu persis di mana lokasi piala itu berada."

The Other SideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang