04

221 3 1
                                    

Menyesal berbuat baik?
Kadang beberapa manusia pernah menyesali hal itu. Entah karena mereka lelah atau karena tidak mendapat yang sebaliknya.
Hingga kadang, beberapa dari mereka berfikif berbuat jahat juga perlu, berbuat jahat itu juga seru.
Lagipula sesekali menjadi antagonis tidak apa kan?

Huft

Entah sudah ke-berapa kali hembusan nafas berat keluar dari bibir mungil gadis yang saat ini sedang duduk bersandar diatas tempat tidur king size itu. Kedua manik nya meneliti lebam yang ada pada tubuhnya. Ia meraba luka itu

'aww

Mengenaskan
Gadis itu tertawa kecil, Sakit namun juga lucu. Ia bahkan di hukum karena luka yang tidak ia perbuat sama sekali, bahkan ia sudah berusaha semampunya untuk memenuhi apa yang mereka harapkan, namun tetap saja selalu salah. Semesta memang kadang keterlaluan.

Saat ia tengah memikirkan nasibnya, tiba-tiba sebuah nampan berisi makanan di letakkan di sebelahnya.

" Kamu udah baikan?"
Gadis berponi yang membawa nampan itu melihatnya, Kinnan. Gadis itu mengerjap lucu dengan setelan piama bergambar kucing yang melekat di tubuhnya

Ia hanya tersenyum singkat sebagai jawaban

" Yang sabar ya Sa, aku tau ini berat, tapi kamu pasti bisa kok"
Gadis berponi itu tersenyum lebar memberikan semangat kepada sahabatnya. Ia memberikan segelas air kepada teman baiknya agar merasa lebih baik, sang empu menerimanya dan meneguk beberapa kali.

" Makasi ya Ki kamu udah mau bantuin aku" Sasa berkata dengan nada lemah dan sepasang mata yang menyiratkan kerapuhan

Benar, Selama ini ia sudah cukup lelah menghadapi semua cobaan yang diberikan, ia lelah menanggung semua beban. Kinnan benar, ia pasti bisa, ia harus berubah. Kini tidak ada lagi Sasa si gadis lemah, ia akan membuang semua memori buruk itu, meskipun tidak mudah

" Bubur ini kamu makan ya?, papah yang buatin, aku engga bisa masak soalnya"
Katanya disertai cengiran. Kinnan mengusap rambut Sasa dengan sayang.
Oh Tuhan, betapa bersyukurnya Sasa bertemu dengan orang baik seperti dia

Tampa menghiraukan ucapan sahabatnya, gadis itu bangkit lalu memeluk erat sahabatnya. Sasa menangis dengan kedua tangan yang memeluk erat. Ia sangat menyayangi sahabatnya, ia sangat menyayangi Kinnan.

___

02.15

Jam dua dini hari, Sasa terbangun dari tidurnya. Ia merasakan sakit di sekujur tubuhnya, melelahkan. Dia bangkit, lalu menghempaskan kembali tubuh jangkungnya. Pandangannya tertuju pada bubur dingin di atas nakas yang sejak tadi ia diamkan. Sasa tidak lapar. Atau lebih tepatnya tidak nafsu makan.
Entahlah, Sasa hanya ingin beristirahat sekarang, tapi tidak bisa. Pupilnya seolah tidak mau di ajak untuk istirahat, mungkin tidur beberapa jam tadi sudah cukup untuk nya.

Kedua pupilnya meneliti setiap inci kamar yang ia tempati sekarang, kamar dengan nuansa abu bercampur putih, dengan gorden gold mewah yang terpasang di jendela.

" Kenapa aku bisa ada disini?"

Sedikit terlambat, jika saat ini Sasa menanyakan hal itu, tapi ia sungguh bertanya tanya, bagaimana ceritanya dia bisa ada di dalam rumah besar ini. Seingatnya Sasa, terakhir kali ia terkapar lemas di atas lantai tanah dengan keadaan tubuh yang mengenaskan.

Jawabannya jelas karena Kinnan, gadis baik yang menyelamatkan hidupnya yang pada saat itu sedang berada di ambang kematian (?)
Kinnan, banyak orang menilainya adalah gadis lemah, manja. Persepsi orang terhadap kinnan tidak sepenuhnya salah, Sasa mengkui hal itu. Kinnan adalah gadis yang terkadang di bully, tapi ia tidak bisa melakukan apapun, kecuali mengadu pada Devano, papanya. Sasa memanggilnya Om Dev. adalah seorang duda yang menjabat sebagai Ceo di perusahaan yang cukup terkenal di daerah Jakarta. Dengan statusnya yang saat ini duda dengan harta kekayaan yang berlimpah, membuat Dev digilai oleh banyak perempuan. Berbicara tentang harta seorang Devano, tidak akan ada habisnya. Sasa memilih untuk ke mengambil air sekaligus mencuci wajahnya agar lebih segar.

___


Sasa pov

Aku berjalan dengan tangan meraba di kegelapan, suasana rumah yang cukup gelap, membuatku harus ektra hati-hati agar tidak menjatuhkan satu pun barang mahal yang ada disini. Dengan mempertajam penglihatanku, aku berjalan perlahan menyusuri tangga.

Saat tiba di dapur dengan keadaan lampu menyala, pupilku menangkap sosok yang saat ini tengah duduk sambil menyesap segelas kopi, bisa ku pastikan dari aroma yang keluar dari cangkir itu.

Pasti kopi mahal

Aku melangkahkan kaki mendekat, hanya untuk mengambil segelas air. Sebagai formalitas aku menyapa om Dev yang saat ini tengah termenung seperti sedang memikirkan sesuatu

" Hai om"
Sapaku sedikit kikuk. agak canggung rasanya, bertegur sapa dengan orang yang sama sekali tidak pernah berbicara padaku. Ditambah aura menyeramkan yang keluar dari tubuh Om Dev yang membuatku merasa terintimidasi.

Om dev hanya melirikku sekilas.
Yah, aku sudah menebak tidak akan mendapat respon baik, lalu apa lagi?. Setidaknya aku sudah bersikap baik pada pemilik rumah yang sudi menampungku disini, meski hanya sementara.

" Kamu belum tidur?"

Ehh?
Dia bilang apa tadi?,
dia bertanya padaku?.
Karena bingung mau menjawab apa, aku hanya tersenyum kecil sebagai jawaban. Setelah itu tidak ada percakapan lagi di antara kami. Aku hanya berdiri seperti orang bodoh sambil memandangi om Dev yang sesekali menyesap kopinya, pasti dia sedang banyak pikiran.

Ku langkahkan kakiku mendekat, berniat ingin mengajaknya mengobrol. Lagipula aku juga tidak bisa tidur kan?.
Setibanya di samping om dev, pupilku menangkap jarinya yang terbalut kain kasa, dia terluka kah?.

" Tangan om dev kenapa?"
Tanyaku penasaran, ku pandangi tangannya yang berbalut kain putih itu. Om dev tidak menjawab, ia malah menunjukkan jarinya tepat di depna wajahku.

" Jari ini?"
Tanyanya

Kelima jarinya yang saat ini tepat berada di depan wajahku, dengan jari telunjuknya yang dibalut kain kasa. Ia melekuk-lekukkan jari itu. Entah apa maksudnya

"  saya tadi terluka saat mengiris bawang"
Jawabya setelah menurunkan kelima jarinya dari pandanganku

Aku hanya diam.
Pandanganku jatuh pada jari yang terluka itu, hanya diam mengamati.

Tangan

Otakku entah mengapa tiba-tiba membayangkan hal yang tidak semestinya

Tangan

Membayangkan tangan berotot itu membelaiku halus. Jauh di bawah sana.

Tangan..

Jauh dibawah sana, kurasakana sesuatu yang mulai basah, aku menggigit bibir dalamku untuk menahan sesuatu. Sialan! Aku tidak tau kenapa aku sangat mudah

Ku alihkan pikiranku dari hal yang berbau tidak baik. Ku sibukkan untuk mengambil segelas air, seperti tujuan awalku tadi, entah mengapa aku merasa sangat haus saat ini. Ku teguk air bening itu

Tangan...

Sialan, otakku benar-benar harus di bersihkan. Aku terdiam sambil memikirkan apa yang otakku inginkan sekarang. Posisiku yang saat ini membelakangi om Dev membuatku sedikit lega karena dia mungkin tidak bisa melihat ekspresiku yang sedikit, menjijikan?

Tangan itu, bagaimana rasanya tangan berotot itu?. Saat jari itu masuk, membelai dibawah sana, meliuk-liuk dibawah sana. Oh, bagaimana kalau tidak hanya satu jari, tapi tiga jari sekaligus. Apakah rasanya akan sakit, atau mungkin nikmat?. Astaga, aku menginginkan tangan itu

Sshhh

" Kamu kenapa mendesah?"

my naughty girl Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang