iv. Partner in Crime ❪ TH ❫

202 20 2
                                    

Moral of the Story - Ashe !
────────────────


"STOPPPP!! Hosh ... hosh ... noh⸻hah ... hah ... stop nonh! Setooppphhh! Adehh!" Habis napas pria beriris pine yang mengejar ngejar gadis berhoodie kebesaran itu.

Thorn memutuskan berhenti. Ia memegangi kedua lututnya. Lelah. Bahkan kecepatan larinya yang sudah diuji secara profesional itu tetap kalah cepat dengan gadis yang sudah tidak terlihat lagi batang hidungnya itu. Thorn mengusap peluh.

Sebetulnya, tak perlu lah ia susah susah mengejar perempuan itu. Pasti balik lagi, ia ramal sebelum jam delapan sudah dirumah.

Maksudnya, tidak perlu dikejar karena memang anak perempuan itu suka sekali kabur dari rumah. Tugas Thorn sebagai pengawal pribadi itu yang jadi masalahnya. Kalau bukan karena kewajiban dan perintah majikannya yang garang itu, mending ia menanam tanaman saja⸻hobinya.

Adalah sebuah keajaiban bagaimana seorang Thorn yang naif dan polos itu bisa diangkat jadi pengawal pribadi. Tuan Kaizo menolak mentah mentah saat melihat resume cowok beriris pine itu. Dari wajahnya saja sudah tidak ada harapan.

Istrinya yang kemudian membujuknya untuk memberi kesempatan pada anak muda itu. Ia menonton sendiri tes kelayakan Thorn, dan luar biasa! Tanpa disangka sangka, anak muda itu berbakat sekali. Dengan uring-uringan⸻tapi juga lega, Kaizo menerimanya.

Dua perempuan kesayangannya, istri dan anak semata wayangnya bersorak senang mendengar keputusan ayahnya.

Nah, disinilah plot twist nya. Sebetulnya memang sengaja istrinya ingin Thorn yang menjaga anaknya. Katanya ia melihat bibit sesuatu.

Nyonya Anabela⸻demikian nama ibu anak perempuan tadi⸻tahu ia tidak salah pilih saat melihat attitude yang ditunjukkan oleh pemuda bernama Thorn itu. Iya, Thorn itu memang polos-polos oon orangnya. Tapi justru menurutnya itulah orang yang jujur, lembut, dan baik hati. Kenyataannya memang begitu.

Aura, nama anak semata wayang dari pasangan Kaizo-Anabela tadi senang dengan pilihan ibunya. Hal yang membuat Anabela puas. Ia bisa lihat Aura tampak nyaman bersama Thorn.

Nyaman. Aura nyaman, Thorn tepar. Kelakuannya itu lho...!

Anak SMA tingkat akhir itu amat tidak betah dikurung di rumah oleh ayahnya. Ada saja kelakuannya. Di sekolah, hukuman yang diterimanya seperti jadwal jadwal les. Tiga kali seminggu.

"Haus, pak?" jahil Aura menggoda Thorn yang menyandar pada tembok trotoar. Tersenyum simpul, diserahkannya botol air mineral pada pengawal kesukaannya itu.

Thorn meneguk isinya sampai langsung setengah.

"Teh... imah kasih, Nonahh. Dan satuhelagih... aku masih mudahh. Bukan... bapah-bapahh,"

Betulzbetul kelelahan nampaknya. Aura terkekeh, "Masa aku panggil 'kak'? Atau harus kupanggil nama? Tomo, kan?"

"Thorn. Fresh graduate. Masih muda. 21 tahun," terang Thorn tanpa diminta.

Aura mengangguk. Oh, beda dua tahun dengannya. Tapi kok sudah lulus? Malah dirinya yang 19 tahun saja belum.

"Karena aku pintar, Nona." Seakan bisa membaca pikiran, Thorn menjawab santai.

"Aku juga pintar, tahu!"

"Iya pintar, tapi tidak ada empatinya! Bisa pingsan aku mengejarmu tiap hari, Nona."

Favorite Crime | BoBoiBoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang