My Love is My Friend's Father

1.7K 102 8
                                    

"Kiara!!! Ya ampun, gue kangen banget sama lo!" seru gadis bernama Octavia. Ia langsung memeluk Kiara yang tak lain adalah sahabat dekatnya sejak SMP. Mereka harus terpisah lantaran Octavia memilih melanjutkan kuliah di luar negeri. Sekarang ini pun, Octavia bisa pulang karena perkuliahan tengah libur.

"Gue juga kangen banget sama lo, Via," sahut Kiara seraya balas memeluk Octavia. Sudah lama mereka tidak bertemu karena terpisah oleh jarak. Meski begitu, mereka tetap sering berkomunikasi melalui media sosial.

"Pokoknya, selama gue ada di sini, lo harus sering-sering nemenin ke mana pun gue pergi, oke?" pinta Octavia yang Kiara balas kekehan.

"Iya, lo tenang aja. Gue pasti nemenin lo kok," sahut Kiara. Mereka kembali berpelukan dan tak menghiraukan tatapan orang-orang yang berlalu lalang di bandara. Kiara memang sengaja datang ke bandara untuk menjemput Octavia yang pulang hari ini.

"Ngomong-ngomong, Papa gue ke mana ya?" tanya Octavia karena tak melihat kehadiran papanya. "Masa iya nggak ngejemput gue? Mentang-mentang udah ada lo yang jemput," gurutunya sebal.

"Papa lo pasti datang kok. Mungkin aja lagi kena macet. Kita tunggu aja ya," balas Kiara sambil tersenyum penuh makna.

"Iya kali ya."

Tak begitu lama, yang mereka tunggu-tunggu akhirnya tiba juga. Langsung saja Octavia menghambur ke pelukan papanya.

"Papa kangen banget sama kamu, Sayang. Di sana kamu baik-baik aja 'kan?" tanya Pram sembari mengecup puncak kepala anaknya.

"Via baik-baik aja kok, Pa. Papa nggak usah khawatir ya, soalnya Via bisa jaga diri. Malah Via yang khawatir, takut Papa kesepian."

Sebenarnya dulu Octavia merasa berat untuk mengambil kuliah di luar negeri. Ia tak tega meninggalkan papanya yang duda seorang diri. Tetapi papanya malah mendukung demi masa depannya.

Sang mama meninggal saat Octavia masih berusia sepuluh tahun. Kini, ia telah berusia dua puluh tahun. Itu artinya, sepuluh tahun sudah papanya menduda tanpa didampingi sosok istri.

Olivia bukannya tidak mengizinkan papanya untuk menikah lagi. Ia mendukung, sangat mendukung jika demi kebahagiaan papanya. Tapi rupanya, cinta sang papa masih teramat besar untuk mendiang mamanya. Hingga Pram tak pernah mau membuka hati untuk wanita lain.

"Ya udah, kita pulang dulu dan lanjut ngobrol di rumah ya. Bibik udah masakin masakan kesukaan kamu loh. Ayo Sayang," ajaknya pada kedua gadis itu.

Mereka melangkah meninggalkan bandara untuk menuju tempat Pram memarkirkan mobilnya. Kiara dan Octavia berjalan di depan, sementara Pram di belakang mereka sambil menarik koper sang anak. Lelaki itu tersenyum karena melihat keduanya begitu akrab.

"Lo duduk di depan sama Papa ya, Ra. Gue di belakang, biar bisa selonjoran. Pegel soalnya," ujar Octavia yang langsung masuk ke kursi penumpang belakang padahal papanya sudah membukakan pintu depan.

Kiara yang mendengar ucapan Octavia itu sempat menaikkan alisnya. Tetapi kemudian ia mengangguk dan masuk ke kursi samping kemudi setelah memberi senyuman untuk Pram.

Perjalanan pulang mereka ditemani dengan obrolan menarik seputar kuliah Octavia di luar negeri. Sesekali Kiara melirik ke sampingnya dengan bibir yang tertarik melengkungkan senyuman. Hingga kemudian mereka tiba di kediaman Pram dan Octavia.

"Ayo, Ra, masuk. Lo pasti udah lama banget nggak pernah ke sini lagi 'kan?" ajak Octavia ketika mereka sudah turun dari mobil. Sedangkan Pram, terlebih dahulu membuka bagasi untuk mengambil koper sang anak.

Ddrrtt ddrrtt

"Lo duluan aja ya, Via. Gue mau nerima telpon bentar," ujar Kiara begitu ponselnya berdering pertanda ada panggilan masuk.

"Ya udah, gue tunggu di dalem ya."

Kiara mengangguk saja. Setelah kepergian Octavia, ia pun melangkah mendekati Pram yang masih ada di depan bagasi.

"Kenapa, Mas nelpon aku?" tanyanya bingung. Ya, yang menghubunginya tadi memanglah Pram, papa dari sahabatnya sendiri. Sekaligus kekasih dan lelaki yang dicintai juga mencintainya.

"Mas juga kangen kamu kayak Via, Sayang."

"Mas... Kita 'kan udah tiap hari ketemu. Nanti ketahuan Via loh," ujar Kiara seraya buru-buru melepaskan tangannya dari genggaman tangan Pram.

Bukannya tak suka digenggam kekasihnya, setiap kali mereka jalan bersama Kiara selalu merangkul tangan Pram. Hanya saja kini ada Octavia. Sedangkan ia dan Pram menjalani hubungan asmara secara sembunyi-sembunyi tanpa sepengetahuan sahabat dan anak dari kekasihnya itu.

"Mas berencana ngasih tau hubungan kita sama Via, Sayang. Biar Mas bisa ngelamar dan nikahin kamu secepatnya," ujar Pram mulai serius.

Hubungan Pram dan Kiara sudah berlangsung selama dua tahun. Sejak itulah mereka sudah menyembunyikannya dari Octavia. Sekarang, Pram merasa kalau sudah waktunya untuk memperkenalkan Kiara sebagai kekasihnya di hadapan Octavia anaknya.

"Aku takut Via nggak setuju sama hubungan kita, Mas," sahut Kiara lirih.

"Kamu sama Via 'kan udah sahabatan lama, Sayang. Via pasti setuju banget kalo tau Mas mau nikahin kamu."

"Sebagai sahabat, mungkin iya Via nerima aku, Mas. Tapi belum tentu dia nerima aku juga sebagai mama tirinya. Nanti aja ngasih taunya ya, Mas. Aku mohon sama kamu. Soalnya aku belum siap. Aku takut kehilangan kamu sama dia," ujar Kiara memelas yang membuat Pram menghela napas pasrah.

"Ya udah. Mas bakal nunggu sampai kamu siap. Tapi Mas mohon, jangan lama-lama ya, Sayang. Mas minta, kamu mikirin soal masa depan kita," pinta Pram seraya membawa Kiara ke dalam pelukannya.

"Iya, Mas. Ayo kita masuk, nanti Via curiga."

"Iya, ayo."

***

19-11-2021

Cerita versi lengkap tersedia di KaryaKarsa dan juga Google Playstore/Book.

See you ❤️

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 19, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My Love is My Friend's fatherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang