Rumah Toko Keluarga Widjono, 14 Mei 202X, Pukul 19.14, Banyu Timur, 24 Mei 202X, Pukul 18.40
Saat bulan sudah mencapai puncaknya di langit, Flora Widjono menyelesaikan kegiatan merapikan depan toko. Dengan cermat, dia menyusun bunga-bunga yang masih segar dan belum mendapatkan pembeli pada hari itu. Selain itu, dia juga memasukkan beberapa bunga yang telah dipesan oleh pelanggan ke dalam pendingin. Ketika dia hendak mematikan lampu depan toko, pintu kaca toko didorong dan lonceng toko berbunyi.
"Kriing!"
(???): "Ra, sudah selesai jaga toko kan? Keluar yuk sekedar jalan-jalan."
Flora: "Kamu datangnya jam sebelas malam begini. Aku juga harus beres-beres ruko tahu, Lena!"
Lena: "Ayoooo! Aku pinjam mobilnya Kak Ito kok! Dia sama Daniel lagi ada kerjaan di kantor jadi aku bosan sendirian di rumah."
Flora: "Ya sudah kalau mau keluar jam segini kita mau kemana?"
Lena: "Club"
Flora: "Gak tobat-tobat–"
Lena: "Bercanda lah! Ke pelabuhan aja bagaimana?"
Flora: "Ya sudah aku ngomong ke adik-adik sama mama dulu"
Lena bersandar dengan santai di dekat tiang di sekitar meja kasir, sementara dia mengamati sahabatnya yang sedang naik ke lantai atas. Dia dengan samar-samar mendengar perbincangan antara sahabatnya, adik-adiknya, dan ibunya. Kemudian, Flora turun dari tangga dengan mengenakan jaket bertudung dan menjepit rambut hitam panjang bergelombangnya. Jika dipertimbangkan lebih lanjut, tidak mengherankan bahwa banyak orang yang berusaha mendekati Flora karena kulitnya yang cokelat manis dan sifat periangnya.
Flora: "Ayo"
Lena: "Cus!"
Lena mengendarai mobil Toyota C-HR Hybrid berwarna merah milik kakaknya. Mesin dinyalakan dan Flora duduk di kursi penumpang di belakang. Lena menyalakan pendingin agar mereka tidak perlu menurunkan kaca jendela mobil.
Lena: "Hei, duduk di depan jangan di belakang. Masa aku sendirian di depan?"
Flora menggaruk kepalanya dan memutuskan untuk pindah duduk di depan, bersebelahan dengan Lena. Meskipun sebenarnya dia merasa kurang nyaman duduk di depan, terutama di dalam kendaraan yang memiliki nilai setengah miliar, namun dia menghormati keinginan temannya untuk duduk di bagian tersebut. Dengan memakai sabuk pengaman, Flora berpindah ke kursi depan mobil.
Sepanjang perjalanan, keduanya berbincang-bincang dan membahas berbagai topik, mulai dari yang ringan hingga serius. Malam itu, Lena memiliki keinginan untuk mengunjungi pelabuhan yang dimiliki oleh keluarganya. Pilihan ini bukan karena urusan bisnis, melainkan karena udara di sana dinilai cukup nyaman untuk dinikmati. Setelah perjalanan, Lena memarkir mobil di depan minimarket yang terletak di pelabuhan.
Lena: "Mau beli apa Ra? Aku yang bayarin yah"
Flora: "Air mineral aja satu botol"
Lena: "Hah? Itu doang?"
Flora: "Gak sehat minum bir kayak kamu"
Lena: "Iya Bunda"
Tidak lama kemudian, Lena keluar dengan senyuman lebar, membawa tiga kaleng bir, satu botol air mineral, dan tiga potong roti polo moka. Flora menggelengkan kepala sambil tersenyum melihat tingkah laku sahabatnya. Keduanya kemudian duduk di tepi dermaga kayu biasa. Dengan menggunakan kukunya, Lena membuka kaleng bir pertama, yang diikuti oleh bunyi gas yang keluar dari dalam kaleng.
Lena: "Kamu sudah lihat berita? Celine sudah merilis brand makeup miliknya dan nama brandnya itu 'Stars!'. Lucu juga yah gadis yang biasanya lihat kucing di pinggir jalan gak dikasih makan langsung menangis bisa punya bisnis, tapi gak heran sih. Privilege!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Mend In Ailing (Sedang Direvisi)
General FictionPersahabatan, cinta, dan keluarga teruji dalam satu malam. Ketika kau ingin keadilan, tapi kau tahu kekuatan lawanmu yang mampu membeli kebebasan. "Kalau begitu aku minta maaf sudah menjadi hama di antara kalian ... Aku sadar aku di sini korban, ta...