06.00
Devan telah sampai didepan rumah Jingga. Ia memencet bel hingga pintu terbuka menampilkan Bi Siti asisten dirumah Jingga
Devan menyodorkan tangannya untuk Salim, "Jingga udah bangun Bi?" Tanya Devan setelah selesai Salim
"Belum bangun den, saya sudah bangunin dari tadi" Devan menggelengkan kepalanya dasar kebo. Batinnya
"Devan izin keatas ya bi, mau bangunin Jingga dulu"
"Silahkan den, bibi mau lanjutin masak lagi" ucap bi Siti
Devan melangkahkan kakinya kekamar Jingga. Saat membuka pintu ia melihat kekasihnya tidur dengan selimut yang menutupi seluruh badannya
Devan mematikan alarm yang berbunyi sangat kencang. Ia menyibak selimut "bangun" ucap Devan dengan datar
Jingga tak kunjung bangun membuat Devan kesal. Devan menutup hidung Jingga. Membuat Jingga langsung bangun dengan gelagapan
"Ih bangunin yang bener dong" ucap Jingga kesal sambil mengatur nafasnya
"Mandi sana" ucap Devan. Jingga merebahkan tubuhnya kembali "masih ngantuk"
"Gue hitung sampe 3"
"Satu"
"Dua"
Dengan kesal Jingga bangun dan mendorong tubuh Devan bacot. Batinnya
"Gue tunggu dibawah" ucap Devan melihat Jingga masuk kekamar mandi
***
Jingga melihat Devan duduk dimeja makan sambil bermain handphone."Makan" titah Devan tanpa mengalihkan pandangannya dari handphone. "Kamu udah makan?" Devan menggeleng
Jingga mengambilkan makanan untuknya dan Devan
"Mami Papi kapan pulang?" Tanya Devan
"Nanti malem" Jingga memberikan piring yang sudah berisi nasi dan lauk ke Devan
Setelah itu tidak ada pembicaraan lagi, mereka makan dengan keheningan
"Bi Jingga berangkat dulu ya" ucap Jingga sambil berteriak, lalu berlari menyusul Devan yang sudah masuk ke mobil
"Udah? Pake seltbelt"
"Udah, ayo"
Selang beberapa menit mereka sampai disekolah. Seperti biasa, Devan akan mengantarkan Jingga sampai depan kelasnya
"Belajar baik-baik" ucap Devan
"Iya ganteng" ucap Jingga sambil tersenyum
"Woi Jing!" Panggil Rico. Jingga melemparkan buku absen ke Rico "udah dibilangin jangan panggil Jing! Nama gue tuh Jingga J I N G G A"
"Y"
Jingga melirik sinis Rico lalu duduk di bangku nya. "Lo udah pr MTK belom?" Tanya Rico
"Oh udah dong" jawab Jingga angkuh sambil mengibaskan rambutnya
"Nyontek dong"
"Gak mau! Enak aja"
"Dasar pelit!"
"Bomat"
Rico mencari mangsa baru, menanyai setiap murid yang baru masuk ke dalam kelas.
"Jingga cantik" sapa Intan.
"Hilih ada maunya pasti" cibir Jingga ia sudah hafal betul sifat teman-temannya
"Hehe tau aja lo, jadi malu" namun dengan tak tau malunya Lia mengambil buku Jingga di tasnya
"Heh Maemunah! Gue belum ngomong iya ya"
"Lama Jing"
"Eh Jingga maap-maap" Intan segera meralat omongannya
"Ira masuk gak ya" ucap Lia sambil menulis
"Loh kenapa emang?" Tanya Jingga
"Kemaren telpon gue sambil nangis, gegara biasnya punya anak lagi"
"Lagian ngadi-ngadi dah tau beda negara, beda agama, masih aja naruh perasaan. Itu orang Korea nya juga belum tentu tau kalo dia idup" ucap Intan. Ia sangat gemas dengan sahabatnya yang sangat bucin dengan idolanya itu
"Panjang umur, orang yang dibicarain Dateng" ucap Jingga. Ia dapat melihat mata Ira yang bengkak
"Ah Ira pake masuk segala, uang jajan gue berkurang kan jadinya" celetuk Farel. Ira tidak menggubris omongan Farel. Mood nya hancur sejak semalam
"Lo gak papa Ra?" Tanya Jingga. Ira hanya mengangguk
"Udah pr Ra?"
Ira menggeleng. "Pat Pat! Minta tolong dong, tulisin ini buat Ira ya. Tar gue bayar deh gimana?"ucap Intan. Fatimah hanya mengangguk. Fatimah anak introvert, dalam kelas dia jarang sekali berbicara. Fatimah seringkali dimanfaatkan, namun tidak pernah protes. hal itu menjadikan semua teman-temannya menjadi seenaknya
Teeet teeet dimohon anak-anak segera masuk kedalam kelas masing-masing. Suara pemberitahuan dari lobi
Mereka duduk ditempat masing-masing. Pelajaran pertama adalah biologi.
"Woy Bu Tynna gak masuk anak nya sakit" ucap Deo. ketua kelas
"Alhamdulillah eh astaghfirullah"
"Mabar kuy"
"Woy jawaban MTK udah belom?"
"Udah bayar kas belom Lo?"
"Alah besok ajalah si Ira keknya lagi galau noh, Alhamdulillah uang jajan gue aman"
"WOI JANGAN BERISIK ENTAR ADA GURU!" ucap Deo. Kelasnya sudah seperti pasar ramai
"Udah Ra" ucap Jingga sambil mengelus punggung Ira
Ira menangis dengan keras "gak bisa gue Jingga, merasa dihianatin gue" srop Ira menarik ingus nya dengan tisu
"Gue udah ngebias-in dia 4tahun. Punya anak satu aja gua gak terima eh sekarang nambah anak lagi" srop
"Jorok bangsat!" Umpat Intan
"Mangkanya, mereka kan Udin bilang cintai sebagai fans!" Semprot Intan membuat tangis Ira semakin kejer
"Tan!" Tegur Lia
"Udah ah, Lo harus bisa lepasin mereka. cepat atau lambat mereka juga bakal punya kehidupan sendiri. Nikah, punya anak. Itu hak mereka kita sebagai fans cuman bisa kasih dukungan. Yok bisa yok" ucap Lia memberi pengertian
Ira mengangguk "makasih"
Setelah adegan drama tadi Ira telah sadar, dan jiwa bandahara nya telah kembali. Ira menarik nafas panjang. Lalu mulai berkeliling
"Kas" Ira menyodorkan tangannya sambil membawa buku catatan
"Yaelah Ra gue kira Lo lupa, lagi galau juga masih inget duit"
"Bacot! Cepet kas"
"Gue besok deh Ra kagak bawa uang saku gue"
"Gue belum sarapan Ra, uangnya mau buat sarapan"
"Ra gue nabung buat bayar SPP"
"Heh buapak Lo direktur! Udah kagak mampu Lo bayar SPP" sarkas Ira
"Bayar kas atau gue aduin ke walas" ancam Ira
"Nih nih, dasar Tukang ngadu!"
Satu persatu mulai menyetorkan uangnya. Kini giliran anak perempuan, kalo cewe mah kagak perlu banyak tenaga
TBC
Gak jelas bgt hiks srott 😭
Dapet feel nya gasih? 😭
Dahlah