~12

1 0 0
                                    

Tidak jauh berbeda dengan keadaan didalam diluarpun sudah banjir oleh air mata mereka tidak perduli apa yang dikata orang lain melihat mereka nangis,bahkan wajag Dimas dan Haikal saat ini sudah bengkak.mereka benar-benar tidak mau kehilangan adik kecil mereka hati mereka begitu sakit hancur rasanya melihat seseorang yang menjadi penyemangat kini malah terbaring di atas brankar,mereka terlambat bahkan yang sangat terlambat adalah Yuda dan jae mereka menyesal kenapa selama ini mereka sangat jahat ke Ara bahkan mereka mengabaikan gadis manis itu
Jae menyesal sangat menyesal gadis itu tulus mencintainya bahkan dia tidak mengangap rasa gadis itu,dia mengabaikannya bahkan dia menyakiti gadis itu dengan berpacaran dengan sahabatnya yang bahkan hanya memanfaatkannya.
Dia tidak mendengarkan peringatan gadis itu dan malah berpura-pura tidak ada orang berbicara.

Kedua orang tua Ara keluar mereka bilang Ara ingin menemui jae,bang jae segera masuk menemui ara yang sedang tersenyum,senyum itu yang tanpa sadar jae rindukan saat tidak melihatnya.

Merentangkan kedua tangannya jae menyambut pelukan yang diberikan gadis itu,kali ini dia tidak akan menolaknya lagi bila perlu sampai kapanpun jae tidak akan menolak gadis ini lagi.

"Bang Ara seneng banget bisa peluk Abang"pelukan nya erat pelukannya hangat pelukannya menenangkan,pelukan ini yang jae butuhkan.
"Bang jae gak terpaksakan?"jae hanya menggeleng
"Bang jae Ara cinta banget sama Abang,Ara gak nyesel kok gangguin Abang"ujarnya yang membuat jae tersenyum

"Kamu gak nyesel Ra,cuma Abang yang kesel"sahut jae yang disambut tawa cekikikan gadis itu

"Kamu sembuh ya,udah ini Abang traktir makan,Abang ajakin kamu jalan-jalan ya"ucap jae yang menahan sesak didadanya rasanya saat ini dadanya begitu penuh bahkan untuk bernafas saja rasanya sulit

"Ara mau,cuma Ara capek banget bang"adunya pelan bahkan suaranya dari tadi nyaris habis

"Gapapa Abang tungguin sampe Ara gak capek lagi,mau ya bisanya Ara yang ngajakin Abang jalan tapi kini abang loh yang ngajakin masa gak mau"jae berbicara panjang lebar takut mata itu tertutup

"Tapi Abang gak pernah mau,sakit tau"bibir itu mengerucut lucu.

"Makanya kali ini Ara harus mau,Abang maksa Lo Ra"ucap jae berhasil menarik senyum simpul gadis itu

"Hmm Ara usahain,tapi kini Ara mau tidur dulu capek banget dada Ara sakit bang"berhenti sejenak dia melanjutkan"bang Ara sayang sama Abang saya juga sama yang lain sampe kapanpun bang,makasih ya udah jadi cinta pertama Ara,bilangin sama yang lain makasih udah jadi Abang Ara"kali ini pelukan itu sedikit mengendur

Jae yang panik segera mengeratkan pelukannya"jangan dilepas Ra"
"Iya gak dilepas"sahutnya nyaris berbisik

Berusaha mengambil kedua pipi jae Ara melihatnya dengan tatapan sayu,mata itu nyaris tertutup mendekatkan bibirnya perlahan Ara mencium pipi jae yang tentu saja tindakan Ara membuat jae berdebar,satu hal yang baru jae pahami atas tindakan nya selama ini jae mencinta ara,jae menghindari bukan karena benci jae terlalu malu untuk mengakuinya.

"Makasih ya jae makasih"mata itu tertutup kepalanya lunglai menabrak bahu jae,tangan kecilnya terlepas dari pipinya mulut itu tidak lagi berbicara,hidung itu tidak lagi mengeluarkan udara aranya aranya udah pergi aranya tidak bisa bertahan aranya memilih berhenti.

Seketika jae berteriak histeris"ARA ARA BANGUN JANGAN BERCANDA ARAAAA"teriakkan jae terdengar sampai keluar yang membuat tangis itu kembali terdengar pilu Ara mereka pergi aranya telah pergi Ara mereka tidak mampu lagi menahan sakit.

"Paaaa araa paaa"tangis mamanya memilukan siapun yang mendengar tangis itu pasti akan merasakan sakit yang dirasa mamanya,papa Ara diam tidak menangis jika dia menangis siapa yang akan menenangkan istrinya dan anak-anaknya yang sedang menangis.

***

JeRaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang