~9

1 0 0
                                    

Ara segera turun untuk mengambilkan makanan yang telah dibuatkan oleh mamanya,melihat Ara turun jae pun mengikuti Ara dari belakang diujung tangga dia melihat Ara sendikit kesulitan untuk melangkah,melangkah perlahan Ara sampai diundakan tangga terakhir disana Ara tidak dapat menjaga keseimbangan tubuhnya lagi yang membuat Ara jatuh.

Melihat Ara jatuh mamanya segera berlari kearah Ara tanpa melihat dibalik tembok ada jae yang sedang melihat.

"Ma gak kuat obat diatas ada dimeja belajar,disana ada bang jae"ujarnya menahan sakit

"Ayo Mama bantu berdiri,sebentar mama ambilin yang dikamar mama ya"memapah putrinya kemeja makan mama segera berlari mengambil obat.

Mama ingin menagis melihat kondisi anaknya yang semakin hari makin parah saja,bahkan ketika tidak mengkonsumsi obat maka Ara kesulitan untuk berdiri.

Setelah menemukan obat yang dicari mama segera kedapur untuk memberikan keputrinya yang sedang Manahan sakit.

Dilain tempat jae masih memperhatikan Ara yang seperti ingin menagis di meja makan pikirnya apakah penyakit Ara seserius itu apa penyakit Ara berbahaya mengapa gadis itu sampai terjatuh ketika berjalan,memilih berbalik kekamar jae ingin memeriksa sesuatu dimeja belajar Ara.

"Dari mana jae lama banget"tanya Juan yang duduk didekat kasur

"Kamar mandi"jawabnya singkat,memilih kembali sibuk dengan urusan mereka masing-masing jae lebih memilih membuka laci meja ara.disana jae melihat banyak sekali botol botol yang telah kosong ada satu botol yang mungkin hanya tersisa tiga butir obat,dengan sigap jae mengambil satu butir obat yang nanti akan dia tanyakan kepapanya yang kebetulan seorang dokter.

Ceklek

Ara membuka pintu kamarnya dan membawa satu nampan yang berisi berbagai macam makanan.
"Nah ini makanannya dimakan ya semua"

Jae yang melihat tawa itu seolah tak percaya dia gadis yang sama yang dilihat di dapur tadi,dia begitu pintar menyimpan rasa sakitnya.

Melihat jae tidak menggubris makanan yang dibawa nya Ara merasa sedih teman-teman nya yang lain sudah memakannya sedangkan jae hanya diam saja,bahkan Yuda yang tidak menyukai saja masih mau mengambil makanan yang dibawanya.

"Bang jae dimakan gapapa bang jae gak suka sama Ara tapi yang masak mama Ara kok"ujar gadis itu lembut yang membuat jae terkejut,jae tidak bermaksud mengabaikan makanan itu hanya saja dia sedang berpikir.

"Iya,dimakan"tidak ingin membuat gadis itu bersedih jae memilih segera memakannya.

***

Disaat yang lain sibuk makan tiba-tiba diatas kasur Dimas menangis yang tentu saja membuat mereka terkejut.
"Lah kenapa bang enak banget ya sampe nangis"Ara segera menghampiri Dimas yang terlihat menangis makin kencang.

Memilih memeluk Dimas Ara berusaha menenangkannya walaupun dia tidak mengerti kenapa Dimas tiba-tiba menangis.

"Kenapa,kok nangis"tanya lembut sambil mengusap punggung Dimas yang berguncang

Dimas tidak menjawab,jawabannya hanya dengan mengencangkan pelukannya dipanggang Ara,ahh sekarang Ara tau kenapa lelaki seceria dimas bisa menangis tersedu-sedu.

"Gue gapapa bang,liat gue baik-baik aja Gaada yang perlu dikhawatirin"

Teman-teman yang lain sama sedihnya dengan Dimas tetapi mereka memilih menyembunyikannya mereka tidak mau sampai Ara melihat mereka sedih dan gadis itu tambah sedih.

Yuda yang melihat raut wajah temannya pun bingung apa yang sebenarnya  mereka sembunyikan,apa ini ada kaitannya dengan Ara.

Dimas sudah tenang Ara melepaskan pelukannya"gauusah sedih Gaada yang berubah bang"tangan mungil itu menghapus air mata yang masih tersisa diwajah Dimas.

Jae yang melihat itu merasa sakit dia tidak tau mengapa hatinya begitu sakit,senyuman Ara seolah mengisyaratkan aku gak baik-baik aja bang.

Menghempaskan suasana yang murung Haikal ngalihkan topik"ihh lukisan Lo bagus Ra"didinding terdapat lukisan mereka bersepuluh yang masing-masing terpisah.

"Bagus dong gue yang bikin,nanti deh Lo boleh ambil satu-satu"

"Beneran yak Ra"
"Iyaa"

JeRaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang