2. Kenal

0 0 0
                                    

"Eh Lo siapa ya?" Jawab Cika dengan muka polos yang masih bingung.

"Masa Lo lupa dengan gue, gue Dimas yang ada di bis duduk di samping Lo  saat Lo ditinggal sama bis sekolah Lo " sambil menatap Cika yang masih kebingungan.

Lelaki itu adalah putu dimas Irawan. Ia salah satu siswa yang sekolah di SMA kota. Dimas bertemu dengan Cika saat Cika salah masuk bis dan ditinggalkan oleh bis sekolahnya sehingga Cika duduk di samping Dimas yang saat itu sedang kosong karena teman sekelasnya sakit dan tidak bisa mengikuti study tour. Dimas sendiri adalah anak pertama dan memiliki adik perempuan yang bernama Made ayu Irawati. Mereka keturunan Jawa Bali dan menetap di Jawa saat Dimas berumur 7 tahun hingga sekarang. Ayah ibu mereka pekerja keras dan selalu meninggalkan Dimas serta adiknya di rumah. Apabila kedua orang tuanya bekerja dan Dimas sekolah maka ayu sepulang sekolah akan tinggal di rumah tetangganya sekaligus sebagai pengasuh ayu.

" Ici, dia siapa ganteng banget tau" bisik Adel yang sudah terpesona dengan tatapan Dimas.

"Emmm, dia emm dia" jawab Cika yang terbata-bata

"Dia pacarmu?" Ledek Adel pada cika, padahal ia tau bahwa Cika tidak ingin pacaran bahkan sampai sekarang dia jomblo.

"Ngawur Lo, gue lupa dia siapa" jawab Cika dengan polosnya karena dia benar-benar lupa siapa lelaki yang ada di depannya itu. Sedangkan Dimas tersenyum tipis mendengar percakapan mereka yang agak meredup.

"Daripada kalian debat disini, mendingan langsung masuk aja ayo" ajak Dimas sambil mempersilahkan mereka berdua masuk ke dalam rumah.

Cika dan Adel menurut dan langsung berjalan menuju ruang tamu serta Dimas mempersilahkan mereka berdua untuk duduk lalu Dimas menuju dapur untuk mengambil minuman dan makanan. Sedangkan ayu masih asik mewawancarai mereka berdua yang sudah santai duduk di sofa.

"Kakak cantik kenal sama kak Dimas ya?"

"Hmmm, iya kenal dik" jawab Cika dengan nada agak ragu.

"Apa kakak cantik ini pacar kak Dimas semua?" Tanya ayu dengan polosnya kepada mereka berdua.

"Bukan gue tapi dia dik" jawab Adel dengan nada meledek sambil menunjuk ke arah Cika.

"Ngawur Lo del, adek ayu kakak berdua ini temannya kak Dimas dan kita gak pacaran. Lagian anak kecil gak boleh ngomong ttg pacaran ya sayang" jawab Cika sambil memberitahu yang sebenarnya. Sedangkan Adel masih saja tertawa kecil melihat wajah Cika yang panik.

"Ada apa nih, kok asik banget seperti membicarakan sesuatu" Sambung Dimas sambil membawa 2 botol teh dingin dan biskuit dari dapurnya.

"Iya kak tadi ayu tanya jawab sama kakak cantik ini" jawab ayu dengan polosnya.

"Tanya jawab apa?" Sahut Dimas yang penasaran.

"Hmm kita tanya jawab alamat rumah, hmm btw kok repot-repot sih padahal kita cuman mau minjem helm aja" jawab Cika sambil mengalihkan pembicaraan.

"Gak apa-apa kalian kan tamu dan tamu adalah raja anggap saja kalian juga berkunjung ke rumah gue, nih minum airnya dan jangan lupa makan juga biskuitnya" sambil memberikan sebotol teh pada Adel dan Cika.

"Makasih" jawab Cika dan Adel bersamaan.

Adel dan Cika sangat menikmati biskuit serta minuman teh, karena mereka lelah mencari jalan yang dari tadi tidak ketemu. Kemudian mereka sangat asik ngobrol dengan Dimas dan ayu hingga mereka berdua sangat akrab dengan ayu adik Dimas. Bahkan ayu sangat senang bergurau dengan mereka berdua padahal mereka baru saja bertemu tetapi sudah langsung akrab bagaikan kakak dan adik. Sampai mereka lupa bahwa matahari sebentar lagi akan redup dan senja akan menyapa.

"Udah jam setengah 5 nih, kita harus pulang" ujar Cika sambil menatap jam dinding di ruang tamu.

"Loh kok kalian buru-buru sih, apa gak mau menunggu orang tua gue datang dulu biar sekalian kenalan"

"Sepertinya tidak untuk saat ini dim, takutnya ibu gue nyariin karena ini sudah sangat sore" jawab Cika sambil mengeluarkan tangannya di kepala ayu sebagai tanda ingin pamit pulang.

"Tenang Dimas, kita bakalan kesini lagi kok untuk silaturahmi" ujar Adel dengan nada santai.

"Kakak, kok cepet banget sih pulangnya padahal ayu masih mau main"

"Ayu sayang, kita main lagi lain kali ya sekarang kakak mau pulang takut di cariin ibu" ujar Cika sambil mengelus pipi ayu dengan rasa gemas pada ayu yang cemberut.

Mereka berdua akhirnya pamit pada Dimas dan ayu, tidak lupa membawa helm yang Dimas pinjamkan karena takut polisi itu masih melakukan operasi zebra. Menikmati angin yang begitu sejuk di sore hari menjelang senja, Cika melajukan motornya dengan santai. Menikmati setiap pemandangan perbatasan kota dan desa. Kini pepohonan dan persawahan sejuk mulai menyapa yang bertanda bahwa rumah mereka sudah mulai dekat. Rumah Adel dan Cika hanya berbeda gang saja namun masih dalam satu dusun. Tidak terasa mereka berdua sudah sampai dan pulang ke rumah masing-masing. Adel pulang ke rumahnya yang cukup mewah namun seisi rumah itu masih saja kosong seperti tak berpenghuni. Karena kedua orang tua Adel pasti masih sibuk mengurusi bisnisnya sampai lupa bahwa mereka masih memiliki buah hati yang rindu akan kasih sayang.

"Assalamualaikum, ibu"

"Cik kok sampai lama gini jemput adelnya" tanya ibunya sambil menyiapkan makanan di atas meja makan.

"Iya Bu, tadi ketemu sama temen Cika" jawab Cika sambil menjelaskan bahwa ia mampir ke rumah Dimas mulai awal ketemu dengan polisi lalu adik Dimas hingga mereka bertamu ke rumah Dimas seorang cowok yang mengenal Cika saat ia salah masuk bis studi tour sekolah SMA.

"Yaudah sana mandi, badanmu bau" ujar sang ibu sambil tersenyum menatap cika.

"Gak bau Bu, coba sini ibu cium" jawab Cika sambil memeluk ibunya yang sibuk menyiapkan makan malam. Setelah menjahili ibunya ia berlari ke kamar mandi untuk membersihkan diri dan makan malam bersama keluarganya.

                     ______****______

Malam ini masih sama dihiasi oleh bintang dengan kelap-kelip yang membangunkan semangat jiwa. Serasa tersenyum menatap setiap penduduk bumi yang sedang bersandar di dalam pangkuan rembulan malam. Menatap sebuah kesunyian dengan beribu mimpi serta harapan. Tertulis dari lembaran- lembaran buku yang Cika catat dari tahapan kehidupannya. Entah mengapa setiap menatap rembulan malam Cika selalu menghanyutkan mimpinya dalam setiap coretan tinta. Ia menuliskan harapan agar dapat dicapainya kelak. Menuliskan tentang keluarga, kebersamaannya bersama Adel, cerita sekolah mulai SD sampai SMA, menuliskan mimpi-mimpi yang harus ia capai, namun ia lupa menuliskan cerita cintanya. Karena hingga saat ini cika belum pernah pacaran, dia hanya bisa menyukai saja dalam diam. Cika takut memulai pacaran karena melihat Adel yang pernah depresi hanya karena dikhianati oleh cinta pertamanya. Mulai saat itu pula Cika takut untuk berpacaran. Ia hanya bisa mengakhiri rasa suka tanpa harus memulai.

***Bersambung......***

**Terimakasih untuk teman-teman yang sudah mau mampir. Mohon maaf apabila ada kesalahan baik dalam penulisan dan pengucapan. Silahkan tulis untuk memberikan saran atau ucapan di kolom komentar bagi teman-teman yang sudah membaca🤗. Terimakasih 🤗.**

Ikatan PerbedaanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang