Hawa dingin memenuhi atmosfer kota Tokyo saat ini. Gumpalan awan hitam masih berkerumun di atas langit setelah puas menangis menumpahka air yang ia bawa. Tetes-tetes air di ujung dedaunan memperjelas bahwa hujan baru saja turun.
"Haah."
Helaan napas berat keluar dari salah satu mulut orang-orang yang tengah berkumpul dalam sebuah ruangan di salah satu Cafe di Tokyo. Setelah jas serta gaun hitam serempak mereka kenakan. Menandakan suasana berkabung tengah mereka rasakan.
"[surname]-senpai," lanjut pemuda bertubuh tinggi yang tadi sempat menghela napas, Lev.
Tak berbeda jauh dengan Lev, Inuoka dan Shibayama juga ikut menundukkan kepalanya seraya menahan tangisan mereka. Kedua pemuda yang duduk di samping Lev tersebut masih merasa tak rela dengan kepergian senpai mereka.
Sementara Kenma yang biasanya tenang, tengah gelisah sembari menggigit bibir bawahnya pelan. Sedari tadi matanya masih fokus mengamati tetes-tetes air yang sesekali mengalir di jendela kaca sebelahnya. Tubuhnya yang ia dudukkan terasa kaku dan tegang.
Ia marah, kesal serta kecewa dengan dirinya sendiri. Merutuki kebodohan dengan tak mengatakan sebuah fakta yang ia ketahui serta menjadi alasan [name], senpai nya, meninggal.
Benar, hari ini, tepatnya beberapa jam yang lalu, [full name] telah benar-benar pergi dari sisi mereka semua. [name] telak dimakamkan di pemakaman tak jauh dari mereka berada sekarang.
Tak ada yang menyangka bahwa reuni yang diadakan kemarin malam merupakan hari terakhir mereka melihat [name]. Kemarin ia tampak baik baik saja, masih tersenyum dan bahkan tertawa bersama.
"Ini tak masuk akal. Penyakit Hanahaki katanya? Ciih! Jelas jelas kematian [name] sangat tak wajar. Mengapa mereka malah menghubungkannya dengan legenda aneh itu," kata Kuroo dengan perasaan tak terima dengan perkataan dokter yang mengurus jasad [name].
Pemuda dengan setelah jas hitam tersebut lantas berdiri dan mendekati jendela. Memasukkan kedua tangannya kedalam saku celana.
"Tapi memang hanya itu yang bisa menjelaskan kenapa ada banyak bunga di samping tubuhnya," sahut Yaku yang tengah duduk di sebelah Kenma dengan tangan terkepal.
Ia juga percaya tak percaya dengan perkataan dokter tadi pagi. Namun karena banyaknya bukti serta pemeriksaan lainnya menunjukkan hal tak masuk akal tersebut, Yaku mau tak mau harus mempercayainya.
"Tidak. Itu mustahil, mungkin saja [name] memang mempunyai suatu penyakit bawaan yang tak pernah ia beritahu pada kita," kata Kuroo lagi.
Sungguh, Kuroo sangat ingin menampik ucapan dokter tadi pagi. Ia akan sedikit bisa merelakan kematian [name] jika ia pergi dengan sebuah kecelakaan atau penyakit yang jelas. Tapi ini, [name] malah dituduh meninggal karena sebuah penyakit tak masuk akal.
"Hanahaki benar-benar ada, Kuroo-senpai. Tapi memang karena sangat langka, tak sedikit orang yang menganggapnya hanya dongeng saja," jelas Akane kepada Kuroo. Adik Taketora tersebut mencoba meyakinkan Kuroo.
"Diam kau!" ujar Kuroo kesal. Matanya berkilat marah, tak terima dengan penjelasan Akane.
Akane sedikit mundur karena bentakan Kuroo kemudian meraih tangan kakaknya, Taketora, yang dibalas gegaman pelan.
Alisa ikut berdiri, meraih tangan Kuroo. Mengelusnya pelan berharap akan menenangkan Kuroo. Melihatnya membentak Akane tentu membuat ia sedikit marah, namun juga tak menyalahkan Kuroo karena memang mengerti perasaan Kuroo.
"Kalian juga, kenapa kalian percaya kepada dokter itu. Mau-maunya kalian dibohongi oleh dokter itu." Kuroo membalikkan tubuhnya menghadap teman-temannya kembali dengan tangan Alisa yang tak lagi berada di tangan Kuroo.
![](https://img.wattpad.com/cover/267113506-288-k920948.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Hanahaki Disease [K. Tetsurou] ✅
Fiksi Penggemar[Oneshoot Kuroo Tetsurou x Reader] Satu detik aku mencintaimu Satu bunga mekar di paru-paruku Ini salahku Salahku yang mengabaikanmu Salahku yang tak menghentikanmu Salahku yang membiarkanmu menjadi ladang bunga di paru-paruku Setiap versi memil...