04.angsa

5.1K 278 15
                                    

-1821-

-1821-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

.

.

"T-tuan... Berhenti kau terlalu kasar hiks"

Jeno tak mempedulikan rintihan Jaemin, ia terus menggerakkan pinggulnya hingga kepala penisnya menghantam sweet spot Jaemin.

"Sejak kapan kau berani memerintah Jaemin. Apa kau ingin aku ah bertindak lebih dari ini? Ahhk kau-h terlalu nik-math ah"

"Ku mohon berhenti, i-ini menyakitkan..."

"Eerm... Berhenti bicara dan mendesah lah, aku tidak suka banyak bicara!" Jeno menatap tajam Jaemin dengan peluh keringat yang berjatuhan membasahi dada Jaemin yang berada di bawah kukungan Jeno. Jaemin tak mempermasalahkan itu tapi ia sungguh kesakitan sekarang, beberapa saat lalu tuan nya ini menyuruhnya untuk beristirahat tapi saat Jeno kembali di malam hari pria ini langsung menyetubuhinya hingga pagi buta menjelang.

"Ah hiks tuan Jeno ku mohon berhenti hiks ini sungguh sakit..."

Plakk!

"Ku bilang mendesah jalang! Jika tidak mau cukup tutup mulutmu. Aku tidak menyukai rintihan menyedihkan milikmu itu!!"

Jaemin memalingkan wajahnya saat Jeno baru saja melayangkan sebuah tamparan keras pada pipinya. Jaemin hanya bisa memejamkan matanya rapat-rapat menahan rasa perih dan nyeri pada analnya yang masih basah oleh luka.

Beberapa saat kemudian desahan panjang keluar dari mulut Jeno, ia mencabut paksa penisnya dari lubang senggama milik Jaemin, kemudian memakai kembali celananya yang ia turunkan sebatas lutut.

"Satu Minggu. Ku beri kau cuti satu Minggu, beristirahat dan sering-seringlah membersihkan tubuhmu" ujar Jeno kemudian pergi meninggalkan Jaemin yang tergeletak lemah di atas ranjangnya.

Setelah pintu tertutup sempurna Jaemin menarik selimut lalu meringkuk memeluk tubuhnya sendiri.

Setiap kali selesai melakukan hal itu dengan Jeno, ia merasa sangat kotor dengan tubuhnya, Jaemin ingin mengakhiri dunianya juga hidupnya tapi takdir selalu mempermainkannya, tak memberikan celah kebahagiaan untuk mengisi dunia kecilnya.

Menangis hingga lelah, hanya itu yang bisa Jaemin lakukan, meratapi nasibnya yang terus berputar di lingkup kehidupan Jeno.

Klek!

Tiba-tiba pintu terbuka menampilkan Jeno dengan sebuah nampan makanan di tangannya. Kali ini Jeno tak lagi mengenakan kemeja biru juga celana bahan miliknya, ia sudah mengganti pakaiannya dengan pakaian santai yang biasa ia kenakan saat bersantai di dalam rumah.

Melihat Jeno berjalan mendekat, sesegera mungkin Jaemin menghapus jejak air mata yang menghiasi kedua pipinya, ia tidak ingin Jeno memakinya karena terlihat seperti manusia yang paling menyedihkan di dunia ini.

"Aku tau kau lapar karena meninggalkan jam makan malam, jadi aku memanaskan sup yang kau buat tadi, makanlah selagi hangat" ujarnya lalu meletakkan nampan berisi semangkuk sup di atas ranjang tepat di samping Jaemin duduk.

Jaemin mengubah posisinya menjadi duduk bersandar pada headboard dengan selimut yang menutupi setengah tubuh telanjangnya.

"Seharusnya tuan Jeno tidak perlu repot, aku bisa mengambilnya sendiri"

"Setelah aku berlaku kasar padamu? Kau yakin?" Jeno menukikkan sebelah alisnya menatap sinis Jaemin yang tertunduk diam.

Jaemin menggeleng lemah jujur saja sangat tidak memungkinkan dia untuk bergerak bebas, lubangnya akan sangat sakit jika di paksakan.

"Makanlah" titah Jeno kemudian Jaemin dengan sedikit rasa takutnya memindahkan nampan makanan itu ke atas pangkuannya lalu menyuapkan sup ke dalam mulutnya secara bergilir menggunakan sendok.

Awalnya Jaemin mengira setelah ia memakan sup itu Jeno akan segera pergi meninggalkannya tapi Jeno malah menaiki ranjang dan merebahkan tubuhnya di samping Jaemin.

Sesekali Jaemin mencuri pandang melirik Jeno yang nampak fokus menonton tv di sampingnya, Jeno sangat jarang tidur di kamarnya tapi hari ini Jeno terlihat sangat menyamankan diri di atas ranjang miliknya.

Jaemin sudah selesai menghabiskan semangkuk sup nya ia meletakkan nampan itu di atas nakas kemudian meneguk air putih yang sudah ia sediakan.

Setelah itu Jaemin kembali bersandar pada headboard, ia menatap ragu Jeno yang ada di sampingnya, ia ingin segera tidur tapi Jeno masih senantiasa menyalakan tv, Jaemin termasuk tipikal orang yang sulit tidur jika di sekitarnya berisik, walaupun itu hanya dengkuran nafas halus, Jaemin akan merasa sangat terganggu.

Jadi ia akan menunggu Jeno menyelesaikan menontonnya dan akan tidur ketika Jeno pergi meninggalkan kamarnya, Jaemin tidak bermaksud untuk mengusir Jeno dari kamarnya, ia hanya berharap jika Jeno segera pergi dan meninggalkannya untuk beristirahat.

"Kau sudah selesai?" Ucap Jeno memalingkan wajahnya pada Jaemin.

Jaemin mengangguk kaku "i-iya..." Balasnya gugup.

Jeno mematikan tv dan membenarkan posisi bantal yang akan ia tiduri tapi saat ia ingin memejamkan mata ia melihat Jaemin masih setia bersandar sembari menatapnya.

"Kau tidak ingin tidur?"

"Apa tuan Jeno akan tidur di sini?"

"Apa aku perlu izin darimu untuk tidur di rumahku sendiri?!"

"T-tidak, aku akan segera tidur" Jaemin menarik selimutnya hingga sebatas leher, kemudian memunggungi Jeno yang tidur terlentang di sampingnya.

Baru saja Jaemin terlelap tiba-tiba sebuah tangan melingkar di perutnya membuat Jaemin mau tak mau menolehkan kepalanya ke si pemilik tangan.

"Udaranya sangat dingin" ucap Jeno kemudian menenggelamkan wajahnya di tengkuk Jaemin.

Mendengar itu darah Jaemin berdesir, perlakuan Jeno hari ini sedikit mengejutkannya, selama ini ia hanya mengenal Jeno yang dingin dan ketus saat bicara. Tapi hari ini ia menunjukkan sisi berbeda Jeno mempedulikan Jaemin, ini sungguh awal hari yang baik bagi Jaemin.















Mau aing un pub tapi yang readers nya bertambah, jdi masih aku lanjut, semoga kalian suka.

Have a nice day 🌱

1821-[NOMIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang