05.di kuali

3.7K 218 6
                                    

-1821-

Jeno memberinya cuti satu Minggu, bukannya merasa tenang karena terbebas dari pekerjaan, justru Jaemin merasa seperti seorang tahanan sekarang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jeno memberinya cuti satu Minggu, bukannya merasa tenang karena terbebas dari pekerjaan, justru Jaemin merasa seperti seorang tahanan sekarang.

Bagaimana tidak jika selama 4 hari ini Jaemin hanya terkurung di dalam kamar, dan yang ia lakukan hanya tidur, juga membersihkan diri, sebenarnya Jaemin masih akan tetap bersih walaupun tak mandi seharian, tapi mengingat jika Jeno sangat membenci sesuatu yang kotor, maka Jaemin harus lebih rajin lagi untuk membersihkan tubuhnya.

Untuk urusan mansion Jeno memperkerjakan maid paruh waktu yang akan bekerja dari pukul 6 pagi hingga pukul 4 sore, maid juga yang akan merawat Jaemin selama Jeno pergi bekerja.

Dan untuk makan malam, Jeno biasanya membeli makanan di luar, untuknya juga Jaemin.

Sore ini cuaca sedikit lebih cerah setelah seharian hujan deras mengguyur wilayah mansion Jeno berada, terlihat Jaemin sedang termenung menatap langit jingga yang tersorot matahari dari arah barat, seharian ini ia hanya menatap jendela kaca besar yang menyuguhkan pemandangan luar, menampilkan pepohonan rindang juga langit-langit yang sering berganti cuaca.

"Hah... Andai saja aku memiliki seseorang yang dapat ku jadikan teman, itu pasti sangat menyenangkan bukan? bertahun-tahun aku melalui hidup tanpa adanya seorang teman, di perlakukan seperti barang, dan di jadikan pelayan tanpa imbalan, lalu sekarang menjadi budak juga seorang jalang, bahkan hewan pun derajatnya masih lebih tinggi dibandingkan dengan ku

Lee Jeno? pria yang tiba-tiba masuk ke dalam kehidupan ku, lalu dengan kekuasaannya itu, dengan mudahnya ia jmerenggut harga diriku"

"Ya aku tau"

Jaemin terperanjat kaget mendengar sahutan itu, ia mengalihkan pandangannya menatap ke arah pintu di mana Jeno berdiri dengan bersandar pada bibir pintu.

"T-tuan?"

"Ikuti aku, aku tak suka orang yang lamban" ucap Jeno kemudian pergi meninggalkan Jaemin.

Jaemin tergesa-gesa turun dari atas ranjang kemudian menyusul sang tuan yang jauh di depannya.

Kini mereka berdua sedang duduk di bangku taman yang terletak di perkarangan mansion, awalnya Jaemin sempat kaget karena Jeno tiba-tiba mengajaknya mengobrol di luar.

"Apa kau masih demam?" pertanyaan terlontar dari mulut Jeno, Jaemin sempat menoleh ke samping sejenak kemudian kembali melihat ke depan.

"Tidak tuan, bahkan aku merasa sudah lebih baik" Jaemin tersenyum simpul, tanpa mengalihkan pandangannya dari kebun bunga yang bermekaran, ia merasa damai saat ini.

"Em Jaemin, aku ingin bertanya sesuatu"

Kali ini Jaemin memutar tubuhnya menghadap Jeno yang duduk di sampingnya "apa?"

"Apa kau tidak merasakan tanda-tanda. Kehamilan?"

Jaemin menautkan kedua alisnya bertanya, kenapa Jaemin merasa perkataan jeno begitu frontal.

"Ah tidak, sebenarnya kakek ku sudah membicarakan tentang keturunan, dia meminta keturunan Lee padaku, selama ini aku selalu menyentuhmu bukan, jadi kemungkinan ada harapan besar untuk keturunan Lee tumbuh di perutmu"  Jelas jeno sedikit gugup.

"B-belum, a-aku belum merasakannya. Ja-jadi tuan mengandalkan ku untuk hamil keturunan Lee?" wajah Jaemin menghangat entah kenapa Jaemin merasakan sebuah kehangatan datang dari dalam diri Jeno.

Jeno tak suka, ia tak menyukai Jaemin tersenyum padanya. Ini sama saja memberikan sebuah harapan untuk seorang budah rendahan sepertinya.

Jika jeno mau, mungkin sekarang Jaemin telah mendapatkan tamparan keras sebagai peringatan agar tidak tersenyum padanya.

Jeno tak menyukai seseorang tersenyum karena nya, ia merasa seperti di rendahkan. Seharusnya seseorang seperti Jaemin menunduk, merendahkan tatapan dari matanya.

"Ini perintah! jadi lebih baik, mulai sekarang kau harus menjaga kesehatan mu, aku tidak mau terjadi sesuatu pada keturunan Lee, jika terjadi sesuatu kau yang akan menanggung akibatnya!" Jeno pergi meninggalkan Jaemin sendiri di taman.

Jaemin menunduk, tangannya meraba perut ratanya, ia tersenyum haru.

"Jika ada baby di sini, apa tuan jeno tidak akan menyakiti ku?" Senyuman cerah mengembang di wajah manis itu.

"Aku mengandalkan mu baby" Jaemin bersandar, ia mendongak menatap langit jingga. Netranya terpejam menikmati aroma musim semi yang sejuk.

Akhirnya setelah sekian lama, Jaemin memiliki setitik harapan untuk merasakan dunia bebas.

Ia akan benar-benar menanti kan hari itu tiba untuk menyambutnya.





















Maaf klo ada typo aku buatnya buru².

Izin Hiatus lagi ya, gak tau sampe kapan, book ini masih berlanjut kok. itu pun kalau kalian mau sabar buat nunggu.

Ok lah, have a nice day deul🌱

1821-[NOMIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang