Syahriyahan

6 0 0
                                    

Aku sadar sekali aku adalah santri yang joledar. It means jarang atau tidak sempat menemui guru. Ada beberapa keadaan memang, tapi ya minimal harus merasa sengsara atau nelangsa lah kalau tidak bisa menemui guru itu. Karena sungguh harus dipertanyakan, ketika tidak merasa sedih jika tidak bisa menemui guru, tidak rindukah ia dengan gurunya?

Dulu kalau untuk menemui guru sulit sekali. Kadang-kadang beberapa orang merasa harus bareng-bareng bersama orang lain. Menemui guru sendiri-sendiri di waktu yang tidak ditentukan mungkin sedikit menjadi beban. Entah karena canggung takut tidak nyambung ngobrolnya atau takut merepotkan.

Solusinya adalah menunggu ramadan usai. Ya, lebaran adalah waktu yang tepat mengunjungi guru. Disamping guru sepi jadwal karena santri libur, syawal juga adalah waktu yang santai. Itu bagi mereka yang niat memang memanfaatkan momen ramai di bulan syawal. Beda cerita kalau setahun sekali saja kau tidak menyempatkan.

Nah, 2010 mulai ramai dengan istilah syahriyahan. Pengajian alumni untuk temu kangen nostalgia dengan guru zaman mondok dulu sekarang hampir di semua pondok difasilitasi. Ada keterbukaan pemikiran di ranah Pondok pesantren, bahwa mengikat alumni memang suatu keharusan. Bahwa saat ini disamping maraknya faham-faham liberalis, Pondok Pesantren adalah lembaga yang eksis dengan metode konservatifnya ditengah arus zaman yang menggojlok dunia pendidikan agar berubah menjadi modern, global dan bahkan liberal.

Berangkat dari faham itu, diadakanlah pengajian bulanan yang sering diistilahkan Syahriyahan. Ini sangat bermanfaat sekali bagi santri yang ingin menemui guru tanpa canggung karena memang difasilitasi pertemuan seperti ini. Merefresh kembali ilmu, menemukan faham-faham yang diperbaharui oleh guru dan bahkan mungkin menemukan solusi, role play kehidupan untuk diaplikasikan ke dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam dunia pesantren, ada istilah sanad keilmuan. Sanad ini adalah susunan mata rantai keilmuan, sumber pengambilan ilmu dari siapa saja, gurunya siapa untuk sampai ke Rasulullah SAW. Karena mengkaji ilmu Agama tidak cukup berangkat dari buku. Harus ada gurunya, harus ada yang menjelaskan dan memberikan petunjuk. Salah-salah kalau belajar sendiri bisa-bisa digurui syetan. Sudah berguru kepada syetan bukan jalan berkah yang didapat malah jalan sesat.

Karena itulah, diadakan syahriyahan di beberapa pesantren selain untuk mengikat alumni, juga untuk memperkuat sanad ilmu agama, yang lupa diingatkan kembali. Yang tersesat diluruskan lagi. Yang putus disambungkan lagi. Yang terakhir adalah kedua belah pihak akan bertambah kebaikannya, yang juga disebut bertambah keberkahan hidupnya karena hak dan kewajiban guru murid saling dipenuhi.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Nov 24, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Bacaanku..Where stories live. Discover now