CHAPTER 01

16 2 0
                                    

Cerita ini hanya imajinasi aku sebagai author

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Cerita ini hanya imajinasi aku sebagai author. Maaf apabila ada kesamaan nama tokoh, tempat ataupun yang lainnya yang tidak disengaja. Jadi pembaca yang bijak yaa!

Hope you like this story, happy reading!


Alora menatap lurus ombak-ombak air yang bergerak mengikuti arah angin. Dahulu tempat ini merupakan tempat pertamanya bertemu dan menjadi kekasih Resvanio Biantara Putra, laki-laki yang selalu menemaninya ketika ia ada di masa suka maupun duka. Mungkin 5 tahun tak cukup membuktikan bahwa cerita yang pernah mereka mulai akan berakhir bahagia. Layaknya sebuah rumah, Alora telah menjadikan Resvan tempat berpulang ternyaman selama ini. Namun siapa sangka bahwa sekarang ia harus melepaskan tempat tersebut.

Derap langkah terdengar dari tempat Alora berpijak, aroma parfume yang selama ini menjadi wangi kesukaannya tercium begitu jelas.

"Udah lama nunggu?" tanya cowok dengan kaos putih serta jaket hitam yang dipadukan celana jeans dan topi yang telah terpasang rapi, Resvan. Cowo itu berdiri disamping Alora sambil merangkul pundak cewek itu.

Alora menggeleng "Enggak, aku juga barusan sampai."

"Aku nggak tahu kamu beneran baru sampai apa udah dari tadi. Aku minta maaf ya, tadi nganter mama dulu sebentar" jelas Resvan.

Alora mengangguk dan menatap sekejap wajah yang sedari tadi memandanginya kemudian kembali menatap lurus kedepan, "How long?"

"Hah? Gimana?"

"How long have you been in a relationship with Gevania?"

Resvan sedikit terkejut oleh pertanyaan yang diajukan oleh Alora tapi dengan cepat ia mengubah raut mukanya kembali normal. Cowok itu melepaskan rangkulannya pada bahu Alora, "maaf."

"Aku ngga minta kamu minta maaf, Resvan. Aku tanya udah berapa lama kamu ada hubungan sama Gevania?" tanya Alora dengan nada yang mungkin terdengar sangat lembut.

"Tiga bulan."

Alora menatap cowok itu dengan senyum yang mengembang di wajahnya. Senyum yang hanya penjadi topeng untuk menutupi rasa sakit mendengar kenyataan barusan. Ia pikir hubungan mereka baru satu bulan atau belum terlalu lama dari dua minggu lalu saat ia tak sengaja menangkap dengan mata kepala sendiri kemesraan pacar dan temannya itu di time zone saat ia menemani Rachella. "Kita selesai ya. Makasih udah mau bertahan lima tahun lebih bareng aku. Maaf kalo aku belum bisa jadi sosok yang baik buat kamu."

"Alora, sorry. It's my fault, you're not wrong. You have been a good person all along and always will be. Aku yang belum bisa jadi sosok yang baik buat kamu. But, we can still be good friends right?"

"Of course."

Hari ini, Alora dan Resvan telah bersepakat untuk mengakhiri hubungan mereka yang tak mudah mereka bangun dahulu. Tangis sedih dan bahagia sudah mereka rasakan, jatuh bangun yang menimpa hubungan mereka sebelumnya mampu mereka hadapi. Namun sekarang mungkin memang sudah waktunya untuk saling melepaskan. Dua anak manusia yang dahulu mempunyai mimpi dan tujuan untuk selalu bersama kini harus berpisah.

Tidak ada yang salah dengan perpisahan ini. Mungkin memang sudah takdir untuk mereka berdua tak bisa bersama selamanya. Ada atau tidaknya kejadian ini, kedepannya mereka pasti akan susah untuk bersama mengingat latar belakang keyakinan mereka yang berbeda.

Pertemuan dan perpisahan itu sudah hal yang wajar di setiap kehidupan. Ada diantara kita yang memang ditakdirkan untuk bertemu dan bersama selamanya namun ada juga yang hanya menetap singgah sebelum melanjutkan perjalanaan mencari pemilik rumah yang sebenarnya. Ada masa dimana kita akan bertemu dan menjalin kisah namun tidak dengan akhir yang indah. Namun, percayalah bahwa takdir yang kita terima adalah bagian dari rancangan baik Tuhan.

000

Setelah bertemu dengan Resvan di pantai sore tadi, Alora memutuskan untuk meminta jemput sepupunya, Kenneth. Ia rasa bertemu dengan adik perempuan cowok itu dapat membuatnya sedikit bisa melupakan penat dan kejadian hari ini. Sebenernya Resvan tadi hendak mengantarkannya pulang namun saja ia menolaknya. Alora tak mau jika hanya keheningan yang melanda dirinya dan Resvan di dalam mobil nanti. Ia juga tak mau jika berada satu mobil dengan cowok itu akan membuatnya semakin teringat hal-hal indah yang dahulu sempat mereka jalani. Rasa sakit yang sempat ia rasakan cukup Alora simpan sendiri, ia tak mau terlihat rapuh saat telah berpisah dengan Resvan.

"Mending lo ikut main skate deh, Ra. Kusut banget muka lo, nggak enak dilihat." Ucap Kenneth sambil bejalan mendekati Alora yang kini tengah berbaring di ranjang cowok itu. Alora tak jadi bermain bersama Rachella karena anak 9 tahun itu sedang ikut sang ibunda ke butik dan hari ini Kenneth berencana akan bermain skateboard bersama teman-temannya.

Alora diam menghiraukan ucapan sepupunya itu.

"Lagian buat apa lo galauin orang kaya dia. Come on, Ra. Jangan buat gue pengen nonjok dia. Cowok nggak cuma dia aja."

Alora mendengus, tidak tahu kah sepupunya itu bahwa ia sudah merasa sangat nyaman bersama Resvan? Namun itu dahulu, setelah ia mengetahui hubungan Resvan dengan Gevania dua minggu yang lalu, ia memutuskan untuk mencoba menghilangkan perasaan dan menerima keputusan yang ia buat untuk menyelesaikan hubungan mereka.

"Kalo mau gue ingetin. Dia selingkuh."

"Iya tahu."

"Kenneth," panggil Alora.

"Apa?"

"Lo mau lihat gue ngga sedih kan?"

"Mau apa?"

Alora menatap Kenneth sambil tersenyum, "Cariin yang kaya Mark Lee tapi bisa dimiliki dong."

"Lo putus jadi tukang halu sekarang? Mending ikut main skate, Ra, ayo."

"Lo tau gue lagi nggak bawa skateboard."

"Pake punya gue yang lain."

"Yaudah, ayo."

Kondisi di salah satu skatepark yang Kenneth dan Alora kunjungi sangat ramai apalagi mengingat bahwa hari ini adalah weekend membuat tempat itu lebih banyak pengunjung dari biasanya. Kenneth dan Alora berjalan bergabung menuju tempat Marvel dan Arsen yang sudah sampai terlebih dahulu setelah Marvel mengirimkan posisi tepat mereka kepada Kenneth.

"Sorry ngaret," ucap Kenneth saat ia dan Alora ikut bergabung bersama Marvel dan Arsen.

"Males, lo lama" jawab Arsen.

"Salahin nih bocah satu," balas Kenneth sambil menunjuk Alora.

Marvel yang dari tadi hanya diam kini membuka suara, "Tumben ikut, Ra?"

Alora tersenyum, "Diajak Kenneth, Vel." Marvel mengangguk sebagai respons atas apa yang Alora ucapkan.

Kini mereka mulai memainkan papan skate masing-masing. Sudah lama Alora tak bermain skateboard, setelah menjalin hubungan dengan Resvan ia hanya memiliki sedikit waktu untuk melakukan salah satu dari kegiatan yang dahulu sering ia lakukan apalagi kenyataan yang ada Resvan tidak bisa dan tak menyukai olahraga skateboarding.

Skill yang Alora punya masih cukup bagus dalam bermain skateboard meskipun tidak menutup kemungkinan bahwa ia sedikit upa beberapa teknik yang ia kuasai dahulu. Kini, Alora tengah melakukan lipside. Ia melakukannya dengan sangat mudah, papan bagian tengah skateboard yang ia mainkan meluncur lurus melewati tiang slide yang tersedia. Berbeda dengan ketiga cowok yang kini sedang melakukan nose grab.

Sudah lumayan lama mereka bermain dan jam juga sudah menunjukkan pukul 18.30, kini keempat anak itu sedang beristirahat sejenak sebelum meninggalkan tempat ini dan kembali ke rumah masing-masing.



See you in the next chapter, love!



MARVELIOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang