lucky girl [1]

380 48 7
                                    

Waktu menunjukan pukul sebelas malam, seorang laki-laki baru saja meninggalkan ruang kerjanya dan berjalan sambil meregangkan tubuhnya. Rasa penat dan lelah selalu menyelimutinya setiap malam. Menempelkan ibu jarinya pada mesin absen dan 'bip', bunyi itu terdengar tanda bahwa jam kepulangannya sudah terekam di mesin itu. Hari ini sudah genap satu bulan bagi Hwang Sinb bekerja di perusahaan ini, perusahaan pertama yang langsung dia dapatkan setelah lulus kuliah. Fresh graduate sebutannya, iya, dengan umurnya yang masih sangat muda yaitu 22 tahun, Sinb sudah mendapatkan posisi sebagai karyawan tetap. Bukan karena dia lulusan terbaik atau bahkan Sinb belum memiliki pengalaman pekerjaan, tetapi perusahaan itu menerima Sinb karena merasa kasihan setelah mendengar cerita kehidupannya. Tentu Sinb tidak menolak saat kesempatan emas datang, dia diterima di perusahaan itu namun dengan terpaksa juga menandatangani kontrak kerja yang tidak sebanding dengan posisi pekerjaan dan penghasilannya.

Kenapa Sinb mau menerima itu?

Karena Sinb tidak punya pilihan lain setelah kedua orang tuanya tiada. Dia harus bisa berjuang untuk menghidupi dirinya sendiri bagaimanapun caranya. Sinb benar-benar tidak ingin hanya bermain-main saja dan menghabiskan masa mudanya seperti anak-anak lain yang mungkin biaya hidupnya masih ditanggung dari orang tuanya. Tentu saja ini adalah masa tersulitnya tetapi sebanyak apapun dia mengeluh, hidupnya tidak akan ada perubahan karena waktu akan terus berjalan.

Setiap hari Sinb selalu berangkat dan pulang menggunakan bus dan berjalan kaki menuju halte yang jaraknya tak jauh dari perusahaannya. Kebiasaan lembur hingga larut malam membuat Sinb harus setia menunggu bus terakhir yang akan tiba di halte.

Malam ini tidak seperti malam biasanya, ketika dari kejauhan Sinb melihat ada seseorang yang duduk bersandar di halte itu, maklum saja, biasanya hanya akan ada Sinb seorang diri saat jam segini. Sampai di halte, Sinb melihat sekilas seorang gadis berambut pendek yang nampak sedang tertidur pulas dengan wajah yang tertutup rambut pendeknya. Memberi jarak agar tak terlalu dekat, Sinb duduk disana lalu bermain handphone sambil menunggu bus terakhir tiba.

Celotehan yang terdengar samar namun berlangsung lama dari gadis itu membuat Sinb terusik dan menghentikan aktifitasnya. Memperhatikan sejenak dan memastikan bahwa gadis itu mungkin hanya sedang bermimpi.

"Dasar brengsek! Awas saja kau! Huh- lihat saja nanti!" teriak gadis itu tiba-tiba menunjuk kedepannya seolah ada seseorang disana dengan posisi yang masih duduk dan mata terpejam

Sinb tentu saja terkejut dan menengok namun dia hanya menggeleng dan kembali fokus pada handphone nya sambil bergumam "wanita gila."

*DUG*

Seperti sebuah patung manequin yang sedang duduk dengan tegang dan kaku, Sinb mematung saat kepala gadis itu kini bersandar di pundaknya disertai celotehan yang tidak jelas. Sinb yang merasa tak nyaman apalagi dengan sikap gadis ini mencoba membangunkannya. Paling tidak membuat gadis ini sadar akan lingkungan sekitarnya dan siapa yang sedang bersamanya.

Baru juga mendekatkan ke arah wajahnya, Sinb langsung berpaling dan menutup hidungnya karena tercium bau alkohol yang sangat kuat dari gadis itu.

"Aisshh... Berapa banyak dia minum malam ini? Hei Nona, sadarlah.." ujar Sinb sambil menahan kepala gadis itu agar tidak bersandar padanya lagi

Tetapi usahanya ini gagal, bukannya terlepas dan tersadar, gadis itu justru malah memeluk tubuh Sinb erat.

"Hei! Nona!? Dasar gila, kau ini mabuk berat ya?" ucap Sinb sedikit menaikan nadanya sambil berusaha melepas pelukan gadis itu

"Aish kalau begini caranya, bajuku jadi bau alkohol juga." keluhnya

"Hei! Nona! Kau bisa mendengarku?! Bangun dan sadarlah!" lanjut Sinb kini sambil menggoncangkan tubuh gadis itu

Room of Stories ᔕIᑎᖇIᑎᒪᗩᑎᗪTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang