1

69 14 20
                                    

Ini adalah cerita pertamaku pada Fanfiction Korea. Dan aku mengusung BTS disini, terutama Kim Seokjin.

Mari, menemaniku menulis cerita ini sampai tamat nantinya.

Selamat Membaca...
.
.
.

❤️❤️❤️

Sekelompok Mahasiswa sedang duduk-duduk di kantin Universitas. Entah apa yang mereka bahas, sehingga menimbulkan suara tawa yang cukup nyaring. Mungkin saja, mereka sedang memainkan lelucon lucu untuk sejenak menghibur mereka dari kepenatan mata kuliah yang cukup menguras kewarasan otak mereka.

"Gila... Pak Kim ganteng banget, anjir...!" Celetuk salah satu mahasiswi yang tanpa sengaja melihat dosen idolanya mereka melintasi kantin.

"Keturunan luar mah beda,"

"Kalau keturunan Indo kebanyakan bantet," setelah mengatakan itu mahasiswi ini mendapatkan  toyoran gratis dari rekannya. Mahasiswi bernama Silvia Maharani itu meringis sembari mengelus kepalanya yang terasa berdenyut.

"Sakit, dugong...! Ini kepala tiap taun difitrahin sama bapak gue...!" Sembur Via pada Teguh, sang pelaku penoyoran pada kepala cantiknya.

"Masa? Kok gak keliatan?"

"Awas lo jatuh cinta sama gue,"

Teguh hanya memasang gestur seperti ingin muntah, "Awas lo, kalau elo beneran jatuh cinta sama gue, gue tolak mentah-mentah.!"

"Bodo amat,"

Nisa yang melihat kelakuan absurd kedua temannya hanya mampu menggeleng. Selalu begini jika dua anak manusia ini disatukan.

"Gue berdoa semoga kalian berdua berjodoh. Aamiiin," ucap Nisa pelan namun pasti.

"Ay, aminin yang kenceng dong," Nisa menyenggol bahu Ayu yang sedang asik memakan bakso pesanannya.

"Aamiiin, yang kenceng ya Allah!!!" Pekik Ayu setelah menelan daging bulat itu.

Nisa mendesah lelah, "Gak usah kenceng-kenceng juga Maisaroh," saking jengkelnya, Nisa sampai membenturkan dahinya ke meja.

"Tadi lu suruh aminin yang kenceng,"

"Serah dah," Nisa mengangkat tangannya seperti buronan yang tertangkap oleh petugas yang berwajib. Seakan ia menyerah pada semua rekannya, Nisa rasa hanya dia yang waras.

"Nis, nis, nis noh pak Kim noh," tunjuk via dengan hebohnya ketika kembali dosen tampan mereka melintasi kantin.

"Pasti pak Kim mau masuk kesini, terus karena liat ada elu disini jadinya dia gak jadi kesini,"

"Yeee, enak aja lu!"

"Elu kan heboh banget kalau ada pak Kim,"

"Sama masa depan harus heboh, biar di notice," dengan percaya diri yang tinggi Nisa berkata seperti itu.

Ayu yang mendengarkan ocehan para rekannya hanya mampu berdiam. Bagaimana respon mereka ketika tau jika pak Kim yang sedang mereka bicarakan sekarang adalah suaminya. Ayu sangat tau seberapa populer suaminya itu. Apalagi sahabatnya Nisa yang sangat menyukai suaminya sedari awal masuk Universitas.

"Elo buat pak Kim bukan masa depan, tapi masa sulit,"

"Si Anjir," Nisa yang tidak terima dengan ejekan dari satu-satunya sahabat pria dari kelompoknya melempar tasnya tepat pada kepala Teguh.

"Terima kenyataan napa dah,"

Ayu yang mendengar ucapan Teguh pun tersadar, apa selama ini dirinya adalah masa sulit bagi suaminya? Tidak dipungkiri, Ayu juga memiliki perasaan pada suaminya. Mungkin saja bisa disebut dengan cinta. Namun, ia tidak pernah menunjukkan hal itu pada suaminya. Jika di rumah, mereka akan tetap menjadi orang asing. Karena sikap suaminya pada dirinya sama saja seperti di kampus tidak ada yang berubah. Hanya akan bicara seperlunya atau jika ada perlu saja.

Life With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang