Seminggu kemudian,,,
Cobaan, pilihan, kebahagiaan dan rasa sakit datang seakan memberi pertanda bahwa kita harus selalu ingat padaNya. Pemilik segala jiwa dan penuntun segala jalan. Hari ini saat ikhlas di jalankan, ia menjadi pintu untuk semua rasa sakit dan kehilangan. Juga untuk perasaan bahagia yang akan datang. Sore ini selepas kuliah yang melelahkan, mereka berempat berdiri di gundukan tanah yang sudah tak basah. Sebuah nisan bertuliskan Alex Ferguson. Mereka meletakkan setangkai mawar putih yang sangat disukai Alex.
"Lex, gue datang bareng Irma dan teman--temannya. Kami sekarang udah ikhlas lex, kami sekarang udah baikan. Kami nerima keputusan lu waktu itu, tenang disana ya lex," ujar Furqon
" Alex, makasih kamu udah begitu baik mengajarkan aku arti rasa syukur. Aku akan selalu jaga pesan kamu. Makasih ya." Irma menunduk sembari mengusap Nisan yang sudah agak berdebu itu.
Irma melirik Mae dan Muthia. Irma ingat sejak kejadian di pantai Minggu lalu teman-temannya ini belum menanyakan apapun. Irma paham meskipun mereka sebenarnya sangat ingin tau, tapi privasi adalah hal yang akan selalu mereka hormati.
" Mae, mut. Maaf ya karena aku nggak jujur dari awal. Aku nggak ingin nambah beban kalian. Akhirnya aku menyimpan semua sendiri dan membuat kalian sakit hati bahkan mungkin marah. Maaf dan makasih udah begitu baik ya." Irma tersenyum pada dua sahabatnya itu.
" Irma, jujur aku marah," akui Muthia
"Tapi aku lebih marah lagi saat tau kamu harus nyimpan beban seberat ini sendirian. Kamu nggak mikirin gmana paniknya aku sama Mae saat liat kamu berantem sama kak Furqon kemarin, duh Ir sekarang aja masih kebayang nih"
"Iya Ir,, kita kan sahabatan udah alam banget. Kalau ada apa-apa gitu kamu bisa kabari aku atau Muthia. Ingat Ir, sahabat itu ada dan tumbuh berkat kejujuran juga kepercayaan. Percuma jika kita bareng-bareng setiap hari kalau kita nggak saling percaya," tambah Mae
"Sekarang semua udah berlalu, kita jalani apa yang bakalan terjadi didepan," ucap Muthia sembari merangkul Mae dan Irma.
"Aku bersyukur punya kalian, Terimakasih ya Mae, Muthia"
Furqon yang sedari tadi berdiri melihat mereka, menjadi lebih sadar bahwa ada yang lebih berharga di bandingkan keegoisan dan tuntutan untuk sempurna. Masa lalu memberi guru yang paling berharga yaitu pengalaman.
Mereka menghembuskan nafas lega, sebelum akhirnya meninggalkan tempat istirahat Alex.~~~
Selesai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sahabat Terbaik Selamanya
Teen FictionTugas akhir kelompok Boy Candra Penulis : Oktaviaroza Siti Musminah Dina Mu'izatul Fauziah Ofie Humaira