• Bagian Dua

3 1 0
                                    

Melihat keakraban mereka betiga, semua teman di kampus sangat ingin tahu rahasia yang membuat mereka seakan tidak bisa terpisahkan, walaupun sering terjadi perselisihan seperti keributan soal kota tujuan yang akan dituju saat liburan nanti, dan masih banyak keributan kecil yang tercipta diantara mereka. Tetapi mereka dengan sangat mudah saling memaafkan satu sama lain dan kembali baik-baik saja.
Meraka dibesarkan dari orang tua yang berbeda, ekonomi yang tentu tidak sama satu dengan yang lainnya. Irma lebih dewasa karena dia anak pertama dari empat bersaudara dan keluarga dengan ekonomi yang tidak kurang maupun tidak lebih. Irma di tuntut dewasa karena ibunya juga bekerja membantu perekonomian ayahnya, jadi Irma harus menjaga adik-adiknya setelah pulang sekolah, saat kedua orang tuanya masih bekerja.
Sedangkan Mae, dibesarkan dari keluarga berada, dengan satu kakak laki-laki. Mae mendapatkan kasih sayang penuh dari orang tuanya dan kakak laki-lakinya yang selalu menjaganya. Apa yang dia butuhkan selalu dia dapatkan dengan mudah. Membuat pribadinya agak sedikit pemaksa, seperti persoalan kemaren yang membuat dia dan Muthia ribut kecil antara Yogja dan Bali. Namun, Mae juga menyayangi kedua sahabatnya itu, dia tomboy karena orang tuanya dan kakak laki-lakinya menuntutnya berlatih taekwondo untuk menjaga diri sendiri saat keluarganya tidak bisa menjaga dirinya 24 jam penuh.
Muthia memang gadis paling ceria diantara mereka berdua, Muthia putri tunggal dengan ekonomi sangat berlebih. Ibunya yang selalu dirumah memperhatikan perkembangannya sejak lahir, sering membacakan cerita sebelum tidur dan tidak membiarkan Muthia menangis, selalu adas aja akal ibunya untuk membuat Muthia tidak merasa sendiri meskipun hanya seorang diri tanpa adik atau kakaknya.
Perbedaan latar belakang membuat mereka berbeda dalam berperilaku, tapi mereka adalah remaja yang sangat cerdas dan sholihah, karena selama dikampung mereka mendapat pendidikan agama yang cukup baik dengan ustad ustadzah yang sama sejak kecil.
Tiga serangkai yang tidak terpisahkan, itu julukan yang pas untuk mereka bertiga. Ketika salah satu dari mereka tidak bersama, teman-temannya pasti menanyakan, “Kok tumben yang satu tidak ada.’’ Mereka hanya tersenyum menjawab candaan teman-temannya.

~~~

Bersambung...

Sahabat Terbaik Selamanya Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang