"Kita mau kemana?" Tanya sabil kearah Arkan yang sedang fokus menyetir. Mendengar itu, Arkan melirik sabil sekejap sambil tersenyum.
"Kemana aja, asal ada kamunya." Jawab Arkan.
"Heh, gak usah bercanda. Kita mau kemana?" Tegas sabil sekali lagi. Walaupun, ia sempat tersenyum kecil ketika mendengar gombalan Arkan tadi.
"iya... iyaa... ini gak bercanda. Kita mau kesuatu tempat." Jawab Arkan. Mendengar itu, sabil tampak ber-oh ria sambil mangut-mangut. Kemudian, dirinya dilanda kebingungan kembali.
"Tapi... kemana?" Tanya sabil dengan polos. Arkan kemudian menjulurkan tangannya kearah ubun-ubun sabil. Mengusak poni cowok itu dengan gemas.
"Bawel ah. Entar juga tahu." Ujar Arkan. Sabil tampak mengulum bibirnya menahan senyum, pipinya kini bersemu merah. Ia kembali melirik Arkan dengan senyum yang ia buat-buat "Iyaa... tuan yang sok tauu~" Ledek Sabil kearah Arkan. Respon Arkan kembali tersenyum menanggapi.
••••••
Hingga kini mereka berada di sebuah villa. Villa yang berada diatas bukit yang jauh dari perkotaan. Arkan dengan segera meraih tangan Sabil untuk mengajaknya keatas balkon.
Setelah mereka berdua sudah berada di atas sana, pemandangan yang didapati sungguh sangat menakjubkan. Bintang-bintang kini bertaburan diatas langit pias, lampu-lampu dibawah sana, kini terlihat sangat indah dan kontras. Mata sabil tak henti-hentinya menampilkan binar kekaguman. Arkan mengajak sabil untuk duduk disampingnya, dan dengan mudah, sabil menurutinya. Kemudian cowok itu mendongak memandang langit malam bertabur bintang. Menunggu saat-saat puncak dari momen mereka akan dimulai.
"Kan." Sela sabil. Arkan yang dipanggil menengok kearahnya, tersenyum. "Em? Apa?" Jawab Arkan.
Sabil menarik kedua sudut bibirnya, memandang Arkan secara dalam. "Aku senang. Makasih ya?" Ujar Sabil.
Arkan kembali menjulurkan tangan untuk mengusak poni milik sabil, ia kemudian membalas senyuman yang terlontar dari cowok itu. "Lupain, gak usah diinget. Aku lakuin ini demi kamu." Jawab Arkan. Sabil kembali tersenyum, mengangguk dengan semangat.
Kemudian, Pandangan mereka kembali memandangi langit, langit malam yang terang oleh bulan purnama yang membulat sempurna. "Kamu mau janji nggak ama aku?" Ucap Sabil dengan pandangan masih terfokus kedepan--memandangi langit malam.
Arkan yang mendengar itu menaikan alisnya bingung "janji apa?" Ujarnya. Sabil melirik Arkan sekilas, kemudian ia memandang langit malam dengan sendu.
"Aku mau, kamu fokus belajar. Aku mau... kamu gak perlu ngelakuin hal yang seharusnya kamu gak lakuin. Dan aku mau... k-kamu gak pacaran dulu."
Lirih Sabil. Mendengar itu, Arkan tersenyum "iya, Aku janji." Jawabnya.Sabil kemudian beralih memandang Arkan tak percaya "eh? K-kamu janji?" Arkan mengangguk. "Iya. Aku janji, gak bakal pacaran dulu sebelum lulus sekolah." Jawab Arkan, sabil memandangnya tak percaya.
Kemudian, Arkan meraih pipi sabil, mencubitnya dengan gemas "Dan aku janji, bakal ama kamu terus, sampai kapanpun." Ujarnya, tersenyum tulus. Benar-benar tidak ada tanda kebohongan di tatapnya.
Hati sabil sangat luluh, ia tersenyum tulus kearah Arkan.Dorr!!
Cahaya warna-warni kini menyela momen mereka dalam sekejap. Ratusan kembang api, kini berhamburan di langit malam. Fokus mereka kini teralihkan oleh pemandangan menakjubkan itu. Sabil tersenyum senang, sangat senang, kesenangannya bahkan sampai lupa daratan. Ia melirik wajah Arkan secara diam-diam. Muka tampan arkan, kini tertepa cahaya warna-warni berasal dari kembang api.
"Makasih kan, makasih." Batinn sabil dalam diam.
"Bill! Sabill!"
Sabil terperonjak, lamunannya terbuyar. Ia mendongak memandangi seorang gadis yang terus-menerus memanggilnya dengan bingung.
![](https://img.wattpad.com/cover/288134408-288-k463007.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
He's Homophobic ✔️
Romance[tamat] [BL! Mengandung unsur LGBT. Jika anda tidak berkenan dengan cerita yang saya sampaikan, silakan angkat kaki.] "Gue maafin lo kok kan..." Ini semua berawal dari dia. Si rapuh yang menyatakan cinta, si rapuh yang mengatakan suka, hingga si rap...