8

2.4K 194 8
                                    

Tangan Arkan bergetar hebat. Genggamanya memegangi cutter itu semakin erat. Hanya berjarak satu centi lagi, ujung pisau tajam tersebut menyentuh hamparan kulit halusnya.

Senyumnya, tawanya, ledekannya dan gaya bicaranya yang khas, Kini kembali merasuki kepala Arkan. Terlintas, menguasai isi kepala cowok itu yang kini berkecamuk tak menentu.

Terhenti, cutter tersebut benar-benar terhenti tepat berada setengah centi didepan perutnya. Bahu Arkan bergetar hebat, air matanya mengalir deras. Dengan segera, ia melempar cutter tersebut kesembarang tempat.

"Akggghhh!!!" Arkan berteriak histeris, meremas rambutnya secara frustasi.

Semakin lama, nafasnya semakin sesak. Sakit di dadanya semakin menjadi. Pusing, sangat pusing yang ia rasakan.

Lututnya melemas. Jatuh, Arkan ambruk meringkuk di kaki ranjang. Ia menenggelamkan wajahnya di lipatan tangan yang ia taruh di atas lutut.

Terisak, Arkan terisak sangat pilu. Merasakan sesak didadanya tak kunjung sembuh. Ia meringkuk tak berdaya, sendiri di rumah yang sangat hening, hanya ia sendiri yang menempati rumah itu. Karena satu kesalahan.
Kesalahan yang membuatnya jadi seperti ini.

Flasback...

Arkan 4 tahun:

"Papa mau kamu jadi pahlawan yang melindungi mamah dari segala bahaya yang ada." Nasehat laki-laki tersebut kearah Arkan kecil. Seketika Arkan pun mengangguk semangat sambil menunjukan senyumnya yang merekah.

"Iya pah! Arkan janji. Arkan bakal jagain mamah dari segalaa.... bahaya apapun!" Jawabnya lantang. Seketika laki-laki itu pun tersenyum menanggapi. mengusak rambut Arkan kecil yang berada di sebelahnya. "Pinteerr..." ujarnya memuji.

Arkan 13 tahun:

"Senyam-senyum sendiri mulu. Pasti lagi suka ama seseorang nih!" Ledek laki-laki itu sambil menghempaskan pantatnya di samping Arkan.

Mendengar itu, Arkan mengulum senyum di bibirnya. "Enggak kok pah." Elaknya.

"Ya elah! Tinggal ngaku aja apa susahnya sih..." desak laki-laki tersebut kearah Arkan. Arkan nyengir lebar dibuatnya.

"Tuh kan bener! Coba bilang ama papah, kamu lagi suka ama siapa?" Laki-laki itu mengangkat dagunya bertanya, Arkan tertunduk.

"Ada deh..." Jawab Arkan pelan. Laki-laki tersebut kembali senyum mendengar Arkan.

"Gini deh kan." Ucapnya menggeser sedikit pantatnya mendekat kearah Arkan.
"Kamu suka ama orang lain boleh. Tapi janji ama papah, kalo kamu tetep belajar?"

Arkan mendongak memandangi laki-laki tersebut. Kemudian mengangguk pelan sebagai jawaban.

"Dan satu lagi. Kalo kamu suka ama orang itu, perjuangin. Terus juga, bahagiain dia. Jangan jadi laki-laki brengs3k yang taunya cuma nyakitin. Paham?" Tanya Laki-laki itu. Arkan memandang laki-laki itu dengan bingung.

"Kaya papah?" Tanyanya. Seketika tawa pun pecah dari laki-laki itu.

"Iyaa doong!!" Jawabnya menyombongkan diri.

Arkan 15 tahun:

"Papah mau cerai ama mamah."

Arkan menatap laki-laki tersebut dengan nanar. Tak disangka, laki-laki yang selama ini ia banggakan, selama ini ia idolakan ternyata begini. Bejat, sangat bejat.

Perempuan tersebut tak berhenti terisak. Sakit di dadanya, mampu membuat diirinya tidak bisa apa-apa. Tepatnya sesudah ia tahu, kalo sang 'suami' selingkuh darinya.

He's Homophobic ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang