resiko dalam mencintai adalah penolakan dan rasa sakit
.
.
.perihal mencintai bukankah itu merupakan sebuah hak? tak perlu persetujuan apalagi izin dari orang yang ingin kita cintai, kata otang cinta itu perasaan murni yang muncul tanpa bisa kita rencanakan dan itu bukan sebuah kesalahan.
" i love you Bintang"ucap Jingga dengan manik mata menusuk tepat pada obsidian menawan milik Bintang
tangan Jingga mengepal dan nafasnya tampak beradu untuk masuk kedalam setiap rongga tubuhnya, ia ingin menangis tapi dengan paksa harus ia tahan, Bintang masih terdiam sambil menelisik setiap inci wajah Jingga dan itu membuat Jingga seakan ingin menghilang saat itu juga
"maaf Jingga"sebuah kalimat akhirnya terlontar dari mulut Bintang, hanya dua kata lalu Bintang melangkah pergi meninggalkan Jingga yang masih setia menatapnya dengan sorot mata terkejut
Bintang hanya meminta maaf tanpa menjawab pernyataan Jingga, ah Jingga lupa jika sebuah pernyataan tidak seharusnya membutuhkan jawaban, Jingga lupa jika kalimat yang ia lontarkan bukanlah sebuah pertanyaan yang harus Bintang beri jawaban.
memang benar jika mencintai tak memerlukan izin seseorang, memang benar jika menaruh rasa bukanlah sebuah kesalahan, tapi lagi - lagi Jingga lupa bahwa dalam mencintai kita harus siap merasakan luka dan luka itu memberikan rasa sakit yang skalanya beragam, sialnya sakit yang Jingga rasa sekarang skalanya luar biasa sakit.
langkah Bintang semakin jauh hingga Jingga tak bisa melihatnya lagi, "Bintang ini sakit"cicit Jingga sambil meremas dada sebelah kirinya
Jingga menangis untuk cinta pertamanya yang tidak berhasil, Jingga tersedu untuk cinta pertamanya yang tak berbalas, jika saja Jingga sadar dari awal resiko dalam mencinta adalah penolakan dan rasa sakit, maka Jingga akan menyerah atas rasa cintanya terhadap Bintang
Jingga melangkah meninggalkan pekarangan rumah Bintang, ya! semesta menciptakan kisah pilu bagi Jingga, dimana ia yang harus berjuang dan menerima penolakan dari seorang laki - laki yang ia cintai, berbeda dari kisah cinta yang biasa ia dengar bahkan tonton di televisi, si laki - laki yang berjuang untuk wanita yang ia cintai
"Jingga! Jingga"
"Jingga...."Jingga terkejut saat seseorang menepuk pelan pipinya, detak jantungnya berderu dan rasanya sangat tidak nyaman
"hey, kamu kenapa? mimpi buruk?"tanya seseorang yang menepuk pipinya tadi
ia menoleh pada sosok disampingnya, dan dengan cepat ia memeluk tubuh tegap itu "jangan pergi, jangan tinggalin aku"ucap Jingga dengan tangis
"kamu mimpi buruk ya?"tanya laki - laki itu dan Jingga hanya menjawabnya dengan anggukan
"udah ya jangan nangis, aku disini kok nggak kemana - mana"ucapnya mencoba menenangkan Jingga sembari mengelus rambut Jingga penuh sayang
Jingga semakin mengeratkan pelukannya, masih jelas terbayang dalam ingatannya bagaimana Bintang meninggalkannya sendirian, tapi untunglah semua yang terjadi hanyalah mimpi buruk karena kenyataannya Bintang sedang berada dalam pelukannya sekarang, mengelus sayang rambutnya.
"mau tidur lagi atau nggak?"tanya Bintang
"nggak mau, aku mau peluk kayak gini aja"jawab Jingga lembut
"kamu mimpi apasih? kok kayaknya takut banget? hmm?"
"aku mimpi kamu ninggalin aku sendirian, dan rasanya sangat sakit Bintang, hati aku sakit saat liat kamu ninggalin aku"Jingga kembali menangis saat menceritakan betapa ia tak ingin Bintang meninggalkannya
Bintang hanya mendengarkan, ia tak menjawab ucapan Jingga, ia hanya kembali mengeratkan pelukan mereka menjadi sedikit lebih erat dan hangat, kecupan kecil ia daratkan dikepala Jingga berkali - kali
"maaf Jingga"ucap Bintang dalam hati
KAMU SEDANG MEMBACA
SWASTAMITA YANG HILANG
Fanfiction"aku terlalu takut menyakitimu, jadi kita seperti ini dulu sampai aku siap menjalin sebuah hubungan bersama mu" -Bintang "kenapa seakan hanya aku yang menginginkan hubungan ini? kenapa hanya aku yang mencintaimu? bukankah kau yang menarikku dalam ce...