Prolog

2 0 0
                                    


Ternyata semakin lama aku semakin terbiasa berbicara dengan diriku sendiri, mungkin hampir sedikit stres kalo terus begini, berjalan pada kabut yang menutupi jalan, hingga membuatku tak menemukan arah jalan dimana ada tempat pemberhentian terbaik di dalam hatiku.

Seakan semuanya abu-abu. Seakan tak ada yang bisa menggantikan sosok seorang di dalam hatiku yang enggan keluar, bukan karna dia selalu membuat hatiku yakin bahwa dia orangnya, namun malah dia yang selalu menggoyah-goyahkan hatiku seperti antara iya dan tidak Mau bersamaku. Alih-alih datang seenaknya, alih-alih pergi seenaknya. Berkedok silaturahmi namun nyatanya hampir menghancurkan mental seseorang yang "memberikan cintanya dengan sebuah kata tulus di hati nya"

Sempat tertancap dalam fikiran dengan ketidak percayaan, bahwa kenapa harus aku yang kau berikan pengharapan sebesar gunung semeru, bahwa kenapa aku yang kau berikan ketidak pastian, antara kau mau kembali atau kau hanya mengajakku bermain pada hati yang dari dulu tak pudar mencintai mu, walaupun telah kau tinggalkan empat tahun lamanya.

Dulu, empat tahun yang lalu , aku selalu menyalahkan diriku, bahwa aku adalah orang yang paling salah di dalam hubungan ini, merasa paling aneh untuk sekedar memuji caraku mencintaimu. Ternyata tidak ada yang salah denganku, hanya saja waktu membuatmu beralih bukan lagi tentangku, tapi tentang hati yang memudar sebab ada seseorang bukan lagi aku.

Empat tahun aku meminta pada Tuhan, tolong persatukan aku denganmu lagi, malu sebenarnya. Kenapa aku segigih ini berusaha untuk seseorang yang sering mengabaikan hatiku, yang terkadang datang setelah sekian lama hilang.

Seperti datang membawa kerajaan di hatiku kembali, seakan aku ditunggu untuk segera bergegas pergi menjadi permaisuri dalam kerajaannya, dan nyatanya setelah tau aku masih mudah untuk ia dapatkan dia hilang juga, geraknya yang kemarin hangat menenangkan hati, sekarang menjadi dingin seperti aku tidak ada nilainya lagi.

Tapi terimakasih telah membuatku sadar setelah jutaan tetes air mataku keluar dengan cuma sekedar merindukanmu tiba-tiba, sekedar cemburu melihat mu kemarin datang kepadaku, sekarang pergi bersama wanita baru lagi, lagi dan lagi .
Dan  aku hanya selalu menjadi pulang yang kau singgahi  sementara dan tak pernah kau tutup pintu itu setelah kau pergi. Sehingga kau merasa mudah untuk kapan saja kau  datang kembali.

Memang tidak sopan, berlagak tuannya di rumahku padahal menjadi wabah penyakit di dalam ruang rumahku. Ini adalah kisah yang membuatku seperti mengambang pada permukaan yang tidak jelas tempatnya.  kisah selalu membayangi  di setiap tahun ketahun, yang telah membuatku semakin bodoh dalam mencintaimu.

Saatnya IkhlasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang