Terbiasa berteman sepi dengan malam yang sangat sunyi, hanya ada handphone dan tempat tidur yang menjadi tempat ternyaman dalam setiap malam, kebiasaan yang menjadi semakin biasa, tapi cuma satu yang tidak terbiasa saja, yaitu tidak pernah hilang bayangnya dalam isi fikiranku.
Merasa bosan, tapi membang benar adanya semakin lama dia menghuni di kepalaku malah semakin lama aku terjebak tak bisa mengeluarkan nya.
Bukan lebay, tapi ya segitu adanya. Tidak di lebihkan atau tidak di kurangkan, memang semenggagu itu.
Menyiksa ???..
Tentu sekali, kadang aku pergi mengambil wudu, terus solat, berdoa pada Tuhan, merintih, menangis, karna aku cape, aku pengen sembuh dari semua ini, aku pengen tertawa bukan karna aku berpura-pura bahagia, atau karna aku sedang menutupi apa yang sebenarnya aku rasakan. Tapi aku ingin bahagia ya karna aku bahagia, tidak ada yang sedang menggagu fikiran atau hatiku, dan kadang anehnya di penghujung doa masih saja ada harapan yang aku titipkan untuknya kepada Tuhan.
Andai dia tau, bahwa sebegitu rendahnya aku di hadapan tuhan, meminta seseorang yang jelas telah meninggalkanku, telah di perlihatkan pula bahwa dia mungkin bukan orangnya. Tapi masih saja tak ada yang bisa menampar keras bahwa aku harus berhenti menyayanginya.
Jika mungkin Tuhanku mempunyai sifat bosan seperti manusia lainnya, mungkin Tuhan sudah yang paling pertama bosan dan sangat bosan setelah temanku. Mendengarkan cerita tentang orang yang sama tapi terasa masih istimewa ketika sudah di ceritakan, walau mungkin aku saja tidak bisa menghitungnya berapa kali aku menceritakan cerita yang sama, tapi rasanya seperti baru padahal sudah empat tahun yang lalu berpisahnya