Awal dari segalanya

23 1 0
                                    

Seorang remaja pria berkemeja hitam yang tidak dikancingkan memperlihatkan kaos polos putih itu turun dari motor vesva hitam miliknya tas tersampir di pundak dan mulut mengemut sebuah permen. Setelah memarkirkan vesva miliknya, pria itu berjalan menghampiri seorang pria lain yang beberapa tahun lebih tua darinya.

"Sorry bang telat," ucapnya sembari menepuk punggung patner kerjanya itu.

"Santuy Than." Melihat banyaknya customer yang datang membuat pria itu dengan cepat mengganti kemejanya dengan pakaian khusus bekerja.

Jika kalian pikir dia adalah seorang pelayan caffe atau restoran, jawabannya salah, dia adalah seorang montir. Namanya Dhatan pria berusia 20 tahun itu seorang montir, dia seorang mahasiswa dan dia juga seorang pekerja, pagi hingga sore sebagai mahasiswa, sore hingga malam sebagai pekerja. Dhatan akui mereka yang sepertinya adalah orang-orang hebat karna tidak mudah mengatur waktu antara mahasiswa dan pekerja.

Waktu berjalan dengan cepat kini sudah menunjukkan pukul 10 malam dan jam kerja sudah habis, waktunya untuk pulang.

"Than, gua pulang duluan ya. Jangan lupa cek dulu sebelum ditutup " Bang Dimas patner kerja Dhatan berteriak sambil melambaikan tangannya ke arah Dhatan yang masih belum selesai memperbaiki motor pribadinya.

"Siap bang"

Ketika pekerjaanya selesai ia bergegas merapihkan peralatan bengkel, diharuskan segera pulang karna ada adik kecil yang menunggunya di rumah.  Sebelum pulang, ia sempatkan menghitung jumlah uang gaji yang tadi ia dapatkan dari pak bos. "Huft, cukuplah buat makan sama jajan Danil."

Setelah menutup dan mengembok bengkel tersebut, Dhatan mulai melajukan motor vesva hitam miliknya dengan kecepatan rata rata sambil bersenandung kecil menikmati udara malam kota Bogor.

"Aku tertipu, aku terjebak, aku terperangkap muslihatmu~" Bersenandung dijalan emang paling enak, tapi itu tidak berselang lama karena ketika ia melewati gang kecil ia mendengar teriakan seorang gadis yang terdengar begitu memilukan.

"Aaakkkkkkk tolonggggg berhentiiii, aaaaakkkkhh"

"Diem gak lo, atau lo mau gw kasar hahhh!!!"

"Berhentiii, tolong berhentiiii, jangannnn plisss jangannn"

Dhatan merasa ini sudah tidak beres, ia bergegas menepikan motornya lalu melihat apa yang terjadi dan damnnnn!!!

Duggg!!!

Itu bunyi punggung seseorang yang Dhatan tendang.

"Lo siapa hahh??!! Gak usah ikut campur!" Teriak seseorang yang Dhatan tendang barusan, Dhatan menyebutnya pria bejat. Bagaimana tidak, pria itu sedang memperkosa seorang gadis, gadis yang kini memeluk lututnya dan menangis pilu atas apa yang menimpanya sesaat lalu.

"Brengsek Lo gila, bejat sialann!" Dhatan kembali menendang pria bejat tersebut, tak membiarkan dirinya terluka sendiri pria itu menendang balik Dhatan, dan terjadilah perkelahian.

Dugggg!

"Anjinggg!!"

"Bangsat!!!"

"Keparattt!!!"

Brakkk!!

Dugggg!!!

Perkelahian tersebut dimenangkan oleh Dhatan, pria itu sudah terkuai tak berdaya dibawah kukungan Dhatan. Seluruh wajahnya memar, begitupun Dhatan yang mengeluarkan darah segar dari sudut bibirnya. "Lo mau mendekam dipenjara hah?!!" Teriak Dhatan tepat ditelinga kanan pria bejat itu. Merasa ketakutan pria itu berontak mencoba melarikan diri, Dhatan yang belum siap pun kecolongan dengan berhasil kaburnya pria bejat yang harusnya mendekam dipenjara itu.

"Ahh sialll, bangsat Lo anjing kenapa bisa kabur." Dhatan menendang dinding tembok gang tersebut. Ia mengalihkan pandangannya ke arah gadis yang sedang memeluk lututnya mencoba menutupi tubuhnya yang tidak sepenuhnya tertutup baju, sekujur tubuhnya memerah, bajunya sudah tidak berbentuk disobek pria bejat yang memperkosanya.

Dhatan melepas kemeja hitam miliknya lalu memberikan kepada gadis itu, ia merasa kasihan dan rasanya ingin menangis melihat gadis tersebut tidak berdaya. Ia membenci seseorang yang menyakiti wanita meskipun wanita nomor satu dihidupnya sangat menyakitinya.

"Pake." Gadis itu memakainya dengan tangan yang bergetar. Belum selesai mengancingkan baju bagian atas tiba-tiba...

"hehh, lagi apa kaliann!! lagi mesum ya?!"

"Bapak-ibu, ada kumpul kebo disini"

Malang tidak berbau, niat membantu malah jadi tersangka. Mereka terpojokkan sedikit demi sedikit warga mulai berdatangan, mengelakpun tak guna semuanya berlalu begitu cepat karna semua terlihat sejelas seolah membenarkan dengan kondisi Dhatan yang berantakan dan gadis itu yang tak berdaya sama berantakannya. Tiga orang ibu-ibu mengampiri gadis itu membawa kain guna menutupi kondisi mengenaskan gadis itu.

Kini mereka semua berada di rumah kepala dusun, sebagian aparat Desa hadir guna mendiskusikan kelanjutan kejadian ini. Sudah jam 12 malam, yang Dhatan pikirkan sekarang adalah bagaimana kondisi sang adik di rumah pasti menunggunya pulang, Dhatan khawatir.

"Kalian harus menikah!" Putus Pak kepala desayang diangguki semua orang di ruangan itu. Dhatan menghela napas, sudah ia duga endingnya akan seperti ini, sementara gadis itu menundukan kepalanya dalam-dalam  tidak ada suara sedikitpun yang keluar ia hanya tidak berhenti menangis sejak tadi. 

"Dimana rumah kalian?" tanya pak kepala dusun.

"Saya bukan orang sini, di kecamatan sebelah"  jawab Dhatan pelan, pak kepala dusun menganggukan kepalanya lalu mengalihkan atensinya ke arah gadis yang belum diketahui namanya itu.

"gang Damai," lirihnya.

"Bisa panggil orang tua kalian kesini?"

"sudah tidak ada pak," jawab Dhatan dan gadis itu berbarengan. Bisa dilihat bahwa mereka dua orang yang sebatangkara bedanya Dhatan masih mempunyai adik yang harus ia biayai, tidak tahu dengan gadis itu.

"Baik" Kemudian kepala dusun, warga, dan aparat desa itu mulai mendiskusikan lagi. Tiga puluh menit berlalu, mereka sudah mendapatkan hasil diskusi dan sudah disepakati semua pihak. Dhatan dan gadis itu akan dinikahkan besok, Dhatan diperbolehkan pulang dan besok datang kembali sementara gadis itu dibiarkan beristirahat di rumah kepala dusun.

Gadis itu menundukkan kepalanya dalam-dalam, ia tak menyangka akan berakhir seperti ini. Sungguh berdosanya ia telah membawa seseorang yang tidak bersalah kedalam masalah yang tidak bisa dikatakan sepele. Ini terlalu beresiko, harusnya pria itu tidak melakukannya.

Gadis itu menghampiri Dhatan yang sedang menyalakan motor vesva hitam kebanggaanya. "Kamu gak usah datang kesini besok, aku minta maaf udah libatin kamu," ucap gadis itu.

"Gua datang besok." Putus Dhatan.

"Gak perlu"

 Dhatan tidak akan mundur, ia sudah terlanjur maju jauh mana mungkin biar mundur lagi. "Udah gua bilang, gua  datang besok," jawab Dhatan tegas.

 Gadis itu menatap Dhatan dalam-dalam."Jika kamu memilih untuk bertanggung jawab atas kesalahan yang bukan menjadi bagian dari kesalahanmu, maka kamu harus menanggung semuanya tanpa pengecualian."

 Dhatan tidak menjawab, ia mulai melajukan motornya dengan kecepatan diatas rata-rata tanpa melihat lagi ke arah gajis itu, ia harus secepatnya sampai di rumah, ia mengkhawatirkan adiknya sendiri di rumah.

Dhatan sampai dirumah pukul setengah dua malam, menghela napas ketika melihat sang adik tetidur meringkuk depan tv yang masih menyala, pasti adik kecilnya itu menunggunya pulang. Dhatan mengusap pelipis sang adik dengan sayang, Danil adalah keluarga satu satunya yang ia punya. Adik kecil yang mandiri itu baru duduk dibangku sd kelas 3, tapi Dhatan bangga karna adik kecilnya itu begitu paham dengan kondisi mereka.

Dhatan memijit pelipisnya yang berdenyut, ia memikirkan kejadian yang akan besok ia jalani. Larut dengan lamunannya hingga ia pun tertidur disamping sang adik. 

-------

12 februari 2024

MARSVENUS22



DathanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang