Bumi Yang Sedang Jatuh Cinta

696 116 6
                                    


—𝓖𝓲 𝓴𝓪𝓲 Í𝓵𝓲𝓸𝓼—

—𝓖𝓲 𝓴𝓪𝓲 Í𝓵𝓲𝓸𝓼—

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Sepertinya waktu mengajak Ilios pergi untuk pertama kalinya, menjadi awal kedekatan kita. Gue mulai merasa nyaman dengan kehadiran Ilios, bahkan kita berlanjut saling berkirim pesan serta gue yang akhirnya menjadi ojek pribadi untuk Ilios. Setiap pagi gue selalu menunggu Ilios di depan gerbang rumahnya. Ekspresi wajahnya sudah mulai jadi candu, dia selalu terlihat bersemangat tiap kali keluar rumah dan menuju ke arah motor gue. Senyuman Ilios menjadi hal yang paling gue suka sampai saat ini.

Kita selalu kemana-mana berdua bahkan gue mengundang Ilios untuk menonton pertandingan futsal. Gue mengajak dia pergi ke perputakaan, jalan-jalan ke Mall, nonton atau cuma duduk santai di jalanan Braga sambil melihat lalu lalang kendaraan setelah membeli ice cream di kedai. Biasanya Ilios memesan rasa coklat sedangkan gue Vanilla, gue memang tak menyukai coklat jadi ketika Ilios mencoba eskrim milik gue dan menawarkan eskrimnya gue tidak pernah mau. Kita berbagi playlist, mendengarkan lagu sama-sama dan waktu dia tidak bisa tidur gue pasti memainkan gitar sambil menyanyikan lagu kesukaan dia.

Hari demi hari berganti sampai akhirnya gue sadar kalau gue, Bumi, sudah jatuh hati pada sosok Matahari, Ilios. Gue ingat tanggalnya, tanggal 12 September, waktu itu sepulang sekolah gue mengajak Ilios berkeliling Kota Bandung sebelum akhirnya mampir ke area Braga kemudian gue numpang nyanyi di live music dekat lampu merah. Lagunya Sunflower, di akhir lagu gue mengungkapkan perasaan lewat mic yang menyala sehingga orang-orang yang ada di sana bisa mendengar dengan jelas.

Gue selalu bersyukur punya Ilios dalam kehidupan gue yang kelabu, dia benar-benar berperan menjadi sosok matahari yang cerah dan gue akan selalu butuh dia. Kita pacaran layaknya orang pada umumnya, gue yang selalu cuek jadi berubah perhatian, sedangkan Ilios, dia tetap sama seperti sebelumnya selalu perhatian. Kala itu gue juga dihadapkan oleh masalah keluarga, gue dan Papa punya perdebatan serisu soal jurusan kuliah, akhirnya gue menceritakan semuanya ke Ilios persis seperti anak kecil yang sedang mengadu.

Dia bilang cara Papa gue salah tetapi katanya cara gue menolak juga tidak bisa dibenarkan, dia memberikan saran kalau gue harus bicara dengan kepala dingin dan bener-bener menunjukan tekad kuat soal impian gue. Akhirnya seminggu berikutanya gue benar-benar melakukan sesuai arahan Ilios. Papa gue saat itu sempat terdiam sampai akhirnya memberikan gue Izin untuk kuliah di jurusan yang gue minati. Gue bertemu lagi dengan Ilios dan menceritakan semuanya, dia merasa bahagia untuk gue.

"Aneh deh, kepala kamu tuh isinya apa aja sih? Kok idenya bagus terus?" Gue mengusap-usap rambut ilios.

"Ada kantong Doraemon jadi segala macam ide tersedia." Begitulah jawaban aneh dari dia dan hal itu membuat gue langsung mencubit Pipi dia gemas.

Di hari kelulusan gue Ilios datang membawa sebuket bunga matahari yang katanya diambil dari taman milik Ibunya. Dia berkata kalau tidak punya uang jadilah memilih membuat rangkaian bunga sendiri. Hal itu malah membuat gue makin kagum dengan sifatnya, bunga pemberian Ilios memang dirangkai tak begitu apik dan rapih, tetapi nyatanya bunga itu yang paling berkesan. Beberapa saat setelah kelulusan, gue mangawetkan bunga itu dan masih dipajang di ruang tengah rumah gue sebagai hiasan sampai sekarang.

BUMI DAN MATAHARI ¦ MarkHyuck (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang