Menuruni anak tangga dengan cepat. Berbelok ke dapur. Ia tidak melihat siapapun. Berjalan dia hampir mengelilingi rumah, dan dia teringat sesuatu. Bahwa ada satu tempat yang belum ia cek.
Berjalan cepat menaiki anak tangga. Dan benar, Bundanya berada di balkon. Jake perlahan mendekat, "Bunda?"
Dejun menoleh, mendapati anaknya di dekat pintu. Melambai tangan menyuruhnya mendekat. "Ada apa?"
Jake meremas tangannya sendiri. Raut wajahnya menandakan ia gugup. Jake takut untuk mengatakannya.
Berdiri dari duduknya, mengelus surai cokelat halus. Ukiran indah terukir di bibir Bunda anak 4 itu.
"Ada apa sayang?"
"Bun..da, Jake mau ikut band boleh?" Menatap mata indah milik sang Bunda. Berharap ia diperbolehkan. Jake menunggu jawaban dari sang Bunda, tapi sang ibu justru diam menatapnya. Jake menundukkan kepala. Ia yakin Bundanya tidak akan mengizinkannya.
Senyum jail tertempel pada wajah Dejun. Ia sengaja diam, ingin tau sebesar apa tekad anaknya meminta izin. Memegang pundak Jake dengan lembut, tangan satunya menarik lembut dagu sang anak. Dejun mengangguk ketika sang anak menatapnya
"Serius Bunda?" Mata Jake berbinar terang
"Iya sayang, apapun yang Jake mau, lakukan. Asal jangan kecapean ya"
Cup
Dejun mencium dahi anaknya. Ia tidak mungkin melarang kebaikan untuk sang anak.
Jake memeluk sang Bunda erat. Ia merasa lega, ternyata Bundanya mengizinkannya.
Cup
Jake mencium sekilas bibir Dejun.
Jelas membuat Dejun terkejut bukan main. Siapa yang mengajarkan Jake untuk mencium tepat di bibirnya???
"Ayah selalu begitu kan ke Bunda? Mencium bibir Bunda. Menurut Jake, cium di bibir itu seperti rasa kasih sayang yang tiada ujungnya. Seperti kasih sayang Jake ke Bunda, yang tidak akan ada ujungnya" Jake kembali memeluk Dejun. Ia bersyukur lahir dalam keluarga yang saling menyayangi.
Mata Dejun bagai di beri bawang. Berkaca-kaca terharu. Anaknya itu memang tidak pernah terduga. Tangan Dejun mengelus lembut punggung Jake.