Sebagai seorang Chef, perjalanan karirnya didukung oleh privilege yang melekat pada diri dan keluarganya. Sebagai seorang chef, ia tahu betul bagaimana kehidupan sebuah 'dapur' demi memuaskan 'taste' para pelanggan. Sebuah kesalahan sedikit saja, ka...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Menu [8] Hand Bouquet
Mahesa sontak berdiri. Ia sangat yakin bahwa wanita muda yang muncul dari rerimbunan sunflower adalah Kaira. Mahesa lantas melangkah masuk. Sesaknya antrian di dalam tidak ia pedulikan. Ia ingin tahu sedang apa Kaira disini.
Tubuh tinggi Mahesa memudahkannya menyisir sekitar hanya untuk mencari sosok Kaira. Tidak ada! Wanita yang memanggil Kaira melayani para pengunjung sendirian. Mahesa meragukan penglihatannya sendiri. Apakah mungkin ia salah lihat? Mungkinkah wanita itu adalah orang lain yang secara kebetulan berwajah mirip dengan Kaira? Tidak menemukan sosok Kaira, Mahesa tersadar, untuk apa ia sepenasaran itu? Hari ini mereka berdua memiliki jadwal off yang sama. Terserah Kaira hendak mengisi waktu kosongnya dengan apa dan bukan urusannya untuk tahu apa yang dilakukannya.
Mahesa kemudian mundur dari antrian. Masih ada waktu sebelum Bianka selesai sesi pemotretan di sebuah yatch. Mahesa berjalan-jalan memutari taman yang dihias oleh polybag berisi bunga-bunga yang bermekaran. Tanaman ini sangat terawat. Wajar jika mereka mematok harga yang cukup mahal sebagai upah perawatan yang mereka berikan.
Saat tengah menikmati pemandangan colourful, wanita berwajah mirip dengan Kaira tadi keluar membawa watering can sedang tangan satunya membawa sebungkus sesuatu yang Mahesa yakini adalah pupuk. Mahesa segera bersembunyi. Ia tidak ingin Kaira melihatnya disitu.
Dari balik mobilnya yang terparkir, Mahesa memperhatikan gerak-gerik Kaira. Gadis itu duduk di atas dingklik, lalu mengenakan sarung tangannya. Ia kemudian menggunting bungkusan itu dan memasukkannya sedikit ke dalam watering can. Ia menggoyangkan wateringcannya untuk beberapa lama agar butiran pupuknya larut. Ia kemudian membasahi permukaan tanah dengan larutan pupuknya.
Mahesa memperhatikan gerak-gerik Kaira. Gadis itu duduk di atas dingklik, lalu memasang sarung tangannya. Ia kemudian menggunting bungkusan itu dan memasukkannya sedikit ke dalam watering can. Ia menggoyangkan wateringcannya untuk beberapa lama agar butiran pupuknya larut. Ia kemudian membasahi permukaan tanah dengan larutan pupuknya.
Mahesa tertegun. Selama ini ia tidak pernah melihat Kaira tersenyum. Wajahnya tampak murung dan tidak bersemangat. Walaupun begitu, ia melakukan pekerjaannya tanpa mengeluh. Berbeda dengan kini, Kaira terus tersenyum sembari merawat bunga-bunga itu. Ada apa dengan Kaira?
Tiba-tiba, angin berhembus kencang menerbangkan floppy hat cream yang ia kenakan untuk melindungi kepalanya dari paparan sinar matahari yang menyusup sela-sela langit berawan. Sialnya, floppy hatnya terbang ke arah dimana Mahesa bersembunyi.
"Yah," Kaira memekik lirih mengejar topinya. Betapa terkejutnya ia melihat Chefnya berdiri di hadapannya.