+四 - Hari Keempatbelas :Night Walk

444 78 1
                                    

𝙉𝙞𝙜𝙝𝙩 𝙬𝙖𝙡𝙠

Langit sudah berwarna oranye, matahari hampir tenggelam didalam gumpalan awan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Langit sudah berwarna oranye, matahari hampir tenggelam didalam gumpalan awan. Seorang gadis yang mengenakan rok dan crop top berwarna oranye serta jaket hitam yang terlihat kebesaran berdiri didepan gerbang sebuah gedung olahraga.

Dengan setia [Name] menunggu Yuji keluar dari gedung itu. Sesuai dengan janji mereka kemarin, hari ini Yuji dan [Name] akan jalan-jalan malam.

Sekitar dua puluh lima menit menunggu, Yuji akhirnya keluar dari gedung itu bersama teman-temannya. Kekeh-an keluar dari bibir gadis itu kala melihat Yuji sedang mengintimidasi tim dengan jersey berwarna hitam-oranye.

[Name] melambaikan tangannya setelah Yuji menyadari kehadirannya. Yuji menyunggingkan senyum lebarnya, ia berlari kemudian menerjang [Name] dengan pelukannya.

"[Name]!"

Gadis itu tersenyum kemudian membalas pelukan Yuji. "Sudah lama menunggu?" tanya Yuji. [Name] menggeleng, ia menyapa para anggota voli yang berdiri dibelakang Yuji.

"Kami duluan," ucap Kazuma mewakili teman-temannya.

[Name] melambaikan tangannya pada anggota voli yang juga sedang melambaikan tangan padanya.

Yuji menatap [Name], laki-laki itu mengulurkan tangannya dihadapan [Name] yang langsung diterima oleh gadis itu.

"Terima kasih tuhan sudah mengurangi saingan kami," kata dua orang dari tim yang diintimidasi Yuji tadi sembari berpose buddha.

Salah satunya memiliki rambut minim, dan satunya lagi memiliki rambut yang melawan gravitasi.

Kedua remaja itu berjalan meninggalkan gedung olahraga sembari bergandengan tangan. Seiring mereka berjalan, matahari turut menggelap dan gerai-gerai pinggir jalan mulai menggelar tikar nya.

Pandangan Yuji teralihkan pada jaket yang [Name] kenakan, terlihat seperti miliknya.

"Kau memakai jaket ku?" tanya Yuji.

[Name] melirik jaket yang ia kenakan, tawa kikuk ia lontarkan. "Tadinya aku ingin mengembalikannya, tapi ditengah jalan aku kedinginan"

Yuji terkekeh mendengar jawaban gadis disebelahnya. "Tak apa, kau bisa memakainya sesukamu"

"Ingin Takoyaki?" Yuji menunjuk sebuah gerai takoyaki di pinggir jalan.

[Name] mengangguk, gadis itu berjalan sembari melompat kecil seperti kelinci. Ia juga mengayunkan gandengan tangan mereka.

"Selamat datang, silahkan pilih menunya," ucap salah satu pekerja.

Dengan teliti Yuji membaca daftar menu yang tertempel di stand tersebut. Ia langsung memesan seporsi Takoyaki original seharga Rp. 20.000.

Tak lama setelah memesan, pria paruh baya penjual Takoyaki itu memberikan sebungkus Takoyaki pada Yuji.

Setelah mendapatkan pesanannya, Yuji langsung membayarnya kemudian mengajak [Name] menuju taman yang tak jauh dari tempatnya berada untuk memakan Takoyaki itu.

Yuji menepuk jidatnya kala ia membuka bungkusan itu, ia lupa meminta dua sumpit tadi.

"Aku lupa meminta dua sumpit," pekik Yuji.

"Tak apa, kita bisa berbagi"

Laki-laki itu mengangguk. Yuji membuka bungkusan Takoyaki beserta sumpitnya, ia mengambil salah satu Takoyaki kemudian meniupnya sebelum menyodorkan makanan itu ke [Name].

"Selamat makan," ujar [Name] sebelum memasukan Takoyaki yang Yuji sodorkan.

"Enak?" [Name] mengangguk.

Yuji mengambil satu Takoyaki kemudian memasukannya kedalam mulut. Laki-laki itu kembali menyuapi [Name] kala gadis itu menghabiskan satu.

"Bwagwai mwana pwertwandingwan mwu twadi?" tanya [Name] sembari mengunyah.

"Telan makananmu terlebih dahulu." Yuji terkekeh.

[Name] langsung menelan makanan yang ia kunyah kemudian mengulangi perkataannya tadi. "Bagaimana pertandingan mu tadi?"

"Kami menang. Kau lihat tim yang berada diluar gedung tadi 'kan? Itu adalah lawan kami besok." Yuji kembali menyodorkan Takoyaki.

"Tim tadi? Mereka terlihat kuat," ucap [Name] sebelum menerima Takoyaki yang Yuji sodorkan.

"Kau benar, tapi timku juga tak kalah kuat―" omongan Yuji terpotong karena seorang pria tua.

"Manis sekali bukan sayang, saling menyuapi. Aku jadi rindu masa muda kita," ucap pria tua itu kepada istrinya.

Wanita tua disebelahnya mengangguk, ia mengeratkan gandengannya kepada suaminya. "Anak muda, ku harap hubungan kalian kekal sampai maut memisahkan," ujar wanita itu kepada Yuji dan [Name].

Hal tersebut mampu membuat pipi Yuji dan [Name] bersemu merah, terutama Yuji, wajah laki-laki itu sangat memerah hingga ke telinganya.

"Terima kasih atas doanya nek, saya harap juga seperti itu," balas Yuji.

Pasangan kakek-nenek itu terkekeh kemudian pergi menjauh sembari bergandengan tangan walaupun keduanya sudah memakai tongkat.

Yuji menoleh pada [Name] yang tengah tersipu malu. Laki-laki itu menaruh tangannya di puncak kepala [Name] kemudian tersenyum.

"Hari ini adalah hari terakhir bukan? Aku menunggu jawabanmu besok"

"Selesai pertandingan, di kedai eskrim kakakku," ujar Yuji.

Perasaan campur aduk tergambar jelas dimata coklatnya. Ia siap jika [Name] menolaknya, namun ia juga takut jika gadis itu menolaknya.

14 Days - Terushima YujiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang