Prologue

1.1K 107 84
                                    

Happy Reading!💁❤

Jangan lupa vote ya!♥

"Hei! Kenapa sih? Cemberut mulu, dimarahin lagi sama bos kamu?" Jeno melambaikan tangannya di depan wajah Winter yang muram. Sejak pagi Jeno melihat Winter duduk termenung dengan wajah cemberut, kalau Winter merengut begitu sudah pasti karena bosnya di restoran.

Winter masih diam tak merespon. Sampai ia beteriak dan membuat Jeno tersentak kaget. "Bos kek babi!" sergah Winter sambil menggebrak mejanya.

"Gue di omelin di depan restoran
Berjam-jam pake di goblok-goblokin segala lagi! Padahal yang jatohin piring kan bukan gue, iiihhh!!" kesal Winter sambil memukul-mukul meja dan punggung Jeno pun kena imbas tangan berapi-api Winter.

"Sakit Winter! Nih minum dulu biar adem." Jeno menyodorkan sekotak susu pisang yang langganan Jeno beliin buat Winter. Winter pun menyomot dengan tidak santai, dicucukkan sedotan dengan sangat kuat hingga susu pisang itu terciprat ke baju Jeno. "Santai Win. Nyucuknya pelan-pelan," oceh Jeno sambil mengibaskan rompinya. Begini resikonya kalau jadi penghibur di kala Winter di rundung rasa kesal. Minimal kena pukul karena kekesalannya atau dengerin suara toanya waktu mencak-mencak.

Di samping itu, Jeno tak keberatan. Menurutnya Winter adalah teman terbaik dan paling mengerti dirinya, yah walau tidak sepenuhnya. Yang pasti Winter tidak tau sama sekali dirinya di balik kacamatanya itu.

Temen pertama yang ngajak ngobrol Jeno itu Winter, temen lain hanya beberapa dan seperlunya aja kalau mau ngomong sama Jeno. Bagi Winter, Jeno itu sebenernya asyik orangnya tapi karena dia jarang ngomong dan gak ada yang ngajakin ya jadilah patung bernapas gitu.

Winter mengamati Jeno yang sedang membuka botol air mineral. Winter heran, kenapa Jeno ini selalu memakai kacamata dan enggan buat ngelepasin kacamatanya. Setiap ada pelajaran yang ngeharusin dia lepas kacamatanya Jeno selalu absen. Olahraga basket misalnya, cowok itu selalu alasan macam-macam demi menghindari hal yang melibatkan kacamatanya.

"Coba lepas Jen tu kacamata. Gak risih emang make kacamata terus?" Winter berujar setelah menyedot habis susu pisangnya hingga kering. Mendengar itu, Jeno langsung berhenti dari acara makan gimbabnya. Jeno kemudian merespon pertanyaan Winter dengan gelengan pelan.

"Lepas bentar, mau liat muka kamu kalo gak pake kacamata. Coba rambutnya di sisir ke belakang, cewek-cewek pasti pada ngelirik kamu Jen," cerocos Winter panjang kali lebar. Tangannya menurunkan rambut Jeno dan membuat poni, Jeno hanya terkekeh pelan.

"Saya gak butuh perhatian cewek-cewek sekolah ini Winter. Saya suka sama orang yang gak mandang penampilan, dan tulus apa adanya berteman sama saya."

"Kayak kamu gini," imbuhnya dengan senyuman. Winter hanya tertawa hambar. Memang benar Winter bisa berinteraksi dengan siapa saja dan mempelajari bagaimana karakter orang tersebut. Tapi untuk karakter Jeno mungkin Winter harus berpikir dua kali setelah ini.

"Bisa aja kamu. Lepas Jen, bentar aja! Kenapa sih, ganteng kok ganteng, gak bakal aku ketawain kok, suer deh." Winter merengek sambil mengacungkan jari V nya.

"Nanti kamu jadi takut sama saya."

"Enggak Jeno. Ya ampun, muka kamu itu gak ada serem-seremnya."

"Kalau kamu maksa, saya gak tanggung jawab kalau ada apa-apanya." Winter menautkan alis, memang kenapa? Tuh, muka Jeno juga gak nyeremin, dan selama ini Winter tidak merasakan vibe buruk dari Jeno.

Tangan Winter yang sudah gemas sejak tadi terulur secara tiba-tiba dan tanpa permisi menarik kacamata yang menjadi tameng sifat asli Lee Jeno.

Tangan Winter yang sudah gemas sejak tadi terulur secara tiba-tiba dan tanpa permisi menarik kacamata yang menjadi tameng sifat asli Lee Jeno

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Two Sides | Jeno x WinterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang