Seven

367 46 25
                                    

~Happy Reading~

Setelah mengumpulkan tugas Winter keluar dari ruang guru, di pintu depan sudah ada Jeno dengan senyum kecilnya.

Winter jadi punya sedikit mood bagus untuk pergi kerja, meski nanti akan di hancurkan dengan Jean.

Winter masih bergumam pasal tadi, apa salahnya bertanya pada Jeno soal Jean. Tapi tidak mungkin mereka saling kenal, toh Jeno juga baru mengetahui Jean dari ceritanya.

"Makasih banget lo udah bantuin gue, Jen," ucap Winter saat sampai di pertigaan jalan menuju tempat kerja.

"Iya, sama-sama. Kamu bisa tanya apapun yang gak kamu pahami sama saya. Saya siap buat bantu."

"Siap!" seru Winter. Kalo kayak gitu tiap hari bakal Winter tanyain si Jeno, mending Jeno buka les lesan deh. Tapi khusus dirinya saja ehehe.

Saat hendak melanjutkan perjalanan Jeno berhenti mendedak, wajahnya seperti orang kejatuhan duit semilyar. Ia lupa bahwa ia memarkirkan mobilnya di dekat sekolah dan ia baru sadar waktu hampir sampai ke bar.

"Winter apa kamu tidak apa-apa kalau saya tinggal disini. Saya kelupaan barang tadi," bohongnya. Kali ini Jeno yang tidak mau tertangkap basah oleh Winter.

"Oh gitu, aku temenin deh," tawar Winter. Dan yap Jeno menolak dan segera lari pergi, Winter memandang heran pada Jeno yang lari menjauh lantas mengedikkan bahu dan pergi ke tempat kerjanya.












***

Winter memicing ke arah sosok yang datang sambil ngos-ngosan.

Tumben telat nih orang

Bajunya agak kucel dan rambutnya gak serapi biasanya dan Winter baru liat poni tipis Jean hari ini, nampak manis. Tapi kalau tidak galak, catat itu!


Sambil mengibas serbetnya, Winter adu mata sinis sama Jean. Jean pun meluruska baju kucelnya dengan kikuk tentu sambil adu tatap, lantas berdeham memecah keheningan. Winter pun menjutekinya dan berlalu pergi melanjutkan kerjaannya yaitu melap meja.



Selama jam kerja Winter tiada hentinya melayani pelanggan, menggantikan kekosongan kasir dan mengantar makanan atau minuman, terakhir merapikan restoran sebelum tutup. Tanpa disuruh loh! Patut dibanggakan bukan? Bahkan Jean hanya menonton dan tak sempat menemukan titik celah untuk meroasting.


Jean juga tau Winter masih kesal soal kemarin, bahkan Winter tidak pergi ke dapur karena phobia piring. Di rumah pun Winter sampai rela memakai piring plastik waktu bayinya supaya tidak kepikiran soal piring kaca yang ia pecahkan.

"Bye Guys!" Joy menyeru pada Irene, Jungwoo, Winter dan Jean. Setelah tutup mereka berpencar dan pulang masing masing. Winter membuang sampah dan tersisa dirinya bersama Jean, lagi.

Winter tidak berbicara sepatah katapun pada Jean hari ini. Dan dia segera memunguti tas jinjing berisi seragam sekolahnya dan tas pundak, ia seperti hendak pergi dari rumah angker.


"Winter," panggil Jean. Akhirnya lelaki itu memutuskan untuk menurunkan gengsinya. Tapi gagal menarik atensi sebab Winter tidak bereaksi.

Winter dengar tapi pura-pura budeg. Males aja.


"Winter saya lagi ngomong sama kamu," skak Jean. Winter mendengus kesal ia menarik napas dalam kemudian berbalik menatap orang yang memanggilnya.

Two Sides | Jeno x WinterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang