WONWOO
.
.
.Seorang gadis berusia 18 tahun tengah asyik membaca di perpustakaan kota. Lembaran demi lembaran ia buka, hingga tanpa sadar, matahari sudah hampir terbenam. Sebentar lagi perpustakaan akan tutup.
Gadis itu sama sekali tidak bergeming dari tempatnya, hingga seseorang memegang pundaknya, dan membuat dirinya terkejut.
"Wonwoo-"
"Astaga, ibu. Kau membuatku kaget saja."
Wanita yang disebut ibu itu tersenyum lembut. "Jika tidak diingatkan kau pasti tidak akan sadar jika kau terkunci di perpustakaan, sayang."
"Sudah sore yah? Padahal ceritanya seru sekali, ma."
"Ayo pulang. Ibu sudah belanja untuk makan malam."
***
Wonwoo dan ibunya kini tengah makan malam bersama.
Selama mereka makan, tidak ada percakapan di antara mereka. Wonwoo tengah sibuk memikirkan sesuatu. Sebuah pertanyaan seringkali menghiasi kepalanya. Wonwoo pun memulai pembicaraan. "Bu."
Sang ibu menoleh. "Hmm?"
"Aku... selalu penasaran, kenapa ayah jarang pulang?" Wonwoo berhenti sejenak. Ia melihat ibunya yang berhenti menyuapi makanan ke mulutnya. Ia kembali melanjutkan bicara. "Kalau memang ayah bekerja, dimana dia bekerja? Bahkan terakhir ayah datang 5 tahun yang lalu. Apa ayah sudah mati?"
"Tidak sayang. Kau masih punya ayah. Tapi, ayah masih sibuk kerja di luar sana. Dia tidak bisa pulang." Balas ibu Wonwoo dengan senyuman hangat.
"Kenapa tidak bisa? Memangnya apa yang ayah kerjakan di luar sana? Apa dia tidak merindukan kita?"
"Tentu ayah sangat rindu dengan kita sayang. Hanya saja ayah tidak bisa pulang. Pekerjaannya sangat banyak. Mengerti?"
Wonwoo hanya diam. Ia kembali menunduk dan memakan makanannya.
***
Keesokan harinya, hujan turun sangat deras. Wonwoo yang menggunakan gaun one piece hitam, tengah berdiri di dekat sebuah makam dengan nisan yang bertuliskan nama ibu Wonwoo di sana.
Wonwoo tidak sendirian, seorang pria tengah memayunginya sejak awal proses pemakaman berlangsung.
"Wonwoo." Ucap Pria tersebut.
Wonwoo tidak bergeming sama sekali. Ia hanya duduk sambil memegangi gundukan tanah yang ada di hadapannya dengan tatapannya kosong.
"Ayo kita pulang."
Wonwoo tetap tidak bereaksi sama sekali. Ia hanya diam sambil menatapi makam ibunya dengan air mata yang sudah mengering di wajahnya.
Barulah saat pria itu meraih tangan Wonwoo, akhirnya gadis itu menoleh. "Ayo kita pulang. Ayah tidak ingin kau sakit."
Wonwoo pun mengangguk. Mereka pun akhirnya pulang ke rumah.
***
"Ikutlah dengan ayah, nak."
Wonwoo yang sedang menyeruput cokelat hangatnya langsung menoleh pelan ke arah ayahnya.
"Ayah tidak bisa membiarkanmu di sini sendirian. Jika kau ikut dengan ku, kau tidak akan sendirian. Kau akan punya saudara lain di tempat ayah."
"Bagaimana dengan rumah ini, yah? Apa ayah akan menjualnya?"
"Terserah padamu, sayang. Jika kau tidak ingin menjualnya, aku bisa menyuruh pembantu untuk mengurus rumah ini untukmu."
Wonwoo berpikir sejenak. "Baiklah, yah."
"Kalau begitu, bereskan barangmu. Aku harus pergi sebentar. Tidak lama. malam nanti aku akan kembali. Wanita ini akan membantumu berkemas. Besok pagi kita berangkat." Ujar pria tersebut sambil menunjuk salah 1 pelayan wanitanya.
***
"Aku turut prihatin atas ibumu, Wonwoo." Ucap Jisoo.
Saat ini, di tengah kamar, mereka tengah duduk melingkar sambil mendengar cerita satu sama lain. Jeonghan membuat ide ini agar mereka bisa mengakrabkan diri satu sama lain.
"Tak perlu khawatir lagi. Di sini ibuku adalah ibu kita semua." Jeonghan.
"Terima kasih."
"Aku baru tau Kak Wonwoo suka baca buku. Nanti akan ku ajak kakak ke perpustakaan di sini. Buku di sana banyak sekali." Ucap Minghao yang merangkul tangan Jisoo. Tampaknya mereka sudah nyaman satu sama lain.
"Tentu saja, Hao. Aku senang sekali jika kau mengajakku ke sana."
"Wonwoo. Boleh aku tanya sesuatu?"
Wonwoo menoleh ke arah Jeonghan.
"Kapan pertama kali kau bertemu dengan Ayah?"
"Mmmm.... Mungkin saat usiaku 6 tahun. Awalnya dia mengunjungiku sebulan sekali. Tapi makin lama ayah makin jarang datang, bahkan terakhir dia datang sebelum pemakaman 5 tahun yang lalu."
"Apa jangan-jangan..." Jeonghan membekap mulutnya.
Wonwoo langsung menggelengkan kepalanya. Ia pun membalas, "Tidak, tidak. Ibuku murni kecelakaan karena kebodohanku. Jika saja aku tidak sembarangan menyeberang jalan..."
"Sudah lah, kak! Jangan bertanya hal yang seperti itu." Tegur Minghao.
"Baiklah, kalau begitu aku ingin tau, bagaimana Jihoon sebelum datang kesini." Ucap Jisoo.
Semua mata pun tertuju pada Jihoon.
"Aku..."
****_*****_****
KAMU SEDANG MEMBACA
THE SIXTH PRINCESS (SVT GS)
Fanfic[Update cuma pas senggang] Keenam gadis bersaudara dengan latar belakang yang berbeda-beda dikumpulkan dalam satu istana oleh seorang Raja yang mereka sebut Ayah. "Kalian berenam, akan aku jodohkan kalian dengan para pangeran dari negeri Tarca. Jad...