DEVARA | 1

21 3 0
                                    

Hallo guyss
Jangan lupa vote sebelum membaca.
Komen juga di setiap paragraf yaa:v

Happy Reading ♡



Tess ..
Satu tetes air mata jatuh membasahi pipi Ara. Ingatan itu masih teringat jelas di kepalanya. Ya, mereka meninggal tepat satu hari sebelum hari ulang tahunnya. Itu alasan mengapa ia tak menyukai hujan. Ia juga tak menyukai hari ulang tahunnya sendiri. Jika kebanyakan orang bahagia di hari ulang tahunnya, tapi tidak dengannya. Hujan dan hari ulang tahun hanya membuatnya semakin teringat mereka.

Namanya Clara. Clara Alzeandra. Seorang gadis cantik dengan rambut coklat itu biasa dipanggil Ara oleh teman-temannya. Nama belakangnya diambil dari nama kedua orang tuanya, Alia dan Zeandra. Ya, mereka orang tuanya. Orang yang teramat ia sayang. Orang yang menjadi sandaran dan tujuan hidupnya, kini sudah tiada. Tak ada lagi tangan hangat yang mengusap rambutnya sebelum tidur, tak ada lagi suara lembut yang selalu membangunkannya, tak ada lagi orang yang setiap sore ia tunggu di depan pintu. Rasanya sulit untuk menjalani ini semua seorang diri. Ia tak menyalahkan takdir. Ia juga tak menyalahkan kedua orang tuanya. Terkadang ada sedikit rasa iri dengan mereka yang masih bisa menghabiskan waktunya bersama orang tua mereka.

“Woii!” Teriak seseorang merusak lamunannya. Dilihatnya ke samping dengan tatapan tak bersahabat.

“Apa?” tanya Ara dengan malas.

“Kenapa lo.” tanya balik Adel, Sahabat Ara.

“Gak, gue gak pa-pa.”

“Ra, gue jadi sahabat lo bukan sehari dua hari kali. Gak usah lo tutupin. Lo kenapa? Ngomong!”

“Omaygatt Araa lo kenapa, mata lo sampe sembab gitu. Lo habis tawuran? Hah?!” tanya Syila dengan hebohnya.

“Ck, berisik lo Syil.” timpal Keira.

Mereka bertiga adalah sahabat dekat Ara, orang yang selalu menemani hari-harinya. Menjalin persahabatan sejak kelas 2 SMP membuat mereka lebih tau satu sama lain. Keempatnya memiliki kepribadian yang berbeda. Yang pertama ada Adel, Adelia Puspita namanya. Dia orang yang paling bijak, pinter dan dewasa di antara mereka berempat. Kalau lagi ada masalah, dia orang yang tepat untuk nemuin solusi. Selanjutnya ada Syila, Syila Advani. Si tukang rempong, polos dan suka ceplas-ceplos. Ada si kulkas cantik, Keira Putri Baskara. Kenapa si kulkas cantik? Karena dia tuh dingin banget, irit ngomong dan yang paling tomboy. Dan yang terakhir si Ara, Clara Alzeandra. Gadis dengan segudang misteri.

“Kantin kuy.” ajak Syila.

“Kuy.” balas Adel.

“Kalian duluan aja, gue mau nganterin titipan Bunda.” ujar Ara.

“Ya udah. Tapi nanti lo nyusul ya.” ucap Adel.

“Iyaa bawell.”

•••

Ara keluar menuju kelas Devan dengan membawa bekal. Ternyata hujannya sudah mulai reda, menyisakan rintik-rintik kecil air hujan. Sesampainya di sana tak ada orang yang ia cari, hanya ada beberapa siswa.

“Liat Devan gak?” tanya Ara pada Beni, si ketua kelas di kelasnya Devan. Cukup mengenalnya karena sering bertemu di ekskul.

“Di rooftop deh kayaknya, tadi gue sempet denger dia mau ke sana.” jawab Beni.

“Thanks ya.”

“Yoi.”

Ara melangkahkan kaki menuju ke rooftop, tak sabar ingin cepat-cepat bertemu Devan.

DEVARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang