Hari menjelang sore, hamparan bunga lavender dengan sunset yang indah, membuat suasana di perbukitan ini menjadi lebih romantis.
Dan tak sedikitpun Yunki mengalihkan pandangannya dari sosok Fana yang masih asik bermain dengan segerombolan kupu-kupu di bukit sana. Jika saja Yunki tak mengarahkan para kupu-kupu itu untuk menemani Fana, wanita yang kini sudah menjadi cinta sehidup sematinya itu tidak akan tertawa bahagia.
Yunki melebarkan senyumannya. Ia menatap Fana begitu dalam. Sejak pertama kali bertemu dengan Fana di jembatan waktu itu, Yunki sudah sangat menyukai Fana. Wanita menyedihkan yang ingin mengakhiri hidupnya. Jika saja Yunki terlambat satu detik saja kala itu, agaknya ia tak akan pernah bertemu dengan Fana. Bahkan hidupnya selama menjadi dewa pun tak akan tenang.
Yunki tak bisa lagi membayangkan bagaimana pahitnya kehidupan gadis itu.
"AW!"
"Hey! Astaga ... " Lamunan Yunki langsung saja buyar, ia langsung bangkit dari duduknya, dan segera berlari menghampiri Fana yang terjatuh.
Fana terlalu fokus bersenang-senang, sampai tidak melihat banyak semak-semak belukar hingga rerumputan liar yang membuat kaki Fana terjerat dan berakhir jatuh dibuatnya.
"Hati-hati, sayang." Yunki cemas bukan main. Segera ia memeriksa pergelangan kaki kanan Fana, dan Yunki bersyukur kaki Fana tidak terluka.
"Aku tidak apa-apa." Ujar Fana tiba-tiba. Ia berusaha untuk bersikap baik-baik saja agar Yunki tidak terlalu mengkhawatirkannya. Sebab, pria itu selalu berlebihan menanggapi setiap masalah kecil yang terjadi pada Fana.
"Syukurlah kaki kamu tidak terluka." Yunki menghela nafas leganya, seraya mengusap pelan puncak kepala milik Fana. "Jangan ceroboh. Kamu bisa berdiri?"
Fana mengangguk.
"Kita pulang, hm? Sudah mau malam? Sebelum itu, mari kita makan enak di restoran seafood. Itu makanan kesukaanmu, disana juga banyak gurita." Ajak Yunki begitu antusias.
Fana termenung sekian detik, ia berfikir singkat, sepertinya ia benci dengan makanan seafood. Otaknya mencernanya begitu setelah mendengar Yunki mengajaknya makan ke restoran seafood. Fana semakin bingung hingga ia menahan lengan kiri Yunki, ketika pria itu menarik tangan kanannya untuk pergi.
Yunki menoleh. Ia tersenyum seraya menatap lengannya yang ditahan oleh tangan mungil Fana.
Manisnya. Yunki membatin sekuat tenaganya.
"Kenapa? Kamu masih betah disini?" Tanya Yunki tiba-tiba. Dadanya bergemuruh hebat, seperti ribuan kupu-kupu benar-benar sedang menyerbu perutnya. Seorang dewa juga ternyata bisa bucin, ya?
Fana menggeleng. Memang, setelah dimanipulasi Fana jarang sekali mengeluarkan suaranya. Ah, jangankan begitu. Saat pertama kali Yunki bertemu dengannya pun, Fana nampak setengah ketakutan dan tak menyukai dengan keberadaannya. Padahal, dari rupa saja Yunki sudah ternilai sangat tampan. Bagaimana bisa Fana tak mau bersamanya? Ayah, kau tidak adil. Dengus Yunki, setengah kesal.
"Aku rasa, aku tidak suka dengan seafood. Aku lebih suka ramen." Setelah mengatakan itu, Fana melepaskan genggaman tangannya dari lengan Yunki, kemudian melirik kedua mata Yunki yang masih menatapnya dalam.
"Dan terimakasih telah membawaku ke tempat ini. Ini ... seperti surga. Baru kali ini ada seseorang yang mengajakku ke tempat seindah ini." Fana membalikkan tubuhnya ke belakang, tepat dimana matahari akan tenggelam. Angin halus menerpa ringan wajahnya, sehingga anak-anak rambutnya ikut berterbangan.
Yunki melihat pemandangan indah itu ; Melihat Fana dengan sunset yang indah. Sangat lengkap kebahagiaannya.
Ia tersenyum seraya memeluk tubuh Fana dari belakang. Yunki merasa senang bagaimana melihat Fana bahagia karena dirinya. Bahkan, wanita itu mulai mengakuinya suami. Walaupun sakit setelah mendengarnya, karena bagaimanapun kebenarannya, Fana telah dimanipulasi olehnya. Jika tidak, mana mungkin Fana akan mengatakan suatu hal yang akan jarang sekali diucapkan oleh Fana padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
can we be together?
FantasyBagaimana rasanya ketika kau memiliki kekasih seorang dewa? Rangking : #1 in stressed (7 - Oktober - 2020)