Dia memang benar-benar seorang dewa. Dia bisa mengejarku tanpa berkeringat, dia bisa mengubah-ubah warna rambutnya dengan sesuka hatinya, bahkan dia juga sosok dewa yang memiliki paras yang begitu tampan. Untuk kalimat yang terakhir, itu sudah menjadi suatu hal yang biasa untukku lihat. Karena bukan hanya seorang dewa, manusia berjenis kelamin pria pun begitu banyak yang memiliki paras yang tampan, dengan kadar ketampanan hampir sepadan dengan Yunki yang notabenenya adalah seorang dewa. Katanya.
“Fana, izinkan aku untuk menjelaskan semuanya padamu.” Mohon Yunki padaku.
Aku menggerakkan kepalaku ke kanan dan ke kiri, menolaknya dengan gelengan kepala, “tidak ada penjelasan apapun. Kumohon, pergilah. Dan jangan pernah sekali-kali kau menampakkan diri di hadapanku lagi, tuan.” Tukasku, sambil berusaha menutup pintu rumahku dengan ia yang juga berusaha untuk menahannya.
Sudah cukup untuk malam ini saja jantungku berdetak dengan tidak normal. Setelah bertemu dengannya di atas pembatas jembatan, hingga ia yang mengikutiku sampai berakhir berdiam diri di depan rumahku, Yunki terus memaksaku untuk mendengarkan semua penjelasannya perihal dirinya, yang sebelumnya ia akui sebagai dewa padaku.
Dan tentu saja, aku tidak begitu percaya dengan omong kosongnya. Karena sekalipun dia seorang dewa, aku tak akan pernah mau menerimanya untuk menjadi kekasihnya.
Dan sekali pun tak pernah terlintas dalam benakku untuk memiliki seorang kekasih berstatus dewa seperti Yunki, dia bukan tipeku. Begitu pula jika dibandingkan denganku, Yunki yang memiliki martabat lebih tinggi dariku, tentu tak akan pantas bersanding dengan aku yang hanya sebatas manusia biasa. Lagi pula aku tidak menyukainya.
“Fana, aku mohon.” Mohon Yunki yang terus memaksaku, rambutnya masih berwarna putih, air mukanya pun menyiratkan sesuatu yang tak bisa ku pahami.
Hingga pada akhirnya, aku menyerah setelah melihat rautnya yang benar-benar memohon, aku pun hanya bisa membuang nafas beratku, membuka pintu rumah utamaku dengan lebar, kemudian menatap Yunki dengan tatapan tak sukaku.
“Aku memberimu waktu lima belas menit untuk menjelaskan.”
“Fana, itu terlalu sedikit.”
“dua puluh menit, atau tidak sama sekali.”
“Baiklah.” Yunki tersenyum sembari berjalan menghampiriku, begitu pula dengan cepat aku menahannya.
“Bisa kita berbicara di dalam rumahmu?”
“Disini saja, tuan.”
“Tidak bisa. Ini rahasia, dan aku harus menunjukkannya padamu seorang, Fana.”
“Sebenarnya apa yang ingin kau jelaskan padaku, tuan?”
Lagi-lagi Yunki tersenyum manis padaku, dan seketika tubuhku merinding saat melihatnya yang tersenyum begitu menawan terpatri indah di bibir tipisnya. Aku takut, namun jika orang lain yang melihat senyumannya itu, pasti akan langsung jatuh hati dengan pesona Yunki saat ini. Ku akui saja.
“Fana—”
Aku membuang wajahku ke samping, untuk memutuskan kontak mata dengannya, “tuan, ku katakan sekali lagi ... sebelumnya aku sungguh sangat berterimakasih karena tuan telah menyelamatkan aku dari tindakan cerobohku, yang mencoba untuk terjun dari atas pembatas jembatan tadi. Tapi, untuk menjadi kekasihmu, aku tidak bisa. Kau seorang dewa, dan aku hanyalah seorang manusia biasa. Sepertinya perbandingan kita juga terpaut begitu jauh. Jadi, intinya, aku tidak mau menjadi pacarmu, dan tidak mau berurusan lagi denganmu, tuan. Lagi pula aku tak menyukaimu. Pergilah, dan lupakan apa saja yang telah terjadi pada kita berdua sebelumnya. Mulai dari di detik ini, urusan kita berdua selesai.” Ujarku panjang lebar, mati-matian menolak sosok dewa berwajah tampan ini namun keras kepala. Karena aku benar-benar takut padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
can we be together?
FantasyBagaimana rasanya ketika kau memiliki kekasih seorang dewa? Rangking : #1 in stressed (7 - Oktober - 2020)