Lost and Found

643 78 28
                                    

"Dadda

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Dadda ... Dadda ...."

"Mommy. Bilang lagi, Mommy," kata Ivy pada anaknya yang belum genap dua tahun sambil mengisi piring anak itu dengan sobekan-sobekan kecil pancake. "Dadda tidak ada di sini. Hanya ada kita berdua," kata Ivy lagi.

Suara keras laki-laki yang tertawa mengejutkan Ivy. Dia menyangka itu suara besar itu suara suaminya. Ternyata bukan. Suara itu milik lelaki bertubuh besar dengan berewok lebat dan pakaian kemeja kumal berlapis rompi pekerja. Tidak seharusnya pekerja seperti dia makan di restoran seperti ini, sekalipun harga di restoran ini jauh lebih murah dari restoran besar lainnya. Biasanya mereka makan di kedai murah yang banyak di pinggir jalan atau untuk yang beruntung memiliki keluarga, bisa membawa bekal penuh cinta dari istri mereka. Pasti kali ini ada keberuntungan yang sedang mereka rayakan.

Keberuntungan.

Satu hal ini tidak bisa dimiliki Ivy. Dulu, dia pikir dia begitu beruntung saat bertemu dengan Oliver di tengah kekacauan pikirannya tentang cinta. Penuh dia berharap Oliver merupakan jawaban dari doa-doanya. Hingga ketika hari itu datang, dia masih berpikir Oliver lelaki yang membuatnya jadi perempuan paling beruntung sedunia seperti yang dikatakan oleh semua orang di pesta itu. Sayangnya, seperti berlalunya pesta itu, berlalu pula keberuntungan Ivy.

Kini, dia berada di salah satu restoran murah di Downtown New York yang tentu saja harganya jauh lebih mahal daripada warung makan di Jakarta. Di depannya ada piring makanan yang sudah habis dan piring anaknya yang masih tersisa separuh potong pancake. Dia menghitung dengan cermat uang yang dimilikinya, mencoba memikirkan bagaimana cara bertahan hingga berhasil mendapat pekerjaan.

"Aku harus ketemu sama Tobias hari ini juga," katanya sambil memegangi kepala yang mulai terasa pusing. Uangnya bahkan tidak sampai dua ratus dolar. Apa yang bisa dia lakukan dengan uang itu di Manhattan, megapolitan di Amerika dengan biaya hidup tinggi?

Sebenarnya, bertemu dengan ayah mertuanya itu merupakan opsi terakhir yang ingin dilakukannya di dunia ini. Hubungan Oliver dan orang tuanya sangat tidak baik, bahkan pernikahan mereka tidak atas restu orang tua Oliver. Ivy masih ingat betapa terkejutnya Tobias dan istrinya ketika Oliver membawanya menemui mereka.

Jam sepuluh lewat. Ivy menarik napas dalam-dalam, lalu meminum air putih dalam gelasnya sampai habis. Setelah ini dia punya kesempatan untuk mengisi air putihnya di taman kota. Ada keran air minum yang bisa dipakai pengunjung di sana. Namun, untuk sampai ke sana Ivy harus menggendong Delilah sejauh tiga blok.

'Sebuah perjuangan yang bagus untuk memulai karir sebagai gelandangan di New York,' batinnya sambil menyelipkan uang di bawah piring untuk membayar makanannya dan tips.

Ivy berdiri memegang baby stroller anaknya. Dia memberikan anaknya biskuit untuk dikunyah sepanjang jalan. Rockwood Building tempat mertuanya bekerja hanya satu blok dari Hannah Dining ini. Dia akan berjalan kaki menuju tempat itu. Tenang saja, dia sudah memakai sepatu sneakers yang bagus dan sudah terbiasa lari pagi setiap harinya. Saat inilah dia harus menunjukkan kemampuannya setelah latihan-latihan itu.

EphemeralTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang