00. Prolog

169 18 2
                                    


Warning!! 

Bab ini mengandung adegan self-harm/Suicide attempt yang dilarangan keras untuk ditiru.

Harap bijak dalam membaca.

Tetesan air yang bercumbu dengan permukaan genangan dalam bathtup saling bergemericik, menimbulkan kegaduhan dan berhasil menyamarkan segala suara aktivitas dalam ruangan tersebut--sesuai harapan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tetesan air yang bercumbu dengan permukaan genangan dalam bathtup saling bergemericik, menimbulkan kegaduhan dan berhasil menyamarkan segala suara aktivitas dalam ruangan tersebut--sesuai harapan.

di sudut bathtup terduduk murung pemuda dengan wajah sembabnya, melukiskan dengan jelas suasana hati yang begitu berantakan. Pandangannya kosong, menatap benda bening digenggamannya. 

Dari kedua maniknya, merembas deras air yang tak mampu lagi ia tahan. Kali ini ia mengeluarkan segalanya, mengizinkan segala sesak membeludak melalui air mata.

Dengan gemetar ia mengangkat tangan kanan yang kini menggenggam erat sebuah benda hasil karyanya beberapa waktu lalu.

'Tak ada satu katapun yang layak ia ucapkan lagi'--pikirnya. Dalam diam, ia menahan diri untuk tak terisak. 'Ia sama sekali tak ber hak menangis'--Otaknya terus berisik. Tak ada lagi yang bisa ia lakukan. 

Ia pertemukan sudut benda transparan yang tak beraturan bentuknya itu dengan lengan kirinya, tepat pada beberapa inchi sebelum pangkal telapak tangannya.

Matanya seketika memejam erat--Ia takut...

"Apa yang terjadi setelah ini?---

--Apakah segalanya akan berakhir?"  Tanyanya tanpa berucap, entah kepada siapa ia tujukan pertanyaannya itu.







"Ini lebih lama dari yang aku bayangkan" Keluh pemuda itu dalam hati, ia tak punya kekuatan lagi sekarang, bahkan untuk sekedar menjerit meminta bantuan.


Lemas...


Dadanya tercekik, Ia kesulitan menghirup oksigen. Namun kini, Ia terlalu lemas untuk sekedar membuka mulut demi meraup udara.


Bekedip, hanya itu yang bisa ia lakukan bersama air mata yang terus mengalir. Namun kini, bahkan ia terlalu tak berdaya untuk membuka matanya kembali setelah terpejam.


Perih dipergelangan tangannya sungguh tak sebanding dengan bagaimana mengerikan dada dan otaknya yang kehabisan oksigen sedangkan tubuhnya terlalu lemas, bahkan hanya untuk menghirup satu mili udara sekalipun.


Air dalam bathtup itu telah berganti warna, tubuh pemuda itu perlahan meluruh masuk ke dalam genangan merah tersebut--tenggelam.


"Apakah keputusanku tepat?"

-

-

-

-

-

-

-

"Bukan ini yang aku harapkan"










"Memangnya apa yang kalian harapkan dari mengakhiri hidup kalian sendiri?"

"Memangnya apa yang kalian harapkan dari mengakhiri hidup kalian sendiri?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

To be Continued...


Ditulis : 26.07.2022

Dipublish : 1.09.2022

Neraka Harapan | Park JisungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang